View Full Version
Selasa, 22 Nov 2016

Kejadian Traumatis yang Bikin Miris

Di satu tempat parkir yang dikelola oleh swadaya masyarakat setempat, saya melihat seorang anak perempuan usia 8 tahunan sedang berlari. Di belakangnya ada orang setengah tua dan gendut mengejarnya dengan serius. Maksudnya di sini serius berusaha mengejar untuk menangkapnya. Karena penasaran saya yang seharusnya mengambil motor, berusaha melihat adegan tersebut dengan jelas.

Si bapak berhasil menangkap anak perempuan tersebut disertai teriakan senang. Lalu ada seorang ibu yang ikut menyoraki menyuruh si bapak untuk menangkap si anak, saat peristiwa kejar-kejaran tadi masih terjadi. Penjaga parkir lain yang terlihat ikut menyoraki tapi ada juga yang ikut menonton. Kejadian berikutnya ini yang membuat hati terasa miris.

Si anak tertangkap. Si anak jelas meronta dan berteriak memanggil ayahnya. Bukannya dilepas, pegangan dan cengkeraman si bapak setengah tua semakin erat dengan membawa tali di tangannya. Bukan itu saja, ada laki-laki lain yang juga sepantan si bapak setengah tua tadi berusaha membantu memegangi si anak perempuan tersebut. Tangis dan teriakannya semakin kencang karena kedua tangannya dipegangi dengan erat oleh dua laki-laki dewasa.

...Terlepas dari kesalahan apapun yang dibuat oleh si anak, ia tak pantas diperlakukan demikian. Apalagi ketika ia memanggil sang ayah yang tak kunjung datang untuk melindunginya, miris...

Satu tontonan yang sangat tak patut terjadi di tempat umum yang semua orang bisa melihat. Saya tak tahu yang mana ibunya dan yang mana juga ayahnya. Tak ada yang memberi pertolongan pada anak tersebut. Entah bagaimana, ia akhirnya dilepas. Ia berjalan menjauh sambil meraung-raung mencari ayahnya.

Terlepas dari kesalahan apapun yang dibuat oleh si anak, ia tak pantas diperlakukan demikian. Apalagi ketika ia memanggil sang ayah yang tak kunjung datang untuk melindunginya, miris. Saya yakin, kejadian tersebut akan membekas pada ingatan si anak bahkan hingga ia dewasa kelak. Bekas ini akan memberi dampak negatif pada kepribadiannya. Ada beberapa kemungkinan yang terjadi:

  1. Dia dendam terhadap orang tuanya terutama ayah yang ia panggil sepenuh jiwa untuk melindunginya tapi sia-sia
  2. Ia menjadi takut untuk melakukan apapun karena teringat dikejar, ditangkap dan dipermalukan di depan umum
  3. Ia menjadi agresif terhadap orang lain sebagai pelampiasan apa yang pernah dialaminya atau sebaliknya, ia akan menjadi sosok pemalu tanpa alasan

Dan mungkin masih banyak kemungkinan lain yang akan menjadi bentuk negatif dari pengalaman siang itu. Saya saja yang sudah segede ini, melihat kejadian tersebut dengan hati miris rasa traumatis. Hanya satu tekad saya saat itu, kejadian serupa tak akan pernah saya biarkan terjadi pada anak saya, murid saya, atau siapa pun orang yang saya kenal dan dekat dengan saya.

Anak-anak itu berhak mendapat perlindungan dan perlakuan yang layak. Bilapun mereka melakukan apa yang sering disebut dengan kenakalan, mempermalukan mereka sama sekali tak masuk ke dalam opsi cara mendidik yang beradab. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version