Oleh: Ummu Naflah
(Aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Wilayah Cikupa)
Setelah beberapa bulan ini publik diramaikan dengan pemberitaan tentang penistaan agama oleh Ahok dan kebangkitan umat lewat Aksi Bela Islam yang spektakuler. Kini publik tengah digiring untuk mengalihkan perhatiannya kepada peristiwa penangkapan terduga teroris bom panci Bekasi. Hampir seluruh stasiun TV nasional gencar menayangkan berita yang berkaitan dengan peristiwa tersebut.
Momen ini dirasa tepat untuk mengalihkan perhatian umat yang sedang panas membara menjadi pembela-pembela agama Allah Swt akibat kasus Ahok. Isu terorisme terbukti ampuh menenggelamkan kebangkitan kesadaran dan semangat umat untuk berislam kaffah. Tak sedikit kaum muslimin yang “loyo” bergerak untuk Islam akibat isu terorisme ini. Walaupun banyak pula yang sadar bahwa ini adalah upaya untuk menjegal langkah para pengemban dakwah untuk menyerah memperjuangkan Islam.
Apalagi ada yang berbeda dari kasus penangkapan terduga terorisme kali ini. Karena “calon pengantin” terduga teroris salah satunya adalah perempuan yang berinisial DYN. Peneliti terorisme UI Ridlwan Habib menilai ini adalah strategi baru dengan menggunakan perempuan sebagai eksekutor. “Wanita jarang dicurigai, apalagi rencananya bom itu dibawa dengan tas wanita, bukan ransel, aparat bisa lengah,” imbuhnya ( Okezone.com,12/12 ).
Hal yang sama pun dikemukakan oleh pengamat terorisme Sidney Jones yang menambahkan bahwa keterlibatan perempuan dalam aksi terorisme sudah lama diperkirakan oleh banyak pihak termasuk oleh kepolisian. "Label potensial rekrutmen pelaku teror lebih diarahkan kepada laki-laki dibanding kepada perempuan. Saya kira mungkin sudah waktunya perempuan juga dilihat potensial rekrutmen untuk pelaku teror. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) apakah ada juga program khusus yang diarahkan kepada perempuan," terang Sidney ( Viva.co.id, 11/12 ).
Dari kasus ini ada beberapa catatan penting bagi umat Islam pada umumnya dan bagi muslimah pada khususnya bahwa peristiwa ini dapat menjadi legitimasi pemerintah untuk menggiatkan kembali program deradikalisasi terhadap langkah perjuangan umat Islam untuk berislam secara kaffah. Kasus ini juga memberi alarm peringatan bagi muslimah untuk menjauhi aktifitas yang dikategorikan radikalisme. Muslimah juga harus mewaspadai bahwa kasus ini dapat menjadi pintu masuk untuk membuat program khusus deradikalisasi perempuan lewat majelis-majelis taklim dan kajian-kajian keislaman komunitas perempuan.
Muslimah harus cerdas dalam menyikapi berbagai upaya yang menyesatkan jalannya menggapai ridha Allah Swt. Muslimah juga harus menyadari jalan menuju kebangkitan Islam bukanlah jalan yang mudah dilalui. Untuk itu menjadi hal yang penting dan utama selalu berpegang teguh kepada Al- Qur’an dan As-Sunnah dalam mengatasi setiap problematika dakwah yang dihadapi. Serta menjadikan setiap perjalanan dakwah Rasulullah Saw sebagai rujukan demi suksesan dakwah di masa kini
Maka umat harus terus mewaspadai program-program deradikalisasi yang sering diasosiasikan dengan kegiatan pembinaan dan pemahaman Islam kaffah. Untuk itu umat harus selalu melihat dengan kacamata Islam dalam menyikapi beragam kondisi politik yang terjadi. Utamanya dalam merespon fenomena geliat kebangkitan umat untuk berislam kaffah.
Dan menjadi catatan tersendiri bagi kaum muslimah bahwa mengemban dakwah Islam untuk melanjutkan kehidupan Islam bukan hanya menjadi kewajiban bagi kaum laki-laki saja. Tapi juga menjadi kewajiban bagi kaum muslimah tanpa melalaikan kewajibannya yang mulia sebagai ibu dan pengatur urusan rumah tangga. Muslimah juga harus mengingat generasi pejuang tidak akan lahir dari ibu yang bukan pejuang. Ingatlah bahwasannya orang-orang yang paling mulia disisi Allah Swt adalah orang-orang yang paling bertakwa ( Al- Hujurat ayat 13 ).
Maka bagi muslimah tetaplah rapatkan barisan dalam perjuangan yang mulia ini. Kesuksesan Aksi Bela Islam adalah sebagai bukti pentingnya peran muslimah baik dalam gencarnya penyebaran opini lewat majelis-majelis taklim, kajian-kajian Islam ataupun media sosial di kalangan muslimah. Tak terlepas pula peran muslimah di lapangan baik dengan kehadirannya di tengah-tengah umat maupun dalam mendukung para peserta aksi dengan menyediakan konsumsi dan sumbangan lainnya.
Ingatlah kepada Khadijah, orang pertama yang mengimani tiada tuhan selain Allah Swt dan bahwa Muhammad Saw adalah utusan-Nya, beliau adalah seorang perempuan. Ingatlah pula kepada Aisyah, orang yang menghafal ribuan hadist Rasulullah Saw dan selalu menjadi rujukan ketika para sahabat menemui masalah, beliau adalah seorang perempuan. Kita juga tidak lupa kepada Khansa, seorang pejuang Islam sejati yang namanya tak lekang oleh zaman, beliau juga seorang perempuan.
Muslimah harus cerdas dalam menyikapi berbagai upaya yang menyesatkan jalannya menggapai ridha Allah Swt. Muslimah juga harus menyadari jalan menuju kebangkitan Islam bukanlah jalan yang mudah dilalui. Untuk itu menjadi hal yang penting dan utama selalu berpegang teguh kepada Al- Qur’an dan As-Sunnah dalam mengatasi setiap problematika dakwah yang dihadapi. Serta menjadikan setiap perjalanan dakwah Rasulullah Saw sebagai rujukan demi suksesan dakwah di masa kini.
Kini selain senantiasa istiqomah, saatnya muslimah meningkatkan perannya untuk memahamkan umat pentingnya berislam secara kaffah sebagai solusi dari berbagai problematika yang menimpa umat. Dengan selalu berada di tengah-tengah umat dan berjuang bersama umat, maka diterapkannya Islam secara kaffah dalam bingkai Khilafah bukanlah hal yang utopis. Allahu’alam bishshawwab. [syahid/voa-islam.com]