View Full Version
Selasa, 24 Jan 2017

Inilah 4 Cara Bayi Berkomunikasi dengan Ibunya

Hubungan antara ibu dan anak harus sudah terbangun sejak awal keberadaannya di dalam rahim. Hal ini penting karena melalui hubungan baik inilah bayi belajar mempercayai orang lain saat ia lahir nanti. Ketika masih berupa janin, bayi belajar menjalin komunikasi dengan ibunya melalui suara ibu yang samar terdengar. Kasih sayang pun bisa dirasakan oleh calon bayi melalui usapan lembut pada perut ibu, misalnya. Makanan yang dikonsumsi ibu pun menjadi salah satu komunikasi yang bisa dirasakan dan dinikmati oleh calon bayi dalam rahim ibu.

Komunikasi yang terjalin sejak dalam kandungan, akan mengalami perkembangan ketika bayi lahir. Ia pun berusaha menjalin kontak dan menemukan cara baru dalam berkomunikasi dengan ibunda tercinta.

Pertama, memandang wajah ibu saat disusui. Itulah kenapa, proses pemberian ASI sangat penting bagi perkembangan bayi. Bukan saja ASI ditengarai baik bagi perkembangan otak bayi, tetapi juga ikatan yang terjalin memberikan efek sangat baik bagi perkembangan jiwa dan kepribadian si bayi.

Dari proses menyusui, bayi belajar mempercayai orang lain. Dalam benaknya, ia mulai mengenali wajah orang yang menyayangi dan melindunginya. Itulah mengapa saat bayi menangis, ia akan mudah diam saat sang ibu mendekati dan menggendongnya. Dari sini ia percaya bahwa ia dicintai dan dilindungi.

Kedua, tertawa. Tiga bulan pertama bayi mulai belajar tertawa untuk merespon hal-hal di sekelilingnya. Di usia inilah, orang tua disarankan untuk mengajak bayi bermain dan melakukan aktivitas yang menyenangkan. Salah satu permainan yang sangat disukai bayi karena akan membuat dia tertawa adalah cilukba.

Hal lain yang membuat bayi kegirangan adalah berekspresi dengan wajah lucu-lucu. Hal ini penting karena saat bayi tertawa, dia belajar menikmati momen bersama orang yang menyayangi dia dan dia pun kemudian menyayanginya. Dari sini bayi mulai mengenali siapa saja orang yang bisa membuatnya nyaman dan mana yang tidak.

...Hubungan antara ibu dan anak harus sudah terbangun sejak awal keberadaannya di dalam rahim. Hal ini penting karena melalui hubungan baik inilah bayi belajar mempercayai orang lain saat ia lahir nanti...

Ketiga, bereksplorasi atau menjelajah. Seringkali ibu khawatir anaknya jatuh atau terluka sehingga melarang si anak melakukan ini dan itu. Bila tidak segera disadari, maka sikap seperti ini akan berlebihan dan mengekang anak untuk menjadi mandiri dan berani mencoba hal-hal baru. Berikan kebebasan pada anak secukupnya.

Tunjukkan padanya bahwa ia dipercaya melakukan hal yang diinginkan selama itu tidak bahaya. Biarkan ia memanjat, berlari, dan bermain. Tak mengapa bila ia jatuh dan terluka. Ajari si kecil untuk bangkit dari kondisi demikian. Biarkan juga ia belajar memegang gunting dan kertas. Dampingi saja dan arahkan apabila ada yang kurang pas dengan aktivitasnya. Dengan cara ini ia merasa nyaman dan aman karena ada ibu di sisi.

Keempat, berempati. Anak belajar berempati dari orang terdekatnya yaitu ibu. Ketika ibu memberikan kepedulian dan rasa sayang padanya, maka ia pun akan memberikan kepedulian dan rasa sayang kepada orang lain. Misalnya saja saat ia menangis maka ibunya akan menghibur, membelai kepalanya dan bernyanyi, maka dia pun akan melakukan hal yang sama pada orang lain.

Dari lahir sampai ia dewasa nanti, anak akan terus belajar cara menjalin hubungan dan berkomunikasi dengan orang lain. Bagaimana sang ibu memperlakukannya, maka seperti itu pula ia akan bersikap kepada orang lain. Ketika ia tumbuh dengan kasih sayang yang cukup, maka ia pun akan menjadi pribadi yang menyenangkan dan mudah berempati terhadap pihak lain.

Semoga artikel ini bisa menginspirasi para ibu agar lebih mencurahkan perhatian, kepedulian, dan kasih sayang pada anak-anak dengan takaran yang pas, insya Allah. (riafariana/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version