Oleh: Alga Biru
Berita akhir-akhir ini bikin miris. Ulama dituduh seleweng itu delik serius!!! Mubahalah oleh Habib Rizieq Syihab dicetuskan demi membela kehormatan. Siapa lagi yang membela selain dirinya sendiri? Karena keadilan tidak ditegakkan maka ia cari jalannya sendiri.
Bukan tidak ada kejadian luar biasa di zaman Khalifah Umar. Tuduh menuduh, dengan satu modus tertentu, pernah ditemukan.
Seorang wanita datang kepada Umar, dia berteriak: "Aku diperkosa lelaki itu! Nama baikku tercemar di keluargaku. Lihatlah! Ini spermanya!".
Wow bawa alat bukti nih ceritanya. Maka khalifah menyuruh dari kalangan wanita untuk memeriksa alat bukti itu. Benar, ada tanda-tanda mirip sperma di tangan dan pakaiannya. Serupa lendir lunak, yah seperti itu.
Hampir-hampir hukuman itu langsung dijatuhkan, namun pembelaan dilayangkan oleh pemuda itu, "Wahai Amirul Mukminin, percayalah kepadaku. Demi Allah, aku tidak merasa berbuat mesum dengan wanita itu. Bahkan aku sama sekali tidak punya gairah terhadap wanita. Dialah yang selalu merayuku tetapi aku selalu menjaga diri".
Menimbang pembelaan itu, Umat menoleh kepada Ali, "Hai Abul Hasan, bagaimana menurutmu?". Ali lalu memeriksa dengan teliti bekas sperma yang ada pada pakaian tersebut. Kemudian meminta air mendidih dan menyiramkan pada bekas tetesan. Tak tanggung, ia bahkan mencium dan mencicipnya (ehhh!! Loh!!!).
Taraaaa! Bukan sperma bukan sihir, itu lendir putih telur sodara-sodara. Naik pitamlah sang khalifah kepada wanita itu, "Katakan sebenarnya!".
Maka wanita itu mengakui perbuatan dan tipuannya. Dia tergila-gila pada lelaki itu namun tak jua berbalas, dan berpikir untuk menjerumuskannya.
Coba kita renungkan! Dulu teknologi tidak banyak dan tidak hebat, namun keadilan bisa ditegakkan. Hari ini hidup kita tidak berkah, keadilan menjadi perkara susah. Kita menuduh yang bukan-bukan soal penegakan syariah. Apakah kita pezina? Apakah kita penuduh zina? Jikapun berzina, apakah mau hidup terus berlimang dosa zina? Kenapa tidak mau diatur hukum Allah, padahal ia mencegah hidup kita tidak hancur berantakan. Wallahu'alam. (riafariana/voa-islam.com)
(Sumber: "The Great of Two Umar's, halaman 102)
Ilustrasi: Google