Assalamu’alaikum. Perjalananku mendapat hidayah bermula dari teman dunia maya. Dialah yang menyarankan aku untuk membaca Al Quran. Anehnya, saat itu aku mau saja mengikuti saran dia. Itulah saat seluruh kehidupanku berubah. Persepsiku tentang Islam juga ikut berubah. Sungguh sulit dipercaya bahwa memahami Al Quran dan Islam bisa begitu sederhana dan indah.
Ternyata di dalam Al Quran, Yesus atau yang biasa disebut Nabi Isa itu begitu dicintai dan dihormati. Begitu juga dengan perawan Maria atau Mariam sebagai ibundanya.
Saat itu anak-anakku masih belum tahu bahwa aku telah membaca Al Quran. Mereka hanya tahu bahwa ibunya memunyai teman online dari India dan sering berkomunikasi dengannya. Selebihnya, mereka tidak tahu apa-apa.
Tahun 2014, sehari sebelum Ramadan aku berbicara dengan temanku dari India tersebut via online. Kami berbincang tentang Ramadan dan dia menceritakan betapa menakjubkannya negara tempat dia tinggal. Saat itulah dia menyarankan aku untuk berpuasa. Dia juga menyebutkan berbagai keuntungan yang akan kudapat saat aku melakukan puasa.
“Apakah jika aku berpuasa, itu akan menjadikan aku seorang muslim?” tanyaku.
“Tidak, kecuali kamu menerima bahwa tiada Tuhan selain Allah,” jawabnya.
“Oh, aku pun mengakui bahwa Tuhan itu satu.”
“Tidak itu saja. Kamu pun harus mengakui bahwa Muhammad adalah Nabi dan Rasul Allah yang terakhir.”
“Aku pun mengakui hal tersebut.”
“Sepertinya kamu sudah menjadi seorang Muslim,” pungkasnya.
Kalimatnya yang terakhir itu membuatku terpana. Setelah sadar dari rasa terkejut, aku menyadari bahwa kata-kata temanku itu benar adanya.
...Ternyata di dalam Al Quran, Yesus atau yang biasa disebut Nabi Isa itu begitu dicintai dan dihormati. Begitu juga dengan perawan Maria atau Mariam sebagai ibundanya...
Esoknya adalah hari pertama Ramadan. Anakku yang perempuan bersama suaminya menjemput. Mereka mengajakku mendengarkan ceramah di masjid. Ya...mereka berdua telah masuk Islam lebih dulu daripada aku. Duduk manis di kursi belakang, aku pun mulai mengatakan kondisiku, “Nak, sepertinya aku telah masuk Islam.”
Mereka segera menghentikan mobil dan menoleh ke belakang.
“Tunggu, tunggu. Ibu mengatakan apa? Apa yang telah terjadi?”
Aku pun mengatakan pada mereka bahwa aku telah mengucapkan ‘kalimah’ atau syahadat. Saat selesai kujelaskan semua dari awal sampai akhir prosesku mendapat hidayah, kami pun mulai menangis. Janis, putriku mengatakan padaku bahwa dia berdoa untukku setiap hari selama dua tahun ini. Dia meminta Allah untuk mengangkat tabir dari hatiku agar mudah menerime kebenaran Islam. Aku sungguh tak menyangka dia begitu perhatian dan sayang padaku.
Ramadan pertama yang kulalui di tahun itu terasa begitu indah dan menakjubkan. Aku masih harus belajar banyak tentang Islam. Tapi satu hal yang harus kusyukuri adalah hidayah iman dan Islam ini masih bisa kunikmati dan sungguh aku bersyukur karenanya. Alhamdulillah. (riafariana/voa-islam.com)
Sumber: stories of new muslim