Oleh: Wage Setia Budi
(Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana)
Menjadi ibu rumah tangga tidak berarti tidak dapat berbisnis. Ketika ibu rumah tangga sebagai pilihan hidup, seharusnya para ibu masih tetap memiliki peluang untuk bekerja dari rumah. Di sela kesibukan mengurus rumah tangga, peluang bisnis masih terbuka lebar.
Meskipun penghasilan suami mencukupi, para ibu jangan menampik peluang bisnis rumahan. Ini dimaksudkan salah satunya untuk mengasah naluri berbisnis.
Meningkatnya biaya hidup tentu menjadi faktor pertimbangan tersebut. Para ibu juga harus memperkuat katup pengaman (safety valvet) kalau kalau sumber penghasilan suami tiba-tiba mengering, seperti PHK atau meninggalnya suami. Padahal semakin besar anak semakin tinggi dan tidak dapat ditunda kebutuhan untuk mereka.
Sebelum memulai berbisnis rumahan, sebaiknya maksud mulia ini disampaikan terlebihi dahulu ke pihak suami. Berilah penjelasan yang logis bila ada sanggahan dari suami. Katakan, berbisnis hanya untuk mengisi waktu luas (leisure time) dan mengasah naluri berbisnis. Fokus mendidik anak tetap menjadi prioritas.
Bila sudah mendapatkan lampu hijau dari pihak suami, pastikan peluang bisnis sebaiknya disesuaikan dengan skill, modal atau koneksi yang dimiliki. Banyak sekali pilihan peluang berbisnis rumahan, tetapi lebih baik lagi para ibu memilih berbisnis yang sesuai naluri bisnisnya. Berkenaan dengan modal, sebaiknya menghindari berbisnis dengan modal besar. Ini menghindari kerugian besar yang dapat menyedot potensi keuangan keluarga.
Bisnis rumahan dapat berbentuk offline dan online. Jenis bisnis offline yang para ibu dapat usahakan di antaranya usaha kelontong, kuliner, berjualan baju dan jahitan, agen pulsa elektrik dan token listrik, jasa laundry kiloan, jasa desain dan percetakan, jasa fotokopi atau kursus. Jenis bisnis online di antara berupa online shop, penulis lepas, jasa web developer. Para ibu juga dapat menggabungkan berbisnis offline dan online.
Di antara berbagai tawaran jenis berbisnis berbasis rumahan, ada pandangan bahwa para ibu sebaiknya berbisnis produk berwujud atau barang. Karena volume penjualan produk barang dapat meningkat.
Meskipun demikian, para ibu juga dapat menekuni bisnis produk yang tidak berwujud. Ini tergantung pada skill sang ibu, seperti pengajar bahasa asing atau tata boga.
Pilihan produk yang akan dijual dapat berasal dari sekitar kita sendiri. Misalnya, berbisnis kue atau makanan rantangan siap saji. Gagasan ini muncul dari melihat kebiasaan membeli kue dan makanan di pagi hari. Banyak ibu-ibu di sekitar rumah malas masak, maka gagasan menjual makanan rantangan siap saji dapat ditawarkan.
Setelah menentukan produk yang akan dijual, para ibu harus menghitung harga jualnya. Prinsipnya, jangan mematok harga yang terlalu mahal. Sebagai pendatang baru, lebih baik menentukan harga yang bersaing. Dengan berjalannya waktu, harga jual per satuan dapat dinaikkan.
Ketika usaha sudah berjalan, para ibu harus melakukan evaluasi atas usaha yang sedang dijalankan. Evaluasi usaha dapat dilakukan per dua pekan, satu bulan, tiga bulan, enam bulan dan satu tahun.
Evaluasi usaha penting untuk dilakukan. Karena para ibu dapat mengetahui apakah usaha yang sedang kita geluti untung atau rugi.
Oleh karena itu, mewujudkan peluang bisnis rumahan adalah upaya untuk mengasah naluri berbisnis. Bila dikelola dengan baik, peluang bisnis rumahan menjadi sumber penghasilan. Meskipun demikian, ketika sudah diwujudkan ternyata pilihan bisnis yang diambil merugi. Bila gagal dan merugi, bukan berarti para ibu tidak dapat berbisnis. Carilah peluang bisnis rumahan lainnya di lain waktu. Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. [syahid/voa-islam.com]