View Full Version
Selasa, 20 Jun 2017

Cahaya Pintu Langit (1)

Mengalami masa-masa kritis antara hidup dan mati, memang tidak semua orang mengalaminya apalagi sewaktu hal itu terjadi kita bisa merasakan langsung aroma kematian itu mendekat ke kita. Dan hal inilah yang dialami seorang Muslimah Indonesia dari keluarga penghafal Quran yang saat ini tinggal di Kuala Lumpur Malaysia. Beliau menceritakan pengalamannya itu di akun Facebooknya. Semoga ada banyak ibroh yang bisa kita ambil dari kisah Muslimah tersebut.

Berikut kisahnya:

Beberapa hari penuh keceriaan kala putra ke enam kami lahir, sengaja belum bisa kubagikan kabar gembira itu disebabkan tugas yang langsung menumpuk. Suamiku berada pada masa 'hectic' urusan 'go_live' di kantor, anak-anak bersiap ujian akhir sekolah, dan belajar mengatur jadwal bersama dengan kehadiran adik baru.

Siang itu kala mentari cerah dengan senyum khas dokterku, hanya 10 menit saja aku berada di dalam ruang bersalin. 'Keajaiban' murojaah ayat-ayat cintaNya adalah hal yang terulang kembali, mempermudah, mempertajam asa dan menularkan energi positif pada jiwa.

Satu hal aneh yang tidak kuketahui darimana asalnya, di setiap sudut kegembiraan kami saat itu, kenapa usai melahirkan aku tak dapat berdiri kembali. Bahkan setelah seminggu selepas bersalin. Sungguh aku linglung, tiba-tiba aku telah menemukan diri ini berada di kamar jenazah.

Ada jeritan tanpa suara, entah berasal dari mana. "Apaaaaa?!" aku dalam kamar jenazah?! bersama jenazah siapakah itu?!"

Aku sendiri adalah Muslimah pemandi dan pengurus jenazah, di setiap tas jinjing atau dompet kecil bawaanku selalu terselip potongan kafan, 'tanda diriku mesti mengingat kematian, agar senantiasa bermuhasabah.

Namun hari itu, bahkan aku lupa hari dan tanggal berapa, aku tak ingat pakaian apa yang kukenakan. Kutemukan diri berada dalam tempat yang seolah hampa udara, sekelilingnya dinding adalah putihdan ada suara-suara merdu memanggil namaku dengan alunan indah sekali.

Aku bengong kebingungan, meskipun sempat tersenyum merasakan harum aroma coklat susu panas kegemaranku di kejauhan.

"Melompatlah! dan berdoa setulus hati!" pekik satu suara, "Ada satu kesempatan lagi, mintalah padaNya!" satu pekikan semangat menambahkan. Dan aku menatap lubang besar yang seolah telah siap menjadi penelan jasadku bulat-bulat.

"Ya Allah... inikah 'ending episode' seorang hamba penuh dosa ini?!" kupejamkan mata, khusyuk penuh harap padaMU. Tiba-tiba jam seolah berhenti detaknya, kuraba pergelangan tangan, detik nafasku pun tak kudapati lagi. Sekilas kulihat baju dan gelang tanganku dilepaskan oleh dokter, lalu kupandangi tangan penerimanya adalah suamiku. Ia lipat gulungan baju itu seraya berurai air mata.

Astaghfirrulloh, benarkah ini kematian?! "kamu berpindah 'casing'..." bisik satu suara.

Innalillahi wa Inna ilayhi roji'uun... benar, di hadapanku ada jasad terbujur. Kutatap lekat-lekat, "ini wajahku, beneran! ya Allah, jasadku terbujur di ruangan ini." Tapi aku sedikit heran, aku nyantai dan tidak panik yah pada waktu itu.

Alhamdulillah, ternyata aku memang tak ada pikiran takut dan sedih kala itu, terutama perihal harta benda dan kondisi anak-anak di rumah. Ada keyakinan penuh dalam dada, "duhai Robbul 'izzati, pasti Engkau uruskan segalanya dengan sebaik-baiknya."

Justru yg paling terpikir adalah kondisi lidah yg penuh bulatan tanda dehidrasi, faghfirlii... "Tadi nyebut : laa ila ha ilalloh pakai kode gimana?" bisik hatiku sendiri. Sungguh tak menyangka tiba-tiba sudut mataku telah dibanjiri derasnya air, dada berdegup penuh tanda tanya, "Mungkin sebentar lagi sosok malaikat menampakkan diri?"

Ya Allah, kuatkan hamba ini dalam menghadapi perjalanan selanjutnya, bisik sudut hatiku lagi.

Ya Allah, tiba-tiba ada lorong putih harus kulalui, yang kemudian 'merasa penuh kesadaran' kulantunkan murojaah al-waqiah (surat yang baru khatam kuhafalkan pada kehamilan kali ini). Dengan bertambah deg-degan, air mata kian menderas karena tiba-tiba hafalanku 'stuck' di ayat: Laa baridiwwalaa kariim...Innahum... innahum... innahum... Astaghfirrulloh... (Duhai Allah, barusan kemarin Engkau simpankan ayat-ayat ini dalam dadaku, saking favouritnya, kuulangi 5 kali setiap hari, namun mengapa 'macet' saat genting begini? seru sudut hatiku, mulai panik.

Aku tertunduk. Terselip penyesalan, seraya mengingat diri bahwa jutaan jiwa ingin bangkit di bulan suci ini meski hanya untuk sedetik saja, alangkah ruginya jika kusia-siakan masa hidup dengan hal-hal yang jauh dari ridhoMu... faghfirlii.

Mencoba menghibur diri dengan istighfar dan hamdalah, seraya kupejamkan mata dan menanti suara-suara berderap yang kian mendekat.... prap, prap, prap.... hening sesaat.

Sungguh, Aku memohon ampunan ya Allah, 'casing yang berganti di alam berbeda ini', semoga berupa bentuk yang baik dan indah. Ya Allah, yaa Rohmaan Yaa Rohiim.

Allah... sebenarnya, bolehkah aku kembali ke rumah, lalu memperbaiki kualitas ibadah diri ini? Badanku mulai bergetar, sekilas kulihat dokter-dokter berkeringat sebesar butiran jagung, dan kupandangi wajahku sendiri dengan sembab.

Seketika detik selanjutnya, kejadian di luar nalarku. Kupandangi ada jutaan tangan di sekeliling tubuhku, tangan-tangan menengadah dan mengetuk pintu langit! Kutatap luasnya langitMu, masyaAllah indah sekali! Ada cahaya merekah setelah jutaan tangan itu mengetuknya. Ya Allah! MasyaaAllah laa quwwata illa billah!

Ternyata jutaan tangan saudara dan sahabatku menghiasi langitMu pada awal jumat Ramadhan ini.

Di antara tangan-tangan tulus itu adalah sosok-sosok anak sholeh, sosok-sosok pecinta sedekah, dan sosok-sosok da'i serta da'iyah, bisik sudut nuraniku.

Dan tiba-tiba pimpinan team dokter yang 'sudah takjub' dengan kondisi kreatinin-ku (2500!!!), menjadi lebih takjub karena beberapa jam kemudian kreatinin menjadi 1500 saja, dan batal cuci darah!

MasyaAllah, 4 komplikasi dan toksin 25% yg sudah menguasai tubuhku perlahan sembuh karena Allah azza wa jalla semata, ini peristiwa spesial berkah Ramadhan. 25 lebih dokter pakar mengatakan, "Baru kali ini kami menangani pasien yang seperti ini, kondisinya dear..."

"Boleh kita sebut peristiwa ajaib Ramadhan kali ini," ujar dokter kepala dengan tersenyum lebar.

Amazing, thankyou Allah.. Sebutlah nama Allah dan sholawat diperbanyak, Kesempatan hidup masih Allah Swt kurniakan buatmu, Sri Yusriani. Bersambung [fq]


latestnews

View Full Version