Momen Ramadan telah berlalu. Lebaran dan syawal telah tiba. Bagi perempuan, nyaris selalu ada hutang yang tersisa. Apalagi bila bukan hutang puasa akibat haid atau menstruasi namanya. Duh, semangat sudah menggebu-gebu ingin melaksanakan ibadah sebulan penuh, eh si ‘dia’ hadir dengan rajinnya. Berharap segera tuntas agar bisa ibadah kembali, biasanya si ‘dia’ ini malah bandel dan enggan pergi.
Di bulan-bulan lain si ‘dia’ hadir normal selama 7 atau 8 hari. Di momen Ramadan, si dia malah hadir lebih lama. Kok bisa? Itu karena ada faktor psikologis kita yang sebetulnya tidak menginginkan si ‘dia’ datang. Saat datang, ada rasa segera menyuruhnya untuk segera tuntas. Tapi yang terjadi malah sebaliknya.
Lama haid bisa molor melebihi batas waktu yang biasanya. Jadilah hutang semakin banyak dan kita pun makin galau. Makin galau, maka makin lama si ‘dia’ mampirnya. Hutang pun menumpuk hingga belasan hari. Tapi ingat ya, kalau sudah lebih dari 15 hari itu artinya sudah bukan darah haid lagi melainkan istihadhah alias darah kotor atau penyakit. Jadi kamu harus puasa dan melakukan ibadan lainnya seperti biasa setelah mandi besar tentunya.
...Tentang rasa malas, itu penyakit yang tidak ada obatnya apalagi di apotik. Jadi ya kita sendirilah yang harus bisa mengendalikan rasa itu. Mulai saja pelan-pelan...
Nah, di momen Syawal ini saatnya mulai membayar hutang puasa Ramadan. Banyaknya penganan yang tersaji membuat berat hati untuk segera beribadah kembali. Iya nggak sih? Kalau saya sih iya. Belum lagi mengingat jumlah hari yang harus diganti, duhhh...
Eits, tapi rasa malas tak boleh dimanja. Bismillah harus segera diniatkan untuk kembali semangat. Kecuali memang niat mau silaturahim sana-sini yang itu butuh tenaga dan penghormatan untuk memakan sajian, maka ayuk mulai puasa bayar hutang. Tilawah yang awalnya ingin khatam 30 juz, ayuk dilanjutkan. Salat sunah lail yang sudah mulai terbiasa dengan tarawih, ayuk dibiasakan. Intinya, seluruh pembiasaan baik selama bulan Ramadan ayuklah kita lanjutkan saja.
Tentang rasa malas, itu penyakit yang tidak ada obatnya apalagi di apotik. Jadi ya kita sendirilah yang harus bisa mengendalikan rasa itu. Mulai saja pelan-pelan. Lakukan mana yang mudah asal yang wajib jangan pernah ditinggalkan. Tinggal membiasakan lagi yang sunah setelah libur haid sekian lama. Susah? Iya, karena surga balasannya. Kalau mudah bisa-bisa cuma kipas angin imbalannya hehe.
Intinya, niatkan saja dulu untuk semangat ibadah sebagaimana Ramadan lalu. Ikhtiar maksimal untuk melangkah selebihnya serahkan pada Allah untuk memudahkan segalanya. Mudah saat mau bangun tahajud, mudah untuk tilawah tanpa rasa malas, mudah untuk segera bayar hutang puasa, mudah untuk lanjut bersedekah dan mudah-mudah dalam ibadah lainnya. Yakin saja, kita bisa melewati rasa malas ini dan menemukan ritme indah lagi dalam beribadah. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google