LDM atau Long Distance Marriage alias suami istri saling berjauhan karena satu dan lain hal adalah satu keniscayaan di zaman kini. Bisa saja karena urusan pekerjaan beda kota yang harus ditunaikan karena terikat kontrak dan akad sebelumnya. Atau mungkin ada amanah yang harus dituntaskan sebelum bisa bersatu dengan kekasih hati. Bisa jadi surat-surat yang diperlukan untuk membangun mahligai baru itu masih tersendat dan lain sebagainya.
Kondisi ini memang bukan kondisi ideal. Siapa juga yang mau berjauhan dengan belahan jiwa setelah sekian lama dinanti dengan penuh harap? Suami istri fitrahnya ada untuk berdekatan, sehingga hak dan kewajiban satu sama lain bisa terpenuhi. Mereka adalah selimut satu sama lain dalam makna kiasan ataupun sebenarnya. Bila berjauhan, bagaimana pula selimut itu bisa berfungsi maksimal?
Qadarullah, ada situasi tertentu yang ‘memaksa’ pasutri ini untuk melakukan LDM. Mereka berjauhan meskipun telah diikat dalam ikatan akad nikah yang sah. Butuh komitmen yang kuat satu sama lain agar jarak yang terbentang tetap menciptakan suasana harmonis dan romantis di hati. Bukankah sesungguhnya cinta itu ada salah satu faktornya karena saling percaya? Termasuk saat berjauhan seperti itu.
...Rindu yang menjadi bara untuk semakin membuat harmonis dan romantis senantiasa. Rindu yang harus bersabar hingga tiba waktunya mereka bisa bersatu kembali dan tidak terpisahkan...
Di era canggihnya teknologi seperti saat ini, rentang jarak yang ada seolah menjadi nisbi saat terkoneksi dengan yang namanya internet. Rindu yang nyata ada karena lama tak bersua, sedikit terobati dengan adanya fasilitas chatting yang bahkan bisa bersemuka. Berbincang ringan dengan si dia di ujung sana bisa menjadi pelipur lara karena masih sekian minggu lagi hingga hari pertemuan kembali tiba. Bukan tidak mungkin, rindu yang terpendam dikemas sedemikian indah hingga kembali bersatu dengan belahan jiwa.
Ya...mengemas rindu agar ia menjadi semakin utuh. Rindu yang hadir karena ketakwaan. Rindu yang telah halal karena ditujukan pada pasangan sah semata. Rindu yang menjadi bara untuk semakin membuat harmonis dan romantis senantiasa. Rindu yang harus bersabar hingga tiba waktunya mereka bisa bersatu kembali dan tidak terpisahkan.
Semoga saja Allah mengaruniakan kesabaran dan keteguhan hati yang lebih kepada semua pasangan yang sedang mengalami LDM. Ada doa terlantun di setiap sujud untuk si dia yang di sana. Ada semangat baru di tiap menyambut pagi saat menghitung hari hingga bisa bersua dengannya. Ada harap yang terus dipupuk agar satu ketika nanti raga yang terpisah, selamamya bersatu dalam ridho ilahi. Doa, semangat, dan harap yang dibalut rindu menjadi kekuatan tersendiri untuk menghadapi hari dengan penuh optimis. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google