Oleh: Fadhilah Ummu Khalifah (Siswi SMA KHOIRU UMMAH Sidoarjo)
Bullying, disetiap sekolah pasti ada fenomena bullying, baik SD SMP maupun SMA, baik dalam bentuk fisik maupun psikologis, tak heran jika korban bullying seringkali tidak ingin masuk sekolah tanpa memberitahu alasan yang jelas kepada orangtua.
Tercatat sekitar 84% anak Indonesia mengalami kekerasan di sekolah, beberapa contoh kasus ini yaitu pengeroyokan terhadap siswi SD di Padang, penyekapan dan penganiayaan terhadap siswi SMA di Yogyakarta hanya karena tatto Hello Kitty, siswa di Surabaya menebas lengan tangannya karena cemburu, tawuran antar pelajar di Jakarta yang merenggut nyawa, dan lain sebagainya.
Dari kasus-kasus tadi banyak yag memakai kekerasan dan pelakunya masih anak sekolah, ini adalah bukti bahwa budaya kekerasan sudah menjadi perilaku anak di usia belia, mereka menganggap semua masalah bisa diselesaikan dengan kekerasan, fenomena ini sagat berbahaya bagi pembentukan karakter generasi muda penerus negara ini, karena nantinya akan melahirkan generasi yang keras dan anarkis.
Perilaku kekerasan ini muncul karena ada arus informasi yang diterima oleh aak-anak dari media-media seperti gadget, tontonan di televisi yang mengandung unsur kekerasan atau perkelahian, dan media-media lain yang sering dijumpai oleh anak-anak sekolahan. Tak hanya itu, mereka juga bisa mendapatkan contoh perilaku-perilaku kekerasan dari lingkungan, atau bahkan keluarganya sendiri. Perilaku kekerasan ini juga menunjukkan banyak masalah dengan pendidikan di negri ini.
Banyak pula orang-orang mengambil keuntungan dari perilaku kekerasan, seperti kasus pembunuhan, saksi kunci e-KTP di Amerika, penyiraman air keras Novel Baswedan, pembacokan saksi kunci terkait Habib Rizieq. Dari kasus-kasus ini bisa ditarik kesimpulan bahwa masyarakat sekarang melanggengkan kekerasan untuk membalaskan dendam ataupun melampiaskan rasa tidak suka nya pada seseorang dengan kekerasan. Inilah gambaran masyarakat sekuler yang menghalalkan segala cara untuk kepentingan pribadi tanpa mementingkan orang lain.
Lalu apa peran negara dalam masalah ini? Bisa kita lihat bahwa negara kurang tegas dalam menghadapi masalah ini, padahal ini masalah yang tidak bisa diremehkan karena ini terkait dengan masa depan generasi-generasi penerus bangsa ini. Mulai dari kurang tegas nya pemerintah dalammemfilter konten kekerasan yang tersebar di media massa, dan juga kurang tegas dalam menghentikan kekerasan dan premanisme di masyarakat.
Apabila kita melirik pada sistem Islam, maka akan kita jumpai rasa aman pada masyarakat yang ada di negara islam, karena dalm islam negara punya tanggung jawab terbesar dalam memelihara keamanan warganya, menciptakan rasa aman dan menghentikan budaya kekerasan sedini mungkin sebelum berubah menjadi masalah besar.
Di dalam islam juga di ajarkan untuk saling menyayangi satu sama lain, tidak saling beradu, bahkan dalam Islam apabila ada orang yang berselisiih, maka diber waktu tiga hari untuk saling memaafkan. Maka dari itu, negara ini sangat perlu diterapkannya sistem islam, karena hanya islam lah solusi dari semua permasalahan di negri ini baik dari yang besar maupun hal yang mungkin menurut kita sepele sekalipun. [syahid/voa-islam.com]