View Full Version
Senin, 06 Nov 2017

Parenting: Ilmu yang Penting, Bukan untuk Dipinggirkan

Oleh: Tri Alviani

Saat ini ilmu parenting belum banyak diminati oleh semua kalangan, menjadikan bidang ini seolah hal yang remeh. Mayoritas merasa belum waktunya ilmu ini dipelajari dengan berbagai alasan yang menyertai: belum punya anak, belum menikah, masih sibuk kerja, sibuk kuliah atau sibuk sekolah dan sibuk yang lain-lain. Bagi yang mau menikah seringkali yang menjadi fokus utama adalah rasa suka satu sama lain. Persiapan menjadi orangtua kadang malah buram. Juga tatkala telah memiliki anak pun, mereka belum meminati ilmu parenting.

Mereka memilih mengandalkan ilmu seadanya, mereka-reka, mencontoh pola asuh dan pendidikan dari orangtua kita yang kita tidak ketahui benar, tepat atau tidaknya untuk diterapkan pada anak. Bisa jadi juga adanya anggapan bahwa ini bukanlah sesuatu yang bisa mendatangkan masalah di kemudian hari karena melihat anak yang masih kecil nan menggemaskan. Namun di sisi lain, orangtua memunyai impian anaknya menjadi anak yang sehat, tangguh, cerdas dan berakhlak mulia.

Sebagai contoh, jika orangtua menginginkan anak yang sehat dan kuat, bagaimana hal ini bisa terwujud jika makanan anak tidak dijaga oleh ibu atau bapaknya? Muudah saja jajanan luar yang tak terjamin kebersihannya atau gizinya menjadi konsumsi hanya karena ikut rengekan anak.  

Bagaimana bisa menjadi anak yang saleh yaitu taat kepada seluruh aturan Allah dan Rasul-Nya jika pendidikan anak jauh dari Islam? Jangankan menjalankan syariat secara utuh, menutup aurat saja tidak dilakukan karena menganggap Islam sebatas agama ritual saja. Dalam hal kepemilikan juga demikian. Anak harus bisa membedakan mana barang miliknya dan mana barang milik orang lain, bagaimana cara meminjam dan bagaimana sikap yang benar jika tidak dipinjami.  

Ternyata masih banyak kan PR sebagai orangtua?

Seringkali peran orangtua tidak dianggap sebagai profesi yang harus ditunjang dengan ilmu dan pendidikan tinggi. Jadilah profesi ini tidak dianggap sebagai hal yang penting untuk dibekali. Ia berjalan ala kadarnya, sempat-sempatnya, dan minim ilmu.

...Saat ini ilmu parenting belum banyak diminati oleh semua kalangan, menjadikan bidang ini seolah hal yang remeh. Mayoritas merasa belum waktunya ilmu ini dipelajari dengan berbagai alasan yang menyertai...

Banyak orangtua yang menargetkan anak untuk kelak menjadi pribadi yang baik dan saleh. Sayangnya, cara atau proses menuju itu seringkali minim pengetahuan. Para orangtua itu merasa nyaman dengan pola asuh yang sekarang tanpa melihat itu sudah tepat atau belum untuk sampai ke tujuan.

Akhirnya anak diberikan pendidikan yang keliru, dimana orangtua kadang kurang sabar menghadapi anak yang lagi tantrum misalnya. Banyak solusi salah yang diterapkan saat seperti itu. Bisa jadi anak dikerasi, dibentak, dimarahi, bahkan dicubit. Dengan begini seringkali orangtua tanpa sadar melabeli anaknya sebagai anak nakal. Atau dalam kasus lain orangtua menuruti semua keinginan anak tanpa mengenali itu baik atau tidak bagi si anak dengan dalih sayang anak yang mengakibatkan anak memberontak sejadi-jadinya apabila tidak dituruti di kemudian hari.

Ini hanya sebagai contoh dari sekian kasus. Anak harus dikenali dari potensinya yang merupakan fitrah manusia, ia juga harus dikenali dari usianya yang memiliki target-target pada setiap jenjang usianya itu. Kalau sudah seperti ini tentulah kita harus mengetahui dan memanjangkan sumbu kesabaran dalam mendidik dan mengasuh.

Profesi sebagai orang tua ini tidak bisa tidak harus dipelajari. Sama seperti ketika seseorang ingin menjadi seorang dokter, tentara, guru, karyawan swasta dan sebagainya yang mengharuskan ia memunyai ilmu di bidangnya.  

Islam sudah menempatkan aturan profesi ini. Ia mulia dengannya yaitu dengan aqidah. Jauh sebelum muslim dan muslimah berlabuh dalam sebuah pelaminan seharusnya mereka mengetahui tujuan hakikat penciptaan diri, juga hakikat pernikahan ini. Karena bagaimanapun keluarga adalah pucuk peradaban yang akan melahirkan generasi cemerlang. Pernikahan bukan hanya tentang dua insan yang bertemu berlandaskan cinta semata. Namun ini adalah permulaan hadirnya generasi cemerlang dari orangtua yang sadar dan menyiapkan profesi ini dengan landasan aqidah Islam.

Semua ini akan bisa terwujud dengan maksimal jika ada kuasa negara yang menerapkan aturan dengan benar. Negara harus mampu mengedukasi setiap orangtua maupun yang belum menjadi orangtua untuk mempersiapkan diri pada profesi ini. Para orangtua dan calon orangtua harus mampu menjaga jiwa dan akal manusia khususnya keluarga masing-masing, sehingga setiap muslim dan muslimah bisa mengetahui kodratnya dan tanggungjawab yang akan dipikul.

Pendidikan parenting tentu akhirnya dirasa sebagai satu kebutuhan nyata dalam tindakan dan keseharian. Pemerintah dalam hal ini menjadi support system yang diandalkan bagi profesi ini. Dan tentu profesi mulia ini 'semakin hidup', melengkapi profesi yang sebelumnya telah ada di tengah masyarakat. Wallahu'alam. (riafariana/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version