Oleh: Priani,S.Pd*
Tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Mengingatkan kita akan jasa para guru yang mencerdaskan kehidupan bangsa. Tidak hanya terbatas pada guru di sekolahan, namun juga guru Taman Pendidikan Al Qur'an(TPA), tentor bimbingan belajar, termasuk juga kedua orang tua yang sabar dan ikhlas mendidik kita.
Menjadi Guru Teladan
Menjadi guru adalah sebuah pilihan. Dan tentunya ada konsekuensi dari pilihan tersebut. Sebagai guru dituntut menjadi pribadi yang patut dijadikan teladan bagi anak didiknya. Karena tingkah laku guru akan dicontoh anak didiknya. Jika tingkah laku guru baik, maka anak akan baik, dan sebaliknya. Namun, fakta yang terjadi, tidak semua guru bisa menjadi teladan.
Masih ditemukan kasus-kasus kejahatan yang dilakukan guru. Seperti guru cabul, guru pemarah, guru kriminal, dll. Sungguh, hal ini sepatutnya menjadi bahan evalusi bersama. Apa jadinya generasi bangsa ini jika gurunya tidak patut jadi teladan?
Oleh karena itu, penting bagi setiap guru memperbaharui lagi semangat menjadi pribadi teladan seperti guru terbaik umat manusia yaitu Nabi Muhammad Saw. Dan proses perbaikan diri menjadi teladan membutuhkan ilmu. Jadi tidak ada kata berhenti belajar setelah jadi guru. Justru harusnya semakin menambah ilmunya dengan banyak membaca, menghadiri seminar, pelatihan, dll.
Pembentuk Karakter Anak
Para pendidik, baik guru di sekolah, guru ngaji TPA, atau pun orang tua di rumah perlu dalam memahami pentingnya menjadi teladan. Penting bagi guru untuk memahami pembentuk karakter anak. Karakter dibangun dari pola pikir dan pola sikap. Pola pikir dibangun dengan cara memahamkan konsep/ide yang benar kepada anak. Sedangkan pola sikap dibangun dengan membiasakan anak memenuhi kebutuhan jasmani dan naluri-nalurinya sesuai dengan konsep yang benar.
Penanaman konsep yang benar (baca sesuai Al Qur'an) dilakukan dengan metode berpikir, yaitu dengan mengajak anak berfikir secara langsung tentang alam semesta, manusia dan kehidupan, dan kaitannya dengan kehidupan sebelumnya dan sesudahnya. Dari hasil berpikir itu, akan menemukan bahwa dibalik yang diindera anak ada sang Pencipta yaitu Allah Swt.
...penting bagi setiap guru memperbaharui lagi semangat menjadi pribadi teladan seperti guru terbaik umat manusia yaitu Nabi Muhammad Saw. Dan proses perbaikan diri menjadi teladan membutuhkan ilmu...
Anak diajak berpikir tentang tujuan hidupnya yaitu mencari ridha Allah Swt dengan mematuhi aturan-Nya, dan setelah mati akan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Akidah inilah yang akan menancap kuat pada anak, sehingga dengan kekuatan aqidah ini mampu membimbingnya senantiasa di jalan kebenaran.
Membangun pola sikap, membutuhkan konsistensi dan kesabaran. Karena anak-anak juga manusia yang kadang ada khilafnya. Sehingga menuntut guru bersabar dan bijak dalam menyikapi masalah.
Pembentukan pola pikir dan pola sikap harus terus dilakukan, baik di sekolah, di rumah, maupun di kehidupan bermasyarakat. Namun, sayangnya 3 komponen penting sekolah,keluarga dan lingkungan masyarakat tidak sejalan. Misalnya, di sekolah sudah dipahamkan sholat itu wajib dan dibiasakan sholat, tapi ketika di rumah dan lingkungan tidak menegakkan sholat, maka karakter yang sudah dibangun di sekolah akan roboh. Dari sini, butuh sinergisitas pihak sekolah,rumah dan masyarakat.
Peran Penting Negara
Mendidik anak di era digital seperti sekarang, dibutuhkan peran negara. Karena keberadaan negara menjadi benteng bagi warganya agar bisa hidup dalam kondisi yang baik. Derasnya budaya pergaulan bebas, peredaran narkoba yang merambah ke dunia pendidikan, konten pornografi di internet menjadi sumber masalah dunia pendidikan.
Jika negara lalai dalam menangani masalah ini, tujuan pendidikan untuk membentuk generasi yang berkarakter tidak akan berhasil. Oleh karena itu, negara diharapkan mampu menciptakan kondisi yang kondusif bagi pendidikan generasi bangsa. (rf/voa-islam.com)
*Pengajar Tahfizh Anak Usia Dini, Al Hanif Jombang
Ilustrasi: Google