View Full Version
Rabu, 13 Dec 2017

My Teacher is My Hero (Bagian-1)

Oleh: Ummu Fatih

Tanggal 25 November kemarin jadi momen yang cukup penting dalam dunia pendidikan. Ada yang tahu kenapa tanggal ini penting? Yup, betul banget. Tanggal ini diperingati sebagai Hari Guru. Hari dimana ucapan terima kasih mengalir untuk para guru untuk jasa-jasanya yang selalu terkenang.

Coba deh cek di media sosial atau televisi, pasti banyak banget berseliweran ucapan “Selamat Hari Guru”. Banyak do’a yang dicurahkan untuk mereka, sang Pendidik Generasi. Kenapa sampai ada penetapan Hari Guru ya, sob? Memang seberapa pentingnya sih peran guru itu? Kita bahas sama-sama yuk.

Peran guru itu sangat penting. Mengapa? Karena mereka merupakan salah satu penentu lahirnya generasi-generasi gemilang. Karena gurulah yang akan menjadi panutan bagi murid-muridnya kelak. Sudah semestinya guru tak hanya berperan sebagai pengajar saja, melainkan juga sebagai pendidik. Istilah ‘Pahlawan Tanpa Tanda Jasa’ memang sudah semestinya disandang oleh guru, bukan hanya sebagai soal istilah belaka, namun sudah sepatutnya diberikan bentuk apresiasi nyata.

Pasti dari banyaknya guru kita, ada beberapa guru yang jadi favorite kan? Guru yang bukan hanya mentransfer ilmunya saja, tapi juga memberikan motivasi dalam belajar. Guru yang rela mencurahkan waktu dan pikirannya untuk mendidik dan membina kita semua. Bahkan, ada lho guru yang mengabdikan dirinya di desa terpencil untuk mengajar dengan bayaran yang sangat kecil. Mereka tulus mengajar tanpa pamrih.

Dalam bahasa Arab, guru disebut ustadzun. Nah, kata ustadzun itu apabila kita runut, akan sampai kepada tugas yang mulia, karena guru bertugas sebagai penyampai atau disebut juga dengan muballigh. Meskipun dalam istilah bahasa Arab yang lain, kadang guru mendapat sebutan mudarris, yang artinya penyampai pelajaran. Sobat semua juga sudah tau kan kalau di masyarakat luas itu, ulama yang biasa memberikan kajian disebut ustadz. Disinilah letak peran pentingnya seorang guru.

Guru adalah pekerjaan mulia dan termuliakan. Guru bukan sekedar orang yang menyampaikan ilmu saja, melainkan juga sebagai pendamping, pembimbing, dan penyampai kebaikan, sehingga terbentuklah generasi-generasi hebat dan menjadi bagian dari peradaban mulia. Demikianlah tugas mulia seorang guru. Sampai ada dalam sebuah riwayat yang menjelaskan kalau guru itu menjadi salah satu komunitas yang diutamakan oleh Allah di padang mahsyar lho, sob. Masya Allah…

Namun terkadang pekerjaan yang mulia itu ga disadari oleh seorang guru. Padahal mengajar itu memiliki nilai lebih lho, mulai dari kebahagiaan, ketenangan, kecukupan, dan yang terpenting adalah keberkahannya. Niat mengajarnya diniatkan dengan tulus mendapatkan keridhoan dari Allah.

Kita bisa belajar tentang kesejatian seorang guru dari Lukman Al Hakim, seorang yang disitimewakan Allah sehingga namanya tercantum sebagai salah satu nama surah dalam Al Quran. Darinya kita belajar tentang kesejatian sosok guru.  Hal yang ia ajarkan pertama kali oleh Lukman kepada muridnya (anaknya) adalah tentang mengesakan Allah, apa itu? Yup, itu adalah ilmu Tauhid, “Ya Bunayya La Tusyriq billah, innaysirka Lazulmun Adziim,” ia memanggil anaknya dengan sebutan yang lembut dan menentramkan, “Ya Bunayya” wahai anakku yang tercinta, janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya syirik itu adalah dosa yang teramat besar! Dari sini kita belajar, bahwa guru sudah semestinya mengajar dengan penuh kasih sayang dan tetap mengenalkan Allah sebagai pencipta kepada anak didiknya.

Berat juga ya tugas sebagai guru itu. Selain menyampaikan ilmu, guru juga harus mampu memberikan motivasi dan inovasi, sehingga siswa merasa dekat dengan gurunya. Tapi kondisi generasi jaman now yang banyak terpengaruh budaya luar, yang terkadang negatif membuat guru harus menyiapkan stok sabar sebanyak-banyaknya. Di kala guru harus mengemban tugas sebagai pengajar, pembimbing, dan mengerjakan tugas-tugas lainnya.

Dalam membangun sebuah peradaban yang mulia, kita butuh energi besar dari para penerus generasinya. Salah satu sosok yang berperan dalam membentuk generasi yang cemerlang itu adalah guru.

Akan kita dapatkan perbedaan yang sangat mencolok apabila kita bandingkan keberadaan guru jaman now dengan masa kejayaan Islam. Pada masa Khalifah Umar bin Khaththab ra., misalnya, beliau pernah menggaji guru-guru yang mengajar anak-anak kecil di Madinah sebanyak 15 dinar setiap bulan (1 dinar = 4,25 gr emas). Amazing!! Ketika kesejahteraan guru telah terjamin, so pasti gak ada lagi alasan untuk gak profesional dalam mengajar dan mendidik lagi, kan?

Saat Islam diterapkan dalam sebuah tatanan sistem,  seorang guru mampu berkarya secara optimal dalam mencetak generasi unggul pembangun peradaban, menguasai ilmu dunia dan ilmu akhirat, berkepribadian Islam dimana pola pikir dan pola sikap dibangun berdasarkan Islam, dan menjadikan generasi didikannya memiliki jiwa kepemimpinan.

Sebut saja Muhammad al-Fatih hasil karya didikan Syekh Aaq Syamsudin. Dalam usia yang masih relatif muda, Muhammad al-Fatih sudah hafal al-Quran 30 juz, menguasai ilmu hadits, memahami ilmu fikih, matematika, ilmu falak, strategi perang, dan menguasai enam bahasa. Beliau juga adalah sosok yang pemberani namun tetap tawadhu’. Luar biasa banget ya, sob! Jadi penasaran deh, bagaimana sih sosok guru Muhammad al-Fatih ini? Tapi sebelumnya kita bahs sedikit tentang karakter awal Muhammad al-Fatih sebelum berhasil didik oleh gurunya yang sangat inspiratif ini.

Sulthan Muhammad Al-Fatih. Siapa yang tidak mengenal pemuda tangguh ini? Di usianya yang masih belia (21 tahun), Konstantinopel yang waktu itu berada di bawah kekuasaan Byzantium, mampu beliau taklukkan. Beliaulah sebaik-baik pemimpin yang memimpin sebaik-baik tentara.

Masa kecilnya, Muhammad Al-Fatih adalah anak yang nakal hingga dia memiliki seorang guru yang bernama Syaikh Aaq Syamsuddin. Syaikh inilah penakluk Konstantinopel yang sebenarnya. Karena, dari doktrin dan pemikiran beliaulah Muhammad Al-Fatih menyerang Konstantinopel. Beliaulah otak dan dalang atau bara pemantik adanya kobaran api besar di kota Konstantinopel.

Beliaulah guru sang pemimpin terbaik yang mengajarkan berbagai disiplin ilmu kepada Sulthan sejak masa kanak-kanaknya. Al-Qur’an, Hadits, Fiqh, Linguistik (Arab, Parsi dan Turki) dan juga disiplin ilmu yang lain seperti Matematika, Falak, Sejarah, Ilmu Peperangan dan sebagainya diajarkan olehnya.

Syaikh Aaq Syamsuddin telah berfirasat bahwa Al-Fatih adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW di dalam hadits tentang penaklukkan Konstantinopel:

“Sungguh. Konstantinopel akan ditaklukkan. Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin (yang menaklukkan)-nya dan sebaik-baik tentara adalah tentaranya.”

Lalu beliau terus memberikan motivasi dan meyakinkannya.

Beliaulah yang memerintahkan untuk mempersiapkan dan menyerang Konstantinopel kepada Sulthan Muhammad Al-Fatih sehingga pecah pertempuran dahsyat selama 54 hari. Dalam pertempuran yang panjang tersebut, kadang pasukan Bizantium mengalami kemenangan. Hingga pada suatu waktu, Paus membantu pasukan Bizantium dengan mengirimkan 4 kapal perang.

Para panglima pasukan dan menteri Ustmani mengadakan pertemuan dan menemui Sulthan dengan mengatakan, “Sesungguhnya Anda telah menggerakkan sejumlah besar pasukan Ustmani untuk melakukan pengepungan ini karena menuruti perkataan salah seorang syaikh (maksudnya adalah syaikh Aaq Syamsuddin). Banyak tentara binasa dan peralatan perang pun rusak. Bahkan lebih dari itu, datanglah kemudian bantuan dari negara-negara Eropa untuk orang-orang kafir yang berada dalam benteng. Keinginan untuk menaklukkan Konstantinopel belum bisa diperkirakan.”

Mendengar keluhan dan pendapat dari anak buahnya, Muhammad Al-Fatih mengutus salah satu menterinya, Waliyuddin Ahmad Pasha kepada Syaikh Aaq Syamsuddin ke kemahnya untuk mendapatkan solusi dari permasalahan ini. Namun, ternyata Syaikh Aaq Syamsuddin hanya menjawab, “Pasti Allah akan mengabulkan penaklukan ini.” Bersambung. [syahid/voa-islam.com]

 

Dikutip dari berbagai sumber.

http://annida-online.com/aaq-syamsuddin-gurunya-sang-pemimpin-terbaik.html

https://muslim.or.id/25497-adab-seorang-murid-terhadap-guru.html


latestnews

View Full Version