View Full Version
Kamis, 21 Dec 2017

Jodoh Kedua Itu Ada, Saat Fokus pada Allah Saja

Membincang jodoh, selalu ada harap cemas: siapakah dia yang ditakdirkan Tuhan untuk membersamaiku? Terlebih bagi perempuan, yang secara umum ‘dituntut’ masyarakat untuk tak terlambat dalam menyambutnya. Itulah mengapa di usia rentan, banyak perempuan akhirnya mengiyakan siapa saja yang datang.

Bukan, kita tidak berbicara tentang rasa cinta dalam hal ini. Karena toh cinta bisa ditumbuhkan seiring berjalannya waktu dan bertambahnya ketaatan. Yang menjadi masalah adalah saat yang datang bukanlah sosok yang layak untuk dijadikan qawwam. Proses taaruf yang kurang maksimal hingga banyak aspek terabaikan untuk dikenali secara mendalam, mengakibatkan kekurangtepatan dalam mengambil keputusan.

Di titik inilah perempuan sangat riskan menjadi korban. Kurang pahamnya ilmu Islam dan tak terbiasa mengambil inisiatif, membuatnya hidup dalam tekanan. Ia merasa bahwa ini semua takdir dan bagian dari cobaan. Sayangnya ada yang terlupa, Islam pun memberikan solusi saat sang jodoh tak lagi bisa dijadikan wasilah menuju surga.

Ya, ada jalan keluar darurat yang bisa diambil meskipun itu terasa pahit. Tapi bukankah pahitnya obat dan jamu hanya sesaat untuk kemudian memberi efek kebaikan bagi tubuh selanjutnya?

...Tak perlu risau dengan bertambahnya usia. Tak perlu hirau dengan suara-suara terkait dengan status baru yang ada. Di sisa waktu yang menjelma, maksimalkan untuk beramal salih dan bermanfaat bagi sesama...

Perempuan adalah sosok istimewa yang diberikan hak khuluk padanya. Rasa cinta pada sang jodoh, tidak menjadi alasan untuk terus berada dalam keterpurukan. Sebaliknya, rasa cinta itu seharusnya selaras dengan tingkat ketakwaan yang menyertai. Saat ketakwaan ini perlahan tapi pasti mulai tertanggal, maka tak lagi ada alasan untuk bertahan.

Nyeri, sedih, dan pedih sudah pasti membersamai. Tapi jodoh yang tak lagi memegang kunci surga, untuk apa juga terus disertai? Setelah segala daya upaya telah dimaksimalkan untuk membuatnya kembali menapaki tangga ketaatan, inilah saatnya untuk tegas bersikap dan mengucap selamat tinggal dengan mantap.

Tak mengapa bila harus sendiri. Bukankah sejatinya pada diri seorang mukmin itu ada keyakinan kuat bahwa Allah selalu menemani? Tak perlu ragu melepas jodoh yang satu, saat Allah menjanjikan akan mengganti dengan yang lebih baik ketika kita melakukan semua karenaNya. Meskipun untuk ke sana, ada jalan terjal lagi yang harus dibekali dengan sabar yang banyak dan juga istighfar.

Tak perlu risau dengan bertambahnya usia. Tak perlu hirau dengan suara-suara terkait dengan status baru yang ada. Di sisa waktu yang menjelma, maksimalkan untuk beramal salih dan bermanfaat bagi sesama. Jodoh itu pasti ada, hanya keberadaannya masih gaib saja. Bilapun tidak di dunia fana, yakin ia akan menyambut di dunia ‘sana’.

Ya...selalu ada kesempatan kedua bagi perempuan untuk mendapatkan jodoh terbaiknya. Selalu ada harapan yang terus disemai hingga nanti saat menjemput kebahagiaan hakiki bersama dengan jodoh sejati.  Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google              


latestnews

View Full Version