View Full Version
Senin, 05 Feb 2018

Jaga Anak-anak dari Ngerinya LGBT!

Sahabat VOA-Islam...

Nanar mata ini membaca data bahwa AS mendanai program “Being LGBT in Asia” yang diluncurkan oleh UNDP dengan pendanaan US$ 8 juta dari USAID yang dimulai Desember 2014 hingga September 2017.

Program ini fokus beroperasi di Asia Timur dan Asia Tenggara khususnya Cina, Indonesia, Filipina dan Thailand dengan tujuan meminimalisir kendala bagi kaum LGBT untuk hidup di tengah masyarakat (republika.co.id, 12/02/2016).

LGBT telah menjadi gerakan yang terstruktur dan sistematis dengan jejaring yang semakin luas.

Teriris hati ini melihat fakta mencengangkan dalam catatan akhir 2017 Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI). LPAI menemukan bahwa persoalan lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) atau kekerasan seksual menjadi permasalahan nomor dua bagi anak (hidayatullah.com, 28/12/2017). Anak-anak telah menjadi sasaran predator LGBT.

Sebagai ibu, tentu fenomena LGBT ini membuat diri bergidik ngeri. Semakin ketar-ketir dalam merawat sang buah hati. Maka upaya Ibu dalam menjaga anak agar tak terjebak atau menjadi korban LGBT mutlak dilakukan. Pemahaman bahwa Allah menciptakan dua jenis manusia yakni laki-laki dan perempuan mesti ditanamkan. Mendidik anak laki-laki dengan maskulinitasnya, sedangkan anak perempuan dengan feminitasnya. Tak boleh anak laki-laki didandani seperti perempuan atau sebaliknya, apalagi untuk lucu-lucuan.

Batasan aurat laki-laki dan perempuan pun tak lepas menjadi poin penting. Mana aurat besar yang tidak boleh dibuka dan disentuh orang lain. Bagi perempuan di hadapan mahram dan di rumah boleh menampakkan anggota wudlunya, sementara keluar rumah wajib megenakan jilbab dan khimar. Bagi laki-laki pun dilarang memperlihatkan auratnya dari pusar hingga lutut. Sebelum baligh anak-anak dilatih dan dibiasakan untuk menutup auratnya. Bukan karena mumpung kecil, dipakaikan baju-baju seksi.

Dari usia 7 tahun anak-anak mesti dipisahkan tempat tidurnya dari orang tuanya. Masing-masing anak dengan tempat tidurnya sendiri. Bahkan, masing-masing anak dengan selimutnya. Tidak diperkenankan mereka berselimut bersama meski sesama anak laki-laki ataupun sesama anak perempuan. Berbagai upaya preventif lain yang diajarkan nabi, mesti diaplikasikan. Orang tua pun harus tahu dengan siapa anak-anaknya bergaul, termasuk media yang diakses mereka saat gawai telah diperkenankan. Lancarnya komunikasi orang tua dengan anak mendukung penjagaan anak.

Getok tular kepada orang tua lain dan sekitar tentang pemahaman LGBT, bahayanya serta solusi dalam Islam juga dibutuhkan. Dukungan lingkungan untuk melindungi generasi dari penyakit Kaum Luth ini sangat urgen. Tak hanya itu, harus ada dorongan bagi negara dalam perannya sebagai tameng untuk membendung meluasnya virus LGBT ini dengan cara sistematis dan terstruktur juga.

Semoga Dzat Pencipta manusia melindungi anak-anak kita, generasi kita, negeri kita dari fitnah LGBT dengan aturan sempurna dariNya. Wallahu a’lam. [syahid/voa-islam.

Kiriman Esti Bunda Taqiy, Seorang Ibu dan Anggota Komunitas Belajar Menulis Revowriter


latestnews

View Full Version