View Full Version
Jum'at, 09 Feb 2018

Suami Idaman Bukanlah Sosok Dilan

Oleh: Wati Umi Diwanti*

 “Jangan cari nafkah! Berat. Kamu tak akan kuat. Biar aku saja.” Gombalan seorang suami pada istri yang patut diapresiasi. Tentu bukan sekadar untuk menyenangkan hati istri melainkan tanda sorang lelaki sejati. Ia sadar betul di pundaknyalah tanggung jawab nafkah anak dan istri.

“Cukup bagiku anak kita kau rawat. Raihlah ilmu untuk mencerdaskan umat. Jika ada rezeki lebih, akan kupersembahkan seorang khadimat. Untuk Allah dan agama ini mari kita sama-sama berkhidmat,” lanjut sang suami. Ini baru so sweet. Dunia akhirat!

Pertanyaannya, bisakah bahagia macam ini diraih dari gombalan lelaki yang belum menghalalkan hubungannya dengan kita? Semanis apapun rayuannya dijamin suatu hari akan berbuah petaka. Jikalah di dunia baik-baik saja, bisa jadi Allah akan genapkan semua balasannya di neraka. Karena jelas gombalan pada yang belum halal adalah bagian dari perzinahan.

“Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua teling zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhazrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau digagalkannya.” (HR Bukhari).

Fakta pun berbicara. Banyak keluarga tak sampai seumur jagung sudah bubar jalan. Padahal saat pacaran romantisnya ga ketulungan. Kenapa bisa? Karena bahan bakar bahtera rumah tangga tak sekadar manis kata. Perlu tanggung jawab, saling mengerti dan sabar dalam menerima kurang lebihnya pasangan.

Semua ini akan tuntas terlihat setalah pernikahan. Dalam hal ini pemahaman (agama) seseorang sangat menentukan. Pemahaman tentang hakikat berumah tangga dan tujuan hidup bersama, bukan sekadar memenuhi naluri semata. Ada pahala yang ingin kita panen bersama. Dengan menikah, ladang pahala kita sempurna. Jika digarap bersama, panennya akan maksimal.

Itulah mengapa penting menetapkan kriteria calon pasangan berdasar panduan agama. Bahwa cantik atau ganteng boleh mejadi alasan. Kaya dan terpandang pun boleh menjadi pertimbangan. Hanya saja pemahaman agama harus diutamakan.

Pasangan yang berilmu dan beriman pasti akan menyenangkan. Karena ia tahu ada keridhaan Rabbnya dari setiap rayuan dan pemenuhan kewajiban. Katakanlah, istri taat dan senantiasa memberikan senyuman. Sebaliknya, suami juga penyayang dan pengertian. Allah pun memandang mereka dengan kasih sayangnya. Maka ketentraman hakiki menyelimuti.

وَمِنْآيَاتِهِأَنْخَلَقَلَكُمْمِنْأَنْفُسِكُمْأَزْوَاجًالِتَسْكُنُواإِلَيْهَاوَجَعَلَبَيْنَكُمْمَوَدَّةًوَرَحْمَةًۚإِنَّفِيذَٰلِكَلَآيَاتٍلِقَوْمٍيَتَفَكَّرُونَ

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS Ar rum : 21)

Kesadaran tentang hubungan suci ini tentu tak akan lahir dari beredarnya film-film ala kapitalis macam Dilan. Kesadaran ini hadir melalui sistem pendidikan baik pendidikan formal, informal maupun non formal. Semua harus punya satu landasan dan satu tujuan.  Perlu satu aturan yang diterapkan bersamaan baik skala rumah, masyarakat dan negara. Aturan yang dijamin tak akan menimbulkan perselisahan. Aturan yang datang dari Yang Maha Esa. Islam!

Hanya saja untuk menerapkannya dalam lingkup masyarakat, terutama pengaturan media, tidak bisa dilakukan oleh orang tua atau guru saja. Perlu peran negara yang menjadikan media sebagai penunjang pembentukan pemahaman. Salah satunya tentang siapa sebenarnya lelaki idaman menurut Islam. Bukan malah melarutkan remaja dalam kriteria lelaki idaman semu macam Dilan. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

*Pengasuh MQ.Khadijah Al-Qubro, Revowriter Kalsel (Martapura)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version