View Full Version
Ahad, 18 Feb 2018

Menguatkan Benteng Terakhir

Oleh: Laila Thamrin*

Siapa yang tak menginginkan surga?  Surga itu sangat dirindukan oleh siapa saja.  Bahkan pelaku maksiat sekalipun.

Kita tak sedang ingin menghakimi para pelaku maksiat. Dan juga tak ingin menjadi penentu siapa yang berhak masuk surga atau nerakaNya. Karena itu semua adalah hak Allah Swt. Selaku hamba kita hanya dituntut  untuk menjalankan kewajiban yang dibebankan secara sempurna.

Sepanjang tahun 2017 yang lalu, banyak kasus-kasus kekerasan yang terjadi menimpa keluarga-keluarga di Indonesia. Tak terkecuali keluarga muslim. Seperti kasus suami memotong kaki isterinya, kasus suami isteri perang mulut yang dilanjutkan dengan perang dengan senjata tajam, kasus ayah pergi meninggalkan rumah dan empat orang anak yang ditinggalkannya tewas menenggak racun serangga, kasus anak yang dianiaya ibunya hingga ajal menjemputnya, kasus ayah menghamili anak kandungnya, kasus seorang guru yang men-sodomi anak laki-laki disekitar tempat tinggalnya sampai puluhan orang, dan banyak kasus lainnya yang setiap hari menghiasi berita di media cetak mau pun online. Sedemikian parahnya kondisi keluarga di Indonesia.

Belum lagi bicara angka perceraian. Menurut berita yang dilansir oleh jawaban.com, angka perceraian sejak tahun 2009 - 2016 naik 16-20%. Dimana tahun 2016 sudah mencapai 340.000 gugatan cerai, dengan sidang terjadi 40 kali perjam. Ini bukan angka main-main loh. Dan gugatan terbanyak terjadi datang dari isteri. Nah, ada apa ini?

Narkoba, juga bikin miris. Jumlah pemakai yang terus bertambah dari seluruh kalangan. Kalau kalangan artis nih, sudah sangat sering kita mendengarnya. Seperti kasus JD yang mengawali tahun baru ini. Bahkan ada yang jatuh berkali-kali dalam dekapan narkoba, tanpa merasa itu sebuah kesalahan. Dan ini menimpa juga ke masyarakat biasa. Korban yang banyak ini berbanding lurus dengan peredarannya yang terus berlanjut. Menurut BNN, saat ini di dunia diperkirakan terdapat sebanyak 200 narkotika jenis baru. Dari jumlah tersebut,  yang sudah terdeteksi beredar di Indonesia mencapai sebanyak 68 jenis narkoba.(republika.co.id).

Tambah lagi pergaulan bebas dikalangan remaja yang mengarah pada seks bebas tanpa ikatan pernikahan. Nanti ujung-ujungnya terjadilah kehamilan. Karena masih sekolah SMP atau SMA, maka aborsi jadi pilihan. Atau seks bebas dengan sesama jenis bila tak ingin resiko kehamilan. Jadilah pelaku "kelompok pelangi" makin menggila. Padahal justru HIV AIDS akan lebih mudah menghinggapi pada kelompok ini, khususnya kaum Gay. Ngeri ya...

Terlalu banyak rasanya kalau mau diungkapkan satu persatu. Yang kita bisa pastikan adalah bahwa  ini sudah sebuah masalah besar. Masalah yang terjadi karena diabaikannya syariat Islam dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Satu-satunya cara yang saat ini masih bisa dilakukan adalah memperkuat ketahanan dalam keluarga. Karenanya keluarga menjadi benteng terakhir untuk menangkal berbagai ancaman buruk ini, yang tentunya  berseberangan dengan syariat Islam.

Peran ayah sebagai pemimpin dalam rumah tangga sekaligus penanggung jawab nafkah anak dan isterinya sangat diperlukan. Ayah yang harus mengarahkan biduk rumah tangga ke arah kebaikan sesuai syariat Islam. Bukan justru menjerumuskan seluruh anggota keluarganya dalam kesengsaraan.

Ibu sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya harus dioptimalkan perannya. Ibu lah yang harus memberikan pendidikan tentang aqidah, adab dan akhlah Islam dirumahnya. Dia menjadi teladan utama juga pelaksanaan ibadah dan kepribadian Islam untuk seluruh keluarganya. Jangan sampai ibu mendukung perilaku-perilaku buruk anak-anaknya, bahkan menjadi contohnya. Na'udzubillahi min dzalik.

Allah berfirman :

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS.At Tahrim : 6).

Bakti anak pada ayah dan bundanya tentu menjadi idaman setiap orangtua. Anak sholih, bertaqwa, cerdas, dan sehat pastilah menjadi harapan. Dan ini harus di upayakan oleh kedua orangtuanya.

Allah Swt mengingatkan dalam firmannya :

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." (QS. Luqman : 14)

Keluarga yang kesehariannya diselimuti dengan syariat Islam, tentu akan menentramkan seluruh penghuni rumah. Alunan bacaan Alquran menjadi hiasan rumahnya. Kata-kata lembut dan santun menjadi penyemangat dalam aktifitas keluarganya. Saling mengingatkan pada kebaikan menjadi bagian dari sikap sehari-hari yang dilakukan. Kasih sayang dan cinta antara ayah, ibu dan anak-anak tentu akan mampu menguatkan benteng keluarga ini, selain ketaatan pada syariat Islam. Ridho Allah Swt lah yang menjadi tujuan setiap amal perbuatan. Hingga inilah yang menjadi penghalang ketika ada bujukan syaithan untuk mengerjakan keburukan. Jadi, ungkapan "Rumahku, Surgaku" pun layak tuk disematkan.

Namun, satu keluarga saja menjadi baik takkan cukup. Keluarga-keluarga tetangga juga mestinya harus baik. Agar terwujud sebuah masyarakat yang benar-benar baik aqidah dan perilakunya. Jika saja syariat Islam diterapkan oleh negara, tentu akan lebih mudah mewujudkan sebuah masyarakat Islam. Aturan yang dibuat negara, tentunya akan menuntut rakyatnya agar mau melaksanakan syariat Islam. Hingga ketentraman dan kesejahteraan bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat.

Pernah dengarkan bagaimana Khalifah Umar bin Abdul Azis ra bingung mencari yang berhak menerima zakat? Ko bisa begitu? Ya..karena rakyatnya sudah sejahtera, semua warganya sudah jadi muzakki, bukan lagi mustahiq. Begitu juga Sultan Sulaiman al-Qanuni, salah satu Khalifah yang memerintah di kekhilafahan Turki Utsmani. Dia menyusun sebuah kitab hukum (Qanun) yang di beri nama "Multaqa al-Abhur." Hukum ini tentunya hukum-hukum syariat Islam, yang diberlakukan bagi Kekhilafahan Turki Utsmani sebagai pegangan dan pedoman pengaturan kehidupan rakyatnya.

Rasanya tak sabar menanti syariat Islam diterapkan di muka bumi ini. Agar kerusakan keluarga akibat diberlakukannya kapitalisme-sekulerisme ini segera berlalu. Dakwah kepada Islam lah yang harus terus digalakkan. Agar semua insan di dunia ini, khususnya muslim menginginkan hal serupa, dan  mengupayakan segera terwujudnya sistem kehidupan Islam dalam bingkai Khilafah Rasyidah 'ala Minhajin Nubuwwah. [syahid/voa-islam.com]

 

*) Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini ; Anggota Komunitas Revowiter

 


latestnews

View Full Version