Oleh: Siti Rahmah
Menjelang Ramadhan sepertinya beranda dipenuhi dengan iklan pakaian yang couplean, apalagi yang menjadi model memang pasangan muda, wah baper. Bagi yang jomblo mungkin terbersit keinginan tuk segera mendapat pasangan supaya bisa couplean.
Memiliki pasangan adalah harapan semua orang, apalagi jika pasangan tersebut yang kita dambakan dan memiliki banyak kesamaan, wah bisa bikin baju couplean tuh. Tapi tentu harapan memiliki pasangan bukan hanya sekedar couplean dalam pakaian, lebih dari itu bisa couplean dalam iman.
Mendapatkan pasangan seiman di jaman sekarang memang tidak mudah, tapi tentu lebih susah lagi ketika ingin mendapatkan pasangan yang bisa sama - sama jaga iman. Se-iya, se-kata, selaras dan sejalan dalam koridor ketaatan untuk menjaga keimanan, itu yang di harapkan. Tentu semua itu butuh perjuangan, yang tidak mudah, kadang lelah tapi semua akan berbuah indah asal Lillah.
Pasangan Idaman Sepanjang Zaman
Tidak mudah memang menjadi pasangan idaman dan bisa mendapat pasangan idaman. Dua hal ini idealnya memang harus ada pada sebuah pasangan, kita tidak bisa menuntut pasangan kita jadi pasangan ideal tanpa kita sendiri memantaskan. Menjadi pendamping ideal untuk seseorang dalam mengarungi kehidupan butuh adanya sandaran yang jelas dan komitmen yang kuat, karena badai ujian akan senantiasa datang silih berganti untuk menguji.
Seperti halnya ujian yang pernah dialami oleh Zainab putri sulung Rasululloh dalam mempertahankan keimanan dan cintanya pada suaminya yang begitu ia cintai dan mencintainya. Keteguhan dan kesabaran Zainab diuji sedemikian hebatnya, hingga kisahnya yang begitu dramatis itu tertuang dalam kilasan sejarah. Kisah tentang kesetiaan, bakti dan keteguhan iman.
Kisah itu dimulai ketika Zainab mendapat kabar tentang keRasulan ayahnya, dan Zainab langsung mengimaninya tapi berbeda dengan suaminya yang enggan bahkan menolak Islam. Sampai ketika Rasululloh berhijrah ke Madinah dan pertempuran dengan kafir Quraiys pun pecah, suami Zainab bahkan terlibat dalam pertempuran tersebut dan berada dipihak musuh sampai akhirnya kafir Quraiys kalah dan suami Zainab pun tertangkap menjadi tawanan perang.
Kaum muslim menetapkan tebusan yang besar untuk setiap tawanan perang dan kabar itupun sampai kepada Zainab yang berada diMekah. Lantas Zainab mengutus orang untuk membebaskan suaminya dengan tebusan kalung pemberian ibunya. Ketika Rasululloh mendapati hal itu Rasululloh mengenali kalung tersebut lalu meminta para sahabat untuk membebaskan suami Zainab tanpa tebusan tapi mensyaratkan mengembalikan Zainab kepada beliau.
Sesampainya di Mekah Abu Al Ash (suami Zainab) menceritakan permintaan Rasululloh, Zainabpun akhirnya mematuhi permintaan ayahnya walaupun dengan berat hati harus meninggalkan orang yang begitu dicintai tapi kecintaannya kepada Allah dan Rasulnya begitu tinggi, Zainabpun berangkat ke Madinah beserta utusan Rasululloh yang menjemputnya. Saat itu Zainab dalam kondisi hamil, karena diperjalanan sempat dihadang kafir Quraiys akhirnya Zainab mengalami keguguran.
Setelah sampai di Madinah Rasululloh menyambutnya, Zainabpun menceritakan apa yang dialaminya. Waktu berlalu namun terasa begitu berat bagi Zainab karena tidak bisa bersama dengan suaminya, namun Zainab senantiasa berdoa agar suaminya dibukakan hatinya supaya bisa menerima cahaya Islam. Hampir enam tahun Zainab berpisah dengan suaminya, hingga suatu saat, ada kafilah dagang yang tertangkap pasukan kaum muslimin. Dan diantara kafilah dagang tersebut ada Abu Al Ash yang berhasil lolos dan bersembunyi di rumah Zainab.
Pagi - pagi Zainab mengumumkan bahwasanya di rumahnya ada Abu Al Ash dan dia sudah melindunginya. Ketika mendengar hal itu Rasululloh kaget, namun Zainab menjelaskan perihal perlindungannya, akhirnya Rasulullohpun membolehkan seraya mengingat untuk tidak berhubungan karena mereka sudah tidak halal.
Akhirnya setelah mendapat perlindungan, Abu Al Ash pamit untuk kembali kepada kaumnya, seraya berkata "Mereka (yaitu para sahabat) telah menawarkan kepadaku untuk masuk Islam, tetapi aku menolak sambil kukatakan, ‘Sungguh buruk diriku memulai agama baruku dengan pengkhianatan”. Ucapan itu rupanya memancarkan secercah harapan untuk Zainab.
Setelah Sampai di Mekah Abu Al Ash mengembalikan semua perniagaan kaum Quraiys dan menyatakan ke Islamannya. Kemudian langsung ia kembali kemadinah untuk menemui Zainab dan berkumpul kembali bersama istri dan anak - anak tercintanya. Zainab dan suaminya memulai hidup baru dengan penuh kebahagian karena kebersamaan mereka kali ini kebersamaan di landaskan iman yang menghujam.
Inilah kisah pasangan yang mereka bersama dalam iman, walaupun ujian datang menghantam tapi keimanan dan ketabahan membuat Zainab teguh menghadapi semuanya. Sampai akhirnya mereka mampu melewati semuanya dan kemudian Allah persatukan kembali dalam ikatan yang lebih kokoh. Inilah couplean dalam Iman yang sejati. Waallahu’alam. [syahid/voa-islam.com]