Oleh: Wati Umi Diwanti*
Memiliki buah hati menjadikan setiap momen adalah perjuangan. Para Bunda pasti punya kisah perjuangan masing-masing terutama saat menyapih ASI. Mulai dari kesabaran menghadapi tangisan si kecil sampai merasakan 'nikmatnya' sakit saat payudara yang membengkak. Paling tidak prosesnya sekitar tiga hari tiga malam, bahkan ada yang sampai meriang.
Bagaimana dengan menyapih diapers? Memang sih tidak ada acara pembengkakan dan tangis-tangisan, juga tidak sampai meriang. Tapi penyapihan yang satu ini justru perlu tenaga dan kesabaran ekstra. Karena meskipun di awal-awal anak sudah diajari, sudah diajak ke WC setiap jam, tetap saja ada kecolongan. Ngompol di celana dan membuat basah lantai di mana-mana adalah salah satu konsekuensi.
Sebenarnya gampang, tinggal dicebokin, ganti celana baru. Lantai dipel sampai kering. Tapi, tunggu dulu! Lantai adalah tempat lalu lalang termasuk saat kita akan salat. Jika membersihkannya sekadar menghilangkan zat najisnya saja dan asal kering, maka saat kita menginjaknya dalam keadaan kaki basah, maka najisnya tertular ke kaki. Salat penghuni rumah terancam tidak sah. Sebab, salah satu sarat sah salat adalah suci badan dari najis.
Sementara jika ingin lantai selalu suci, maka setiap anak ngompol harus selalu diguyur air mengalir hingga najisnya hilang. Ini tidak mudah untuk jenis rumah berlantai semen atau keramik. Maka cara lain yang bisa ditempuh adalah hilangkan najis terlebih dahulu dengan kain pel atau koran bekas, lalu siram bekasnya dengan air secukupnya. Pel hingga lantai benar-benar kering baru siram lagi sekali, barulah lantai itu suci.
Nah, ini dia yang bisa bikin beban fisik juga pikiran para Bunda. Apalagi jika si kecil ngompolnya berkali-kali dalam sehari. Karenanya bisa jadi ada Bunda yang sedikit enggan untuk menyapih diapers karena persoalan ini.
Tapi, mau sampai kapan? Karena usia berapa pun, jika tidak dilatih tidak akan bisa lepas dengan sendirinya dari diapers. Bahkan terlalu lama pakai diapers bisa membuat anak kehilangan kepekaannya terhadap 'rasa' ingin pipis. Selain itu pemakaian terlalu lama juga kurang baik secara kesehatan apalagi keuangan. Benar kan, Bunda?
Berdasar pengalaman pribadi, ada beberapa tips agar sapih diapers sukses dan masalah najis bisa teratasi dengan baik. Langkah di bawah ini bisa meminimalisir tenaga Bunda sehingga terhindar dari emosi jiwa.
Pertama, gulung semua karpet sementara si kecil masa penyapihan diapers. Siapkan kain pel daya serap tinggi (saya memakai lap motor kanebo) untuk menghilangkan najis pertama kali. Setelah najis hilang, percikan air lalu pel lantai dengan alat pel yang memudahkan. Saya pakai yang ada alat perah otomatisnya. Jika tak punya, maka siapkan beberapa lembar kain pel sekiranya lantai bisa dikeringkan.
Kedua, karena najis di lantai sekedar dihilangkan zatnya. Maka untuk menjaga salat, saya pilih beli sendal jepit dua pasang. Untuk saya dan untuk suami. Jika biasanya sendal jepit dipakai untuk di dalam kamar mandi, yang ini dipakai menuju tempat salat. Agar kaki aman dari lantai bernajis. Ini bisa di skip jika kita punya ruang salat privat yang tempat wudunya langsung ada di sana. Sehingga tidak perlu melewati lantai yang tidak suci.
Ketiga, pujian dan hadiah untuk Si kecil. Selain selalu disampaikan "kalau mau pipis bilang ya sayang". Jika berhasil, jangan lupa selalu dipuji. "Hebatnya anak Bunda, sudah bisa bilang kalau mau pipis, anak soleh cerdas." Sambil dicium dan dipeluk, kami juga janjikan hadiah. Berhubung anak saya laki-laki, dan sukanya mobil-mobilan. Kami siapkan satu mobilan kesukaannya.
Keempat, yang tidak kalah penting adalah komunikasi ke anak. Sampaikan bahwa dia sudah mulai besar, tidak perlu lagi memakai diapers seperti adik bayi. Ajari kalimat praktis atau kode-kode gerakan yang memudahkan mereka mengungkapkan rasa ingin BAK atau BAB. Misalnya cukup kata 'pipis' atau 'pis' saja. Atau menepuk pantat saja. Kecuali jika anak sudah pandai bicara, maka masalah ini tidak menjadi masalah berarti.
Kelima, sering-sering tawarkan ke kamar mandi atau WC, maksimal dua jam sekali. Atau jika kita melihat gelagat anak agak aneh semisal bergidik atau memegang 'alat pipisnya' maka segera bawa ke kamar mandi.
Jika di awal-awal anak masih 'kebobolan' ngompol di celana, maka cukup pandangi anak dan katakan dengan baik. "Pipis di celana ya? Anak lupa bilang ya? Nanti kalau mau pipis lagi bilang ke Bunda ya Nak. Pipisnya di WC, oke?" Terus tanya sampai dia bilang "oke" atau mengangguk. Ini penting agar berikutnya anak lebih ingat lagi.
Keenam, malam hari Bunda bisa gunakan clodi (cloth diapers= popok kain). Clodi teksturnya lebih mirip celana kain. Bisa juga gunakan seprei waterroof (anti air). Sehingga jikapun malam anak masih ngompol, Bunda tidak harus susah-susah jemur kasur. Karena kasur itu berat Bunda! Xixixii. Intinya sebisa mungkin jangan pernah pakaikan diapers lagi. Hingga nanti anak akan merasa tak nyaman lagi memakai diapers.
Jangan lupa, Bunda harus telaten mengajak anak pipis dulu ke kamar mandi setiap jelang tidur. Jika tengah malam anak gelisah, bolehlah kita tawarkan pipis. Karena menurut pengalaman pribadi saya, anak gelisah kadang sampai nangis seperti ngelindur itu pertanda dia mau pipis.
Selamat mencoba dan berinovasi ya Bunda. Karena bisa jadi tiap anak beda-beda, maka harus ada perlakuan yang berbeda pula. Yang pasti semuanya sama-sama mendatangkan pahala bagi Bunda. Karenanya jangan lupa bahagia. Semoga dimudahkan dan sukses sapih diapers-nya dalam waktu tidak lama. Insya Allah. (rf/voa-islam.com)
*Pengasuh MQ.Khodijah Al-Kubro Martapura, Revowriter Kalsel.
Ilustrasi: Google