Oleh: Siti Rahmah
Selama bulan ramadan tidak terhitung kiranya chat yang masuk dan semua berisi permintaan bantuan, dari temen-temen perempuan. Bantuan yang diminta tersebut adalah permintaan untuk dicarikan pasangan, yang sudah siap untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Ada yang meminta secara langsung tapi tidak sedikit yang mewakili sahabatnya, muridnya atau saudaranya. Ketika hal tersebut disampaikan ke suami berharap ada bocoran jawaban, ternyata memang jumlah laki-laki yang siap nikah sangatlah minim.
Fenomena ikhwan langka ini ternyata hampir merata di beberapa daerah. Realitas ini sama persis seperti yang digambarkan Rasululloh saw. dalam haditsnya. Beliau saw bersabda; “Di antara tanda-tanda dekatnya hari Kiamat adalah sedikitnya ilmu (tentang Ad-Dien), merajalelanya kebodohan dan perzinahan, dan sedikitnya kaum laki-laki, sehingga lima puluh orang wanita hanya terdapat satu orang pengurus (laki-laki) saja” [HR. Al-Bukhari)
Gambar yang disebutkan Rasulullah dalam hadits tersebut nyata terjadi di era kekinian, saat populasi perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Bagi kaum perempuan hal ini tentu menjadi sebuah masalah tersendiri. Tidak dipungkiri ada keinginan dalam diri untuk memiliki pasangan hidup, membangun keluarga, dan memiliki anak. Ini adalah fitrahnya manusia. Sehingga wajar bagi seorang wanita memunyai mimpi duduk bersanding di pelaminan dan merasakan nikmatnya memiliki keturunan.
Gambaran yang sudah Rasulullah sampaikan dalam hadits tersebut bukanlah sebuah hukuman atau bahkan kutukan untuk kaum perempuan. Tapi hadits tersebut menjelaskan tanda akhir zaman yang ditandai dengan menurunnya populasi laki-laki. Hanya saja gambaran realitas tersebut tidak serta merta Allah turunkan tanpa memberikan solusi. Karena setiap kejadian yang Allah timpakan untuk manusia bukan dalam rangka menzalimi manusia namun untuk mengetahui kadar keimanannya dan untuk meningkatkan derajatnya.
Setia dalam Cinta
Seperti halnya dengan realitas saat ini, bagi hambanya yang beriman dan cerdas akan mampu menangkap sinyal dari aturan-aturan yang Allah turunkan berabad-abad silam. Allah sudah menyiapkan solusi untuk realitas saat ini. Misalnya dalam Al Qur'an surat An Nisa ayat 3 Allah SWT berfirman:
"Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 3)
Ayat tersebut mengandung hukum kebolehan untuk laki-laki menikahi lebih dari seorang perempuan (kebolehan poligami). Tentu saja aturan ini bukan legalitas untuk sebuah pengkhianatan, tapi merupakan solusi untuk menjawab permasalahan yang dihadapi di akhir zaman. Tentu ini bentuk kasih sayang Allah untuk kaum wanita.
Jangan pernah dibayangkan kalau suami yang memiliki lebih dari satu istri adalah laki-laki yang tidak setia. Karena kesetian dalam cinta bukan hanya dimaknai dengan memiliki satu pasangan (istri), tapi kesetian dalam cinta adalah tertunduknya suami pada aturan Allah dan tuntunan Rasulullah dalam memperlakukan kaum perempuan. Suami setia bukanlah dia yang tidak berbagi tapi dia adalah yang senantiasa bersabar mendidik istrinya, menjalankan kewajibannya dan menjaga perasaaan istrinya.
Lain hal dengan rasa cemburu yang kerap menimpa para istri, hal itu adalah fitrah. Maka kepiawaian suami dalam mengelola perasaan istri dengan sikap dan perilakunya yang baik tentu akan meminimalisir rasa cemburu yang timbul.
Poligami menjadi Solusi
Kebolehan poligami ini adalah bentuk kasih sayang Allah dan jalan keluar dalam menjawab realitas saat ini. Ketika hukum ini diambil dan dijadikan sebagai jalan keluar maka banyak wanita yang bisa menjemput mimpinya untuk memiliki pasangan dan keturunan. Karena tidak sedikit wanita produktif harus rela manjadi jofis (jomblo fisabilillah), padahal mereka memiliki kemampuan untuk menghasilkan keturunan dan mendidiknya. Bukankah banyaknya keturunan akan menjadi kebanggaan Rasulullah di akhirat kelak?
Semoga saja kita menjadi golongan yang bisa menerima perintah Allah bab poligami ini dengan lapang dada dan bukan sekadar retorika. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google