View Full Version
Kamis, 27 Sep 2018

Perempuan dan Peranannya dalam Pertumbuhan Ekonomi

Oleh: Kiranda Yuni Setyoning Tyas (Universitas Negeri Surabaya)

Yogyakarta- Adanya acara Temu Nasional Kongres Wanita Indonesia ke-90 dan Sidang Umum International Council of Women (ICW) ke-35 di Yogyakarta yang bertujuan untuk memperkuat komitmen bersama, bagi 150 perempuan dari organisasi dunia di 18 negara dan 1000 perempuan perwakilan organisasi di Indonesia, dalam meningkatkan upaya pemberdayaaan perempuan dan perlindungan anak di dunia, khususnya di Indonesia.

Banyak tokoh perempuan yang akhirnya mengapresiasi baik atas terselenggaranya pertemuan ini seperti dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), menteri BUMN Rini Soemarno, belum lagi beberpa penghargaan MURI yang diterima karena dapat menghadirkan wakil organisasi perempuan terbanyak yang mencapai 1000 orang. Kemen PPPA juga mendapat penghargaan MURI atas rekor Pendukung Temu Nasional Organisasi Perempuan Terbanyak.

Latar belakang terlaksananya Temu Nasional Kongres Wanita Indonesia ini sesuai dengan harapan menteri Yohana untuk pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak karena menteri Yohana menjelaskan bahwasannya perempuan dan anak seringkali mengalami berbagai kekerasan, baik fisik, psikis dan seksual, serta menjadi korban stereotype marginalisasi, subordinasi dan beban ganda.

Menteri Yohana juga menegaskan bahwasannya perempuan berpotensi besar untuk membangun bangsa ini, oleh karena itu sangat perlu memberikan akses bagi perempuan utuk berpartisipasi di segala bidang pembangunan.

Perempuan harus diberi kesempatan untuk melakukan kontrol terhadap proses pembangunan. Dengan demikian kesetaraan antara laki laki dan perempuan dapat terwujud dan pembangunan dapat terlaksana dengan baik.

Namun benarkah dengan menjunjung eksistensi dan terjun langsung dalam pembangunan ekonomi maka perempuan akan semakin meningka? Dan kekerasan akan semakn menurun?? Bukankah adanya beban ganda yang kini dipikul perempuan akibat anggapan awal bahwa perempuan mampu bekerja sebagaimana kaum adam?

Memang zaman dahulu masyarakat memandang bahwasannya hanya boleh mengurusi urusan rumah namun, sejarah tak bisa luput begitu saja dari ingatan kita bukan. Sebagai contoh khadijah pada zaman Rasulullah ia adalah saudagar perempuan yang kaya raya yang seluruh kekayaannnya akhirnya tercurahkan untuk dakwah islam. Lalu apakah khadijah langsung terjun dalam perdagangan?

Teriak kesana kemari berlari sana sini? Tidak, beliau diam di rumah dan menitipkan barang dagangannya pada para saudagar. Begitulah cara islam melindungi wanita islam menjaganya dalam rumah dan tidak membatasi pergerakannya di luar rumah.

Maka untuk wanita zaman sekarang yang terbiasa melihat bahwa sukses itu dengan cara menampakkan eksistensi dan melupakan kodrati maka, mulailah menilisik kembali bagaimana para sahabat wanita dulu sukses dengan cara yang cerdas kemuliaannya terjaga begitu pula rizkinya. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version