Oleh: Jumartin Gerung,S.Si.,M.Kes
Berdasarkan UU Nomor 10/1992, ketahanan keluarga di definisikan sebagai kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik material dan psikis mental spiritual guna hidup mandiri, mengembangkan diri dan keluarganya untuk mencapai keadaan harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin.
Keluarga mengandung 8 fungsi keluarga yang sangat penting, yaitu: 1) Fungsi Agama; 2) Fungsi Sosial Budaya; 3) Fungsi Cinta Kasih dan Sayang; 4) Fungsi Perlindungan; 5) Fungsi Reproduksi; 6) Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan; 7) Fungsi Ekonomi; dan 8) Fungsi Lingkungan.
Bagaimana kondisi ketahanan keluarga saat ini? Salah satu masalah yang masih terus menggerogoti keluarga Indonesia adalah kemiskinan. Dalam upaya mengentaskan kemiskinan keluarga, pemerintah saat ini menempuh Stategi dalam menurunkan jumlah penduduk miskin dan jumlah pengangguran dengan menggolongkan ke dalam pelaksanaan program tiga klaster yaitu:
1. Program klaster pertama terdiri atas Program Bantuan Langsung Tunai (BLT), Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Program Keluarga Harapan (PKH).
2. Program klaster kedua adalah Program Nasional Pemberdayaan MasyarakatMandiri
(PNPM-Mandiri);
3. Program klaster ketiga adalah Program Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Dalam merealisasikan klaster pertama, dilakukan program pemberdayaan ekonomi yang menyasar kalangan marginal dengan menjadikan perempuan sebagai aktor utama, dengan dalih pengentasan kemiskinan. Anggapan bahwa permasalahan ekonomi keluarga akan terselesaikan jika kaum perempuan ikut serta dalam menyelamatkan ekonomi keluarga, kian menguat seiring dengan ditetapkannya berbagai regulasi yang menguatkan peran ekonomi kaum perempuan.
Program Keluarga Harapan (PKH) misalnya. PKH mensyaratkan Penerima bantuan PKH adalah ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan. Program ini digagas untuk mempermudah penyaluran bantuan sosial non tunai dan jual beli sembako murah, yang tentu saja bertajuk pemberdayaan ekonomi perempuan.
Sementara itu, pelaksaanaan klaster tiga yakni upaya kredit usaha rakyat (KUR),Kelompok perempuan menengah, dikondisikan untuk memiliki usaha dengan merebaknya kredit usaha oleh beberapa bank konvensional dan lembaga keuangan lainnya. Gubernur Bank Indonesia -Agus Martowardojo- menyebut kaum perempuan sebagai kelompok yang cocok mengembangkan sektor kreatif dan UMKM. Agus menjumpai industri kreatif berskala kecil di seluruh wilayah Indonesia digerakkan oleh perempuan. Apalagi, pertumbuhan industri kreatif memang digenjot pemerintah, termasuk melirik bisnis halal.
Berdasarkan perhitungan Kemenperin, permintaan produk makanan halal dunia akan mengalami pertumbuhan menjadi 1,6 triliun dollar AS pada 2018.Industri ini memliki pangsa pasar perempuan cukup luas karena tidak hanya mencakup produk makanan, namun juga turisme, kosmetik dan obat.
Prospek bisnis digital juga dimanfaatkan untuk menggiring perempuan terlibat di dalamnya, sesuai ambisi Jokowi untuk menjadikan Indonesia sebagai the Digital Energy of Asiadengan meluncurkan Gerakan Nasional 1.000 Start Up Digital. Termasuk pertumbuhan financial technology (fintech) yang meniscayakan layanan keuangan digital lebih mudah diakses perempuan pelaku UMKM. Sekali lagi, perempuan di anggap sebagai entitas yang mampu menggerakkan rod perekonomian keluarga melalui pengembangan sector kreatif.
PEREMPUAN : PENGGERAK EKONOMI KELUARGA?
Pemberdayaan ekonomi perempuan melalui ekonomi digital pada dasarnya merupakan tindak lanjut sekaligus implementasi rekomendasi dari berbagai hasil pertemuan internasional. Jauh sebelumnya, para tokoh dunia telah mewacanakan pentingnya partisipasi kaum perempuan, dan peran vitalnya dalam membangkitkan ekonomi dunia.
Sebagai bentuk keseriusan dalam menindaklanjuti rekomendasi ini, Indonesia telah menyusun berbagai program strategis, sebagai upaya pemberdayaan ekonomi perempuan. Tak tanggung-tanggung, pemerintah bahkan menargetkan program pencapaian seribu pengusaha perempuan di beberapa daerah dimana program ini terus berlanjut hingga mencakup berbagai pelosok negeri.
Untuk meyakinkan betapa pentingnya peran perempuan dalam menyelamatkan ekonomi melalui program ekonomi digital, para tokoh dunia bahkan telah memberi sinyal melalui statement di forum-forum dunia yang menunjukkan betapa pentingnya keterlibatan perempuan dalam ekonomi global. Alasan utama keterlibatan perempuan dalam agenda ekonomi global bahkan di sebut-sebut sebagai upaya untuk mengurangi angka kemiskinan sehingga masyarakat tetap memiliki daya beli.
Seolah sebagai penyebab awal kerapuhan keluarga, masalah ekonomi memang berefek domino dan berperan sebagai variable pengacau terhadap jalannya fungsi-fungsi keluarga. Sayangnya, program pengentasan kemiskinan yang dicanangkan pemerintah seperti PKH, merupakan kebijakan setengah hati pemerintah untuk keluarga sangat miskin. Kemiskinan tidaklah dapat di urai melalui pemberdayaan ekonomi perempuan. Sebab kemiskinan merupakan permasalahan sistemik yang akar masalahnya harus di lihat secara sistemik pula.
AKAR MASALAH KEMISKINAN GLOBAL
Kemiskinan global yang saat ini terjadi pada dasarnya adalah buah dari penerapan sistem kapitalisme. Melalui berbagai jebakannya, kapitalisme menjarah sumberdaya alam suatu negara, hingga berhasil memiskinkan penduduk negeri. Keserakahan kapitalisme tak berhenti sampai di situ, kebangkrutan akibat kian menipisnya SDA jarahan kapitalisme, membuat mereka menyusun strategi jahat yang akhirnya memaksa secara massal kaum perempuan untuk menjadi salah satu motor penggerak ekonomi yang akan menyelamatkan kebangkrutan ekonomi barat.
Secara keseluruhan sesungguhnya ketahanan keluarga saat ini menyimpan masalah besar dan membutuhkan solusi yang tepat. Bukan solusi parsial yang tidak menyentuh akar masalah keluarga. Salahsatu upaya yang dilakukan dalam upaya menjalankan fungsi keluarga khususnya di bidang ekonomi yang tentu saja beririsan dengan angka kemiskinan, yakni fakta dimana saat ini kaum perempuan dilibatkan dalam upaya penyelamatan ekonomi keluarga. Perempuan dijadikan sebagai penggerak ekonomi hingga taraf terwujudnya superioritas kemandirian ekonomi kaum perempuan atas kaum laki-laki.
Isu Kesenjangan ekonomi pada kaum perempuan menjadi legitimasi untuk membebaskan perempuan bekerja secara aman. Karena itulah The Third United Nations Conference on Housing and Sustainable Urban Development, Habitat III yang berlangsung di Quito, Ekuador melahirkan The New Urban Agendayang berisi komitmen mempromosikan kota aman bagi perempuan.
Latar belakangnya adalah pengakuan hak perempuan untuk mengakses peluang ekonomi dan pekerjaan yang layak. Agenda itu adalah kelanjutan Preparatory Committee for Habitat III (Prepcom 3 UN Habitat III) yang diadakan di Surabaya, akhir Juli 2016 lalu. Jika kota aman bagi perempuan, jelas akan memudahkan mereka keluar rumah setiap saat sesuai ‘tuntutan’ tempat kerja dan pekerjaannya.
Pengorbanan perempuan ini bisa jadi meningkatkan pendapatannya, namun di sisi lain justru membuat keluarga makin kehilangan keberadaan ibunya, apalagi peran dan fungsinya.Yang tak kalah memprihatinkan adalah pengiriman perempuan sebagai buruh migran. Mereka menghadapi risiko berbahaya seperti eksploitasi, kekerasan, dan perdagangan manusia (trafficking).
Apakah berbagai program tersebut ampuh mengurai masalah ekonomi keluarga? Jawabnya tidak. Faktanya, angka kemiskinan tetap saja meningkat. Meski pemerintah mengatakan angka kemiskinan menurun, namun fakta di lapangan berkata lain.
Pemberdayaan ekonomi perempuan sekalipun ternyata tak mampu menyelesaikan masalah kemiskinan. Program pemberdayaan ekonomi perempuan sendiri menyisakan berbagai masalah dan berkontribusi pada perapuhan ketahanan keluarga.
Selain angka perceraian dan perselingkuhan yang meningkat, kondisi ini secara langsung berdampak pada anak yang saat ini menunjukkan dampak yang mengkhawatirkan akibat kehilangan sosok Ibu. Angka kriminalitas yang dilakukan anak meningkat, narkoba, tawuran, seks bebas, LGBT, geng motor dan sederet permasalahan lainnya adalah segelintir fakta rusaknya generasi akibat rapuhnya ketahanan keluarga.
Kaum perempuan seharusnya didudukkan perannya sesuai Fitrahnya sebagai ibu,yang berkaitan erat dengan peran pentingnya dalam melakukan edukasi untuk menumbuhkan karakter mulia anak yang sekaligus akan mampu mengokohkan keluarga dengan adab dan akhlak sesama anggota keluarga.
Dekapan dan kehadiran ibu menumbuhkan rasa aman, keterikatan psikis, kedekatan lahir-batin antara ibu dan anak yang tidak mungkin digantikan oleh siapapun atau fasilitas senyaman dan secanggih apapun. Ketika ibu direnggut oleh “kapitalisme”, keluargalah yang menanggung akibatnya.
Karena, bagaimana mampu mewujudkan ketahanan keluarga, bila ibunya sibuk dengan agenda ekonomi? Bahkan solusi ini justru menjauhkan kita untuk mengetahui siapa penyebab kemiskinan keluarga saat ini? Tentu saja kapitalisme. Wallaahu a’lam. [syahid/voa-islam.com]