Oleh: Siti Rahmah
Lahirnya sebuah peradaban gemilang adalah harapan semua orang. Sebagaimana kegemilangan yang pernah diraih umat Islam di masa silam. Namun sejarah keemasan itu seakan telah hilang dari kaum muslimin. Karena hari ini yang kita hadapi adalah rusaknya tatanan sosial, rusaknya tatanan kehidupan. Harapan lahirnya peradaban baru seakan sirna dari ingatan, terlena oleh keadaan zaman yang kian kejam. Dalam kondisi seperti ini tentu saja kita tidak boleh diam, kita muslimah harus mengambil peran dalam mewujudkan peradaban yang gemilang.
Lantas peran apa yang bisa mainkan perempuan dalam mewujudkan lahirnya peradaban gemilang?
Banyak. Kaum perempuan memiliki peran sentral dalam perubahan. Seperti yang di ungkapkan oleh pemikir barat, jika ingin menghancurkan sebuah bangsa, generasi dan peradaban maka hancurkanlah kaum wanitanya. Mereka sudah sangat memahami peran yang dimiliki wanita sebagai penentu maju mundurnya kehidupan sehingga wanitalah yang menjadi titik fokus penghancuran.
Hanya saja pertanyaan berikutnya adalah, wanita seperti apa yang mampu mereka hancurkan? Tentu bukan wanita muslimah yang senantiasa dekat dengan Al qur'an. Karena muslimah yang senantiasa berpatokan dan menjadikan Al quran sebagai petunjuk hidupnya maka dia akan menemukan gambaran peranan muslimah di dalamnya.
Setidaknya ada empat peran yang digambarkan dalam Al quran terkait muslimah ini. Peran sebagai individu dan makhluk sosial, istri dan ibu. Keempat peran ini jika dimainkan secara maksimal maka hasilnya akan sempurna. Dari keempat peran ini al quran banyak berbicara tentang muslimah dalam perannya sebagai istri. Bagaimana tidak, posisi istri dengan kemuliaannya akan mampu menghantarkannya pada kemuliaan berikutnya yaitu menjadi seorang ibu.
Tugas dan dan kewajiban istri jika sudah terlaksana dengan baik maka akan menjadi syarat penentu kesuksesannya dalam menjalankan tugas sebagai ibu. Tugas itu melahirkan dan mendidik generasi cemerlang dambaan umat. Hal ini pernah dibuktikan oleh ibu-ibu visioner di masa kejayaan Islam silam.
Lihatlah sosok Fatimah bintu Ubaidillah. Beliau adalah seorang ibu hebat yang dengan tangan dinginnya mampu melahirkan ulama fenomenal sepanjang sejarah kehidupan. Sosok ini adalah ibunda dari Imam Syafii, ulama termahsyur tidak hanya di masanya namun sampai saat ini kita mengenal dan mereguk manfaat keilmuannya.
Kisah hebat berikutnya adalah muslimah hebat, ibunda Muhammad Alfatih. Dengan kemahirannya dalam penguasaan ilmu geografi, sang bunda senantiasa mengajarkan Al Fatih kecil tentang letak Konstantinopel yang kelak akan sangat berguna dalam proses penaklukannya. Ibunda Muhammad Al fatih juga memfasilitasi Al Fatih kecil untuk mempelajari berbagai keahlian. Tak heran, di usia 7 tahun Muhammad Al Fatih sudah hapal Al quran, menguasai Fiqih dan berbagai macam bahasa, ilmu bela diri, teknik perang dan bermain pedang.
Muhammad Al Fatih senantiasa mendapat suntikan semangat dari bunda tercinta. Ketika kecil Al Fatih sering bertanya kepada bundanya kenapa dirinya dinamai Muhammad Al Fatih. Kemudian sang bunda menjelaskan bahwanya Rasululloh pernah bersabda kalau konstantinopel akan jatuh di tangan laki-laki yang bernama sama dengan nama-Ku. Maka dialah sebaik-baik panglima dan sebaik-sebaik pasukan.
Kemudian Al fatih kecil bertanya lagi, "Dengan apa aku menaklukannya, Bunda?" Dengan mantap sang bunda menjelaskan dengan Al quran, ilmu, kekuatan, senjata dan cinta dari manusia.
Akhirnya dengan kalimah itulah Muhammad Al Fatih terus bejuang sampai akhirnya mimpinya menaklukan konstantinopel terwujud. Di usianya yang masih belia 21 tahun Muhammad Al Fatih sudah mewujudkan bisarah Rasululloh menaklukkan kota adidaya di masanya. Semua itu tidak lepas dari peran ibu yang memotorinya.
Itulah kenapa wanita dikatakan memiliki peran sentral, karena peletak batu peradaban dilakukan oleh wanita yang menjadikan al quran sebagai petunjuk dan memainkan peran sesuai aturannya. Dari situlah lahir perubahan dan peradaban agung. Semoga saja kita bisa mengambil peran sebagai muslimah yang turut ambil bagian dalam peradaban. Insya Allah. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google