Oleh: Siti Rahmah
ROBBANA HAB LANA MIN AZWAJINA WA DZURRIYATINA QURROTA A’YUN, WAJ’ALNA LILMUTTAQINA IMAMAA.”
(Wahai Robb kami, karuniakanlah pada kami dan keturunan kami serta istri-istri kami penyejuk mata kami. Jadikanlah pula kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertakwa)" (QS. Al Furqon:74)
Surat Al Fuqon ayat 74 ini adalah surat sekaligus doa yang senantiasa diucapkan setiap selesai sholat oleh orang-orang beriman. Doa inipula yang senantiasa dilantunkan oleh nabi Ibrahim as. Mendapat istri yang menjadi penyejuk mata, mendapatkan keturunan yang sholeh dan sholehah adalah harapan setiap insan. Bahkan lebih dari itu, doa ini juga menggambarkan pengharapan lahirnya keluarga sakinah yang mampu menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa.
Hanya saja lahirnya profile keluarga sholihah juga harus sesuai dengan ketentuan yang digambarkan dalam Al Quran. Misalnya dalam surat Ar Rum ayat 21, Al Quran begitu jelas menggambarkan keluarga sholihah yang harus menjadi acuan keluarga muslim untuk mampu mewujudkannya. Allah berfirman:
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir". (QS. Ar Rum 21)
Dalam ayat ini ditemukan ciri-ciri yang menjadikan sebuah keluarga layak disebut keluarga sholihah. Yaitu dengan terwujudnya sakinah, mawadah dan rahmah (samara). Ciri tersebut bahkan menjadi tujuan dari pernikahan. Sehingga tidak heran dalam setiap momen pernikahan kalimat ini (samara) sering dilantunkan sebagai doa untuk kedua mempelai. Pada hakikatnya sakinah, mawadah dan rahmah dalam pernikahan memiliki makna yang mendalam. Sehingga satu sama lain saling terikat. Ketika sakinah terwujud maka mawadah dan rahmah akan senantiasa mengikuti, begitupun sebaliknya.
Para mufasir mengartikan surat Ar Rum ayat 21 ini sebagai penjelas dari surat Al Furqon ayat 74. Karena keluarga sholihah akan terwujud ketika sakinah, mawadah dan rahmah ini terwujud.
Sebaik-baik Wanita
Jika dirinci maka sakinah itu adalah hak suami yang tentu saja menjadi kewajiban istri. Istri dalam memainkan perannya harus mampu mewujudkan sakinah atau ketenangan dan ketentraman untuk suaminya. Tenang dan tentram dalam masalah apa? Tentu dalam semua hal. Tenang syahwatnya, tenang dalam kehidupannya dirumah dan tenang ketika meninggalkan rumah.
Hal ini sebagaimana yang digambarkan Rasululloh dalam sebuah hadits. "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya; Siapakah wanita yang paling baik? Beliau menjawab: “Yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, taat jika diperintah suaminya dan tidak menyelisihi suami dalam diri dan hartanya dengan apa yang dibenci suaminya.” (HR. An Nasa’i).
Dalam hadits tersebut disebutkan tiga hal yang menjadikan wanita mampu menduduki kemuliaan tertingginya sebagai istri sholihah atau sebaik-baik istri. Tiga hal itu juga yang mampu menjadikan istri menjalankan kewajibannya dengan sempurna dan memberikan hak suaminya dengan sempurna pula. Tiga hal itu juga yang jika dilakukan oleh istri maka sakinah dalam keluarga bisa tercipta.
Yang pertama yang menjadikan wanita mampu menjadi istri sholihah atau wanita terbaik adalah yang meyenangkan jika dipandang. Tentu ini bukan hal mudah, karena tidak semua wanita sholihah bisa menjadi istri sholihah. Tapi jika ada keseriusan untuk menjalankan perintah Rasulhlloh wanita akan senantiasa berjuang untuk mewujudkan hingga mampu menjadi istri yang sholihah. Istri yang sholihah itu, ketika di rumah dia harus pandai berdandan sesuai selera suaminya, menjadi wanita penggoda untuk suaminya dan senantiasa berpenampilan menarik juga berperangai baik. Inilah yang makna menyenangkan jika dipandang yang disebutkan dalam hadits di atas.
Setelah seharian penat di tempat kerja, pulang kerumah istri dalam kondisi berantakan, kumal dan bau badan yang menyengat tentu hal ini akan mengganggu pola hubungan suami istri. Sebaliknya selelah apapun di tempat kerja, tapi ketika pulang kerumah disambut oleh istri yang rapih, cantik dan perangainya baik maka rasa lelah pun akan segera sirna. Ketentraman dan ketenangan akan merayap kerelung sukma. Begitulah peran istri sholihah dalam mewujudkan sakinah di rumahnya.
Hal yang kedua yang mampu mengantarkan wanita menjadi istri sholihah adalah ketika dia mampu mentaati suaminya. Ketaatan istri terhadap suami adalah ketaatan yang mutlak. Mencakup segala hal kecuali jika suami memerintahkan bermaksiat kepada Allah. Maka hal itu haram untuk ditaati. Dalam hadits Rashlulloh saw memberikan gambaran seperti apa posisi suami dihadapan istri. Rasululloh saw bersabda. "Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya.” (HR. At Tirmidzi).
Inilah keutamaan suami yang disebutkan dalam hadits. Sehinga dengan posisinya sebagai istri, Allah mewajibkan mentaati suaminya dalam segala hal. Jika dia mampu melaksanakannya maka inilah gambaran istri sholihah yang Allah halalkan untuk masuk surga dari pintu mana saja. Sebagai mana sabda Rasululloh saw:
“Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya; niscaya akan dikatakan padanya: “Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kau mau”. (HR. Ahmad).
Yang ketiga adalah tidak menyelisihi suaminya atau dalam hadits lain disebutkan istri sholihah adalah yang mampu menjaga diri dan harta suaminya ketika suaminya tidak di rumah. Menjaga Diri dan harta bisa bermakna juga menjaga kehormatan suami. Sehingga istri sholihah tidak akan membuka aib suaminya didapan umum. Baik membuka secara langsung ataupun via media sosial. Karena sebagimana sabda Rasululloh bahwasanya istri adalah pakaian bagi suminya dan sebaliknya suami adalah pakaian bagi istrinya. Dalam hal ini tentu konteknya pakaian sebagai pelindung, sebagai penjaga aurat. Dalam keluarga pun sama istri berfungsi menutupi aib-aib suaminya dan sebaliknya suami juga penutup aib istrinya.
Ketika hal ini dilaksanakan secara maksimal dan sempurna maka wanita tersebut layak menyandang predikat sebagai sebaik-baik istri dialah istri sholihah. Istri sholihah inilah yang akan mempu mewujudkan ketenangan dan ketentraman dalam keluarga. Dia mampu mmenuhi semua kewajibanbya dan mampu memastikan hak bagi suaminya. Sehingga sakinah akan mampu dia wujudkan ketika dia mampu mengamalkan anjuran Nabi dalam hadits tersebut. [syahid/voa-islam.com]