Oleh: Desi Wulan Sari, Msi.
Masih terbayang dalam ingatan kita perhelatan akbar Reuni 212 di Monas kemarin. Begitu banyak hikmah dan pengalaman para peserta. Apa yang dirasakan para peserta Reuni 212 berbeda-beda dari sudut pandang dan niat yang dibawa oleh mereka. Islam yang mereka perjuangkan bukanlah hanya untuk kepentingan kelompok semata, tetapi bagaimana Islam harus dimuliakan sesuai dengan fitrahnya. Dan menjalankan Syariat yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Salah satunya kalimat tauhid yang mereka perjuangkan karena telah dihinakan dengan membakar bendera tauhid oleh sekelompok orang yang tidak mengerti adab sehingga membuat umat muslim di Indonesia marah.
Namun, yang menarik dari peristiwa di Monas kemarin, pemandangan yang tidak bisa kita lepaskan adalah banyaknya muslimah-muslimah yang ikut turun ke jalan melafadzkan kalimat-kalimat tauhid. Bendera tauhid yang mereka bawa, atribut dan simbol yang mereka kenakan seakan membawa semangat mereka kelautan perang jihad untuk membela agama Allah.
Aksi Nyata Muslimah
Para muslimah membawa anak-anak mereka untuk ikut aksi 212 ini. Berbagai macam alasan mereka lontarkan ketika mereka membawa anak-anak mereka. Begitu besar pengorbanan yang akan mereka lewati. Mulai dengan Naik kereta, berdesak-desakan, dehidrasi, kekuranagan oksigen, jalan menuju lokasi yang jauh pun mereka siap hadapi. Dari bayi, batita, balita dan anak anak mereka persiapkan dalam perhelatan akbar ini. Salah satunya adalah alasan memberikan nilai ajar kepada anak-anak mereka untuk menginformasikan bahwa Islam adalah agama yang harus dimuliakan. Maasya Allah, apakah yang mendorong mereka sedemikian rupa sehingga tanpa melihat resiko yang dihadapi mereka tetap semangat ikut dalam Reuni 212.
Jika Kita melihat lebih seksama lagi, para muslimah sepuh dan sudah berumur pun tak mau kalah dalam perjuangan ini. Seakan-akan mereka tidak mau ketinggalan dan masih memiliki api semangat perjuangan berjihad dalam membela Islam dan memuliakan Islam sampai mereka mati.
Seperti nenek tua dari Tangerang Selatan, perkiraan usia 80 tahun, ikut acara ini dengan alasan mencari bekal akhirat. Nenek tua yang menggunakan kursi roda pun tampak dalam peserta aksi bersejarah ini.
Bahkan muslimah yang datang dari Bogor, akhirnya harus rela kehilangan janinnya yang berusia 3 bulan karena kecapekan serta mengalami kondisi yang diluar batas normal dalam satu tenpat umum, sehingga mengakibatkan keguguran. kesedihan melanda muslimah tersebut. Tetapi diniatkan karena perjuangan menegakkan Islam hanya karena Allah, ia mengikhlaskan takdir yang dialaminya.
Jika kita membaca sejarah para sahabat muslimah di zaman Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam, kita akan banyak menemukan kekaguman-kekaguman yang luar biasa. Mereka bukan hanya berilmu, berakhlaq, pandai membaca Al Qur’an, tapi juga jago pedang, berkuda dan memanah, dan tidak sedikit yang juga menjadi “dokter” yang pintar mengobati para sahabat yang terluka di medan perang. Bahkan, ada di antara mereka yang terpotong tangannya karena melindungi Rasulullah.
Kata Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam kemudian, “Tidaklah aku melihat ke kanan dan ke kiri pada pertempuran Uhud kecuali aku melihat Nusaibah binti Ka’ab berperang membelaku.” Memang Nusaibah binti Ka’ab Ansyariyah demikian cinta dan setianya kepada Rasulullah sehingga begitu melihat junjungannya itu terancam bahaya, dia maju mengibas-ngibaskan pedangnya dengan perkasa sehingga dikenal dengan sebutan Ummu Umarah.
Beliau adalah pahlawan wanita Islam yang mempertaruhkan jiwa dan raga demi Islam termasuk ikut dalam perang Yamamah di bawah pimpinan Panglima Khalid bin Walid sampai terpotong tangannya. Ummu Umarah juga bersama Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam dalam menunaikan Baitur Ridhwan, yaitu suatu janji setia untuk sanggup mati syahid di jalan Allah.
Satu lagi muslimah yang berjuang untuk kemuliaan Islam. Nailah binti al-Farafishah adalah istri Khalifah Ustman bin Affan. Dia terkenal cantik dan pandai. Bahkan suaminya sendiri memujinya begini: “Saya tidak menemui seorang wanita yang lebih sempurna akalnya dari dirinya. Saya tidak segan apabila ia mengalahkan akalku.”
Ketika terjadi fitnah yang memecah belah umat Islam pada tahun 35 Hijriyah, Nailah ikut mengangkat pedang untuk membela suaminya.
Aspek Ketakwaan
Jika Kita melihat fenomena dan kebangkitan umat muslim di Indonesia saat ini, sungguh tidak diragukan lagi, para muslimah yang ikut dalam perhelatan akbar 212 kemarin di Monas adalah karena wujud nilai ketakwaan.
Karena apa yang telah Allah janjikan pada orang-orang yang bertakwa membuat mereka tidak pernah ragu untuk ikut ambil bagian dalam berniaga dengan Allah SWT yaitu, keuntungan akan pahala yang berlipat. Karena Allah SWT bersama orang yang bertakwa.
Sebagian ulama juga memberikan pengertian takwa yaitu: menaati semua perintah Allah SWT dan menjauhi segenap larangan-Nya. Hamba-hamba Allah yang bertakwa tidak pernah memilah dan memilih perintah maupun larangan-Nya. Perkara yang fardlu akan ia kerjakan sekuat tenaga sekalipun membutuhkan pengorbanan besar. Sebaliknya, perkara yang haram akan ia tinggalkan meskipun dipandang biasa di tengah masyarakat. Ia akan bergegas untuk mendapatkan ampunan dan surga yang dijanjikan Allah SWT.
Allah SWT berfirman: Bersegeralah kalian meraih ampunan dari Tuhan kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (TQS Ali Imran [3]: 133).
Allah SWT akan selalu bersama kaum yang bertakwa: Sungguh Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan (TQS an-Nahl [16]: 128).
Allah SWT akan menjadi wali/penolong kaum yang bertakwa:Allah adalah Pelindung orang-orang yang bertakwa (TQS al-Jatsiyah [45]: 19).
Langkah yang bisa dilakukan untuk memelihara dan menyempurnakan ketakwaan kepada Allah SWT antara lain: Pertama, menjadikan akidah Islam bukan sekadar akidah ruhiyyah, tetapi juga akidah siyasiyah, yakni asas dalam kehidupan dunia. Dengan itu semua urusan dunia maupun akhirat selalu dilandasi oleh dorongan keimanan kepada Allah SWT.
Kedua, senantiasa menjadikan Islam sebagai standar untuk menilai perbuatan terpuji-tercela dan baik-buruk. Pertimbangan dalam beramal hanyalah halal dan haram, bukan manfaat atau madarat; bukan pula rida atau benci manusia. Yang ia cari semata-mata adalah keridaan Ilahi sekalipun orang-orang mencaci dirinya.
Ketiga, bersabar dalam menjalankan ketaatan pada Allah SWT sebagaimana para Nabi dan Rasul, juga orang-orang salihh dalam menjalankan perintah dan larangan Allah SWT.
Keempat, berdakwah mengajak umat untuk sama-sama meniti jalan ketakwaan dan menghilangkan kemungkaran. Ia takut bila berdiam diri justru akan mendatangkan bencana dari Allah SWT (Lihat: QS al-Anfal [8]: 25).
Kelima, segera memohon ampunan kepada Allah SWT dan kembali pada ketaatan manakala telah melakukan kemungkaran (Lihat: QS Ali Imran [3]: 135).
Keenam, menumbuhkan kerinduan pada rida Allah dan surga-Nya. Dengan begitu ia tak akan tergoda untuk menggadaikan agama demi mendapatkan sekeping dunia yang ia pandang remeh. Seluruh hidupnya akan digunakan untuk meneguhkan ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. (mediaumat.news)
Itulah aspek Ketakwaan yang dirasakan para muslimah ketika mereka ambil bagian dan ikut berada di barisan-barisan pembela Islam di Reuni 212.
Aspek Ideologis
Aspek Ideologis tentu tidak akan lepas dari perhelatan Akbar Reuni 212 kemarin. Karena jelas ideologi Islam adalah pedoman hidup umat muslim di dunia. Tak akan ada yang mau ketika umat muslim harus menjalani dunia ini dengan memisahkan agama dengan kehidupan.
Karena inilah fakta yang terjadi saat ini. Motivasi penggerak Ideologis Islam inilah yang dapat menyatukan kaum Muslim, termasuk muslimah-muslimah yang rindu akan kebangkitan Islam, rindu akan penerapan syariat Islam dan kecintaan mereka akan persatuan umat yang diharapkan mampu membuat Indonesia lebih baik lagi, dengan harapan Reuni 212 membawa perubahan.
Hari ini sekularisme (paham yang memisahkan agama dari kehidupan) telah menyimpangkan makna takwa yang hakiki. Sekularisme menempatkan takwa sekadar ketaatan dalam urusan ibadah dan akhlak semata. mereka mengabaikan banyak perintah dan larangan Allah yang lain. Padahal Allah SWT telah menjadikan Islam sebagai risalah paripurna, mengatur semua aspek kehidupan.
Ketidakpekaan umat atas perintah-perintah Allah SWT tersebut karena menerapkan paham sekularisme terhadap ajaran Islam. Sehingga, Islam menjadi mirip ajaran kerahiban yang hanya mengatur tatacara ibadah ritual dan moral. Padahal Islam adalah sistem kehidupan yang luas. Islam mengatur hubungan manusia dengan Al-Khâliq, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, juga hubungan manusia dengan sesamanya.
Tanpa disadari, Umat dijauhkan dari risalah Islam yang hakiki. Akidah Islam dijadikan hanya sebatas membahas masalah akhirat saja. Tidak menjadi asas dalam kehidupan dunia. Syariahnya hanya dibatasi dalam masalah ibadah ritual dan akhlak. Tidak dipakai untuk mengatur bidang sosial, ekonomi, politik dan negara.
Bahkan saat ini mengkriminalisasi ajaran agama ditandai psncegahan, pencekalan para ulama untuk berdakwah menjadi fakta yang dihadapi umat muslim. Namun, mereka berusaha istiqamah menjalankan agama dan terus berdakwah, walau agama dilabeli sebagai kaum radikal. Sementara itu syariah Islam dan penegakan Khilafah yang telah dibahas kewajiban hukumnya oleh para ulama Aswaja dipandang sebagai ancaman bagi umat manusia.
Jelas sudah, dalam hal ini, aspek ideologis Islam menciptakan kemandirian berpikir bagi muslimah Indonesia saat hadir sebagai peserta reuni 212 kemarin. Bahwa Islam pada fitrahnya memiliki tujuan pada pemikiran yang cemerlang. Begitupun muslimah Indonesia yang tergabung dalam reuni kemarin bahwa mereka memiliki tingkat kesadaran yang tinggi dan kemandirian berpikir yang merupakan bentuk kecerdasan muslimah sejati. Apalagi kemandirian berpikir Ideologis Islam ini ketika dijalankan sesuai dengan syariatNya.
Hikmah:
Janganlah pandang sebelah mata, perjuangan yang telah muslimah Indonesia lakukan pada Reuni Akbar 212 kemarin. Pengorbanan besar jiwa dan raga mereka tumpahkan demi membela kalimat tauhid yang telah dihinakan oleh sekelompok orang. Kekuatan muslimah Indonesia mampu memotivasi semangat dan kebangkitan dakwah keislaman saat ini. Dengan mengetahui mana yang ma'ruf dan Mana yang munkar. Mereka lelah rnenunggu, mereka lelah hanya berdiam diri. Ketika Islam tidak dimuliakan lagi, mereka tergerak hatinya untuk membela kemuliaan Islam. Salut dan penghormatan yang tiada tara untuk Muslimah 212. Wallohu a'lam bishawab.
Ilustrasi: FB nieniz.ummukiyya