View Full Version
Jum'at, 21 Dec 2018

Kehamilan, Aborsi dan Keimanan

Oleh: Naely Lutfiyati Margia, Amd.Keb.

Mempunyai buah hati memang menjadi dambaan semua keluarga. Manusia menikah sudah pasti salah satunya karena ingin melestarikan keturunan. Kehamilan pun merupakan hal yang sangat dinanti-nanti oleh setiap pasangan karena menjadi pintu gerbang dimulainya perjalanan seorang manusia. Dari sinilah, dititipkan sebuah amanah besar dari Sang Khalik kepada seorang hamba.

Namun bagaimana jika kehamilan terjadi bukan karena keinginan dari sepasang suami istri? Mereka menolak juga bukan berdasarkan faktor yang mengancam keselamatan Ibu dan janin. Takut miskin atau melarat menjadi alasan seseorang enggan mempunyai atau menambah anak. Mereka merasa tidak mampu membesarkan karena biaya hidup yang semakin sulit. Akhirnya dipilihlah aborsi sebagai jalan keluar satu-satunya.

Faktor ekonomi masih menjadi momok bagi para pasangan di era kapitalis ini. Segala sesuatu dinilai dengan materi, sehingga menjadikan manusia hidup dalam hitungan matematika. Seolah tidak ada uang, tidak bisa hidup.

Padahal dalam Al-Qur’an Allah berfirman.

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar.” - (T.Q.S. Al-Isra: 31)

Dari ayat di atas sudah sangat jelas dikatakan bahwa Allah menjamin rezeki setiap hamba-Nya. Tidakkah mereka membaca firman Allah tersebut? Lalu pantaskah kita ingkar terhadap janji-Nya?

Frekuensi terjadinya aborsi sangat sulit dihitung secara akurat, karena aborsi buatan sangat sering terjadi tanpa dilaporkan kecuali jika terjadi komplikasi. Akan tetapi, berdasarkan perkiraan dari BKKBN, ada sekitar 2.000.000 kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Berarti ada 2.000.000 nyawa yang dibunuh setiap tahunnya secara keji tanpa banyak yang tahu.

Selain takut miskin, paham liberal yang sudah merasuk  ke dalam diri membuat orang merasa bebas berbuat. Mereka menganggap tindakan apapun atas tubuhnya merupakan hak 100% dirinya. Aborsi dijadikan jalan keluar dari permasalahan, seolah-olah tidak ada aturan Allah di situ.

Ketahuilah, Allah mengharamkan manusia untuk membunuh jiwa, apalagi dengan alasan yang tidak dibenarkan sebagaimana aborsi dilakukan secara sengaja. Namun, Islam masih mempertimbangkan persoalan aborsi jika memang menyangkut keselamatan Ibu dan janin, dan hal-hal ilmiah lainnya yang masih dapat dipertimbangkan dari aspek kesehatan.

Faktor keimanan dan ketakwaan memang memegang peran penting dalam kasus ini. Mereka lupa atau sengaja melupakan bahwa tindakan aborsi yang dilakukan sengaja tanpa adanya indikasi medis adalah haram hukumnya.

Permasalahan semacam ini adalah buah dari kesalahan sistem yang sedang diterapkan saat ini. Sistem buatan manusia yang berlandaskan materi, menilai hanya dari untung dan rugi. Selagi bermanfaat, tidak peduli akan tetap dilakukan, meski melanggar aturan Allah. Sudah tidak penting lagi adanya Ridho Sang Pencipta.

Sudah saatnya kita beralih pada sistem yang Allah ridhoi. Sistem yang turun langsung dari Sang Pencipta, yang akan menjamin kesejahteraan manusia dalam segala aspek kehidupan. Mulai dari faktor ekonomi, kesehatan, pendidikan dll. Sehingga tidak akan terjadi lagi kasus aborsi semacam ini. Tidak akan ada lagi janin-janin yang mati di tangan orang-orang tak bertanggung jawab. Dan hal ini akan terwujud bila kaum muslimin bersatu, bersama-sama memperjuangkan tegaknya hukum Allah secara kaffah di muka bumi ini. Wallahu a’lam bish shawab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version