Oleh: Ratu Amalia Sari (Mahasiswi UIN Imam Bonjol Padang)
Bila berbicara mengenai sosok seorang ibu tentu tak lepas dari kata perempuan. Perempuan adalah makhluk yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa taala.
Dengan fitrahnya dan keistimewaannya yang diberikan oleh Allah Swt. Yaitu sebagai Ummu Wa Rabbatul Bait. Maka pantaslah bila perempuan dikatakan sebagai tonggak peradaban. karena peran dan tugasnya tersebut yang sangat mulia dan sebagai kunci kecemerlangan peradaban. Namun, pada saat ini terlihat kesenjangan.
Saat ini, perempuan dianggap memiliki kontribusi yang besar ketika aktif di ranah publik. apalagi menurut BPA bahwa angkatan kerja perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. salah satu pernyataan Mc Kinsey, yang mengibaratkan tanpa peningkatan pemberdayaan perempuan, dunia akan mengalami kerugian sebesar $ 4,5 triliun dalam PDB tahunan pada tahun 2025.
Untuk mendorong peran perempuan sebagai motor penggerak perekonomian Indonesia, di era saat ini kita perlu memastikan mereka melek ekonomi digital, “kata Siti Choiriana”
Siti menyebutkan hingga saat ini 63 persen dari 5 juta pelaku ekonomi di Indonesia didominasi oleh kaum perempuan. (republika.co.id)
Ajaran ini memandang bahwa manusia itu akan dihargai apabila produktivitasnya di dalam masyarakat berdasarkan pendapatan atau materi yang mereka dapatkan. Dengan slogan “Jika seseorang bekerja, maka ia akan berhasil”.
Semua ini bertepatan dengan berkembangnya industri di negara-negara Barat, yang berpandangan perlunya dan pentingnya perempuan untuk berpartisipasi dalam pekerjaan diluar rumah dengan laki-laki untuk meningkatkan produksi. Dan karena tenaga kerja harus murah, perempuan adalah pilihan terbaik.
Inilah sekulerisme dalam tranksaksi-tranksaksinya yang hancur, dia mengeksploitasi perempuan dengan mengorbankan peran ibu dalam rumah tangga, sekularisme melanggar naluri perempuan dan merusak peran ibu dan membatasinya untuk melahirkan saja. Anak-anak mereka dititipkan pada pengasuh anak. sehingga merawat anak bukan lagi hanya untuk ibu.
Barat telah berusaha untuk melemahkan kekebalan masyarakat Muslim melalui penyebaran kata “pembebasan perempuan” untuk menunjukkan bahwa perempuan adalah budak yang harus dibebaskan dan bahwa dia tersesat dan perlu diselamatkan.
Padahal Islam memuliakan perempuan dengan perannya sebagai Ummu Wa Rabbatul Bait peran besar dan pahala menjadi ibu dari Allah Subhanahu wa ta’ala telah hilang kecuali dia melakukan perannya dengan baik, takut kepada Allah, serta peduli dan bertanggung jawab dalam mengurusi rumah tangganya. karena Islam sangat menjaga dan memuliakan perempuan.
Bisa kita lihat peradaban cemerlang di tangan Islam. Semua itu tak lepas dari peran penting dari seorang Ibu. Dibalik Muhammad Al Fatih, seorang pemuda penakluk Konstantinopel ada sosok seorang ibu yang selalu memotivasinya dengan sesuatu yang besar dengan dasar agama dan kasih sayang.
Kemudian dibalik Imam Syafi’i, seorang ulama yang tidak diragukan lagi kualitas keilmuannya, ada sosok ibunya yang selalu menjaga pemikirannya.
Tentu saja semua ini hanya bisa terwujud dan teraplikasi dalam sistem Islam, dimana seluruh aturan yang diterapkan berstandar hukum syara’. Bukan asas manfaat dan materi. Wallahu a'lam bish shawab. [syahid/voa-islam.com]