View Full Version
Senin, 14 Jan 2019

Mulianya Ibu Rumah Tangga, Jawaban untuk Afi Nihaya

Oleh: Naely Lutfiyati Margia, Amd.Keb.

Media kini ramai memberitakan kasus mengenai prostitusi online yang melibatkan salah satu artis Indonesia. Salah satu netizen bernama Afi Nihaya menyatakan bahwa dalam prostitusi online artis ini, terdapat hukum pasar dimana ada permintaan dan ada penawaran. Dalam bidang ekonomi memang seperti itu. Dan artis ini memasang harga jauh lebih tinggi dibanding harga pasar pada umumnya.

Jika dibandingkan dengan seorang IRT yang hanya diberikan 'gaji' 10 juta rupiah per bulan tapi sudah merangkap menjadi koki, tukang bersih-bersih, babysitter, dll. Maka siapa yang sebenarnya lebih murahan? Kurang lebih seperti itu tulisnya dalam laman facebook.

Benarkah demikian? Apakah tugas istri, ibu rumah tangga layak dinilai dengan materi semata? Dalam pandangan Islam, ummu wa robbatul bayt (Ibu dan pengatur rumah tangga) tidak dinilai serendah itu yaitu hanya dihargai dengan materi, dibayar dalam hitungan uang. Islam memuliakan wanita lebih tinggi daripada itu.

Peran ummu wa robbatul bayt sangatlah penting, sebab selain menjadi pengatur rumah tangga seorang ibu juga menjadi pendidik utama bagi anak-anaknya. Kualitas seorang anak akan bisa dilihat dari bagaimana seorang ibu mendidiknya. Dan seorang ibu jugalah yang akan mencetak generasi yang shalih dan shalihah.

Jika seorang wanita menjalankan amanah ummu wa rabbatul bayt dengan ikhlas dan ridho, maka penghargaannya bukanlah dengan materi, melainkan balasan dari Allah berupa pahala yang jaminannya syurga. Mulia sekali bukan?

Mari sejenak kita melihat kisah Fathimah, putri Rasulullah. Alkisah, suatu hari masuklah Rasulullah dan mendapati putrinya sedang menggiling syair (sejenis gandum) dengan menggunakan sebuah penggilingan tangan dari batu sambil menangis. Rasulullah bertanya pada putrinya, “Apa yang menyebabkan engkau menangis wahai Fathimah? Semoga Allah SWT., tidak menyebabkan matamu menangis”.

Fathimah berkata, “Ayahanda, penggilingan dan urusan-urusan rumah tanggalah yang menyebabkan anakmu menangis”.

Mendengar perkataan putrinya ini maka bangunlah Rasulullah mendekati penggilingan itu. Beliau mengambil syair dengan tangannya dan diletakkannya di dalam penggilingan tangan itu sambil mengucapkan “Bismillaahirrahmaanirrahiim”.

Penggilingan tersebut berputar dengan sendirinya dengan izin Allah SWT. Rasulullah SAW meletakkan syair ke dalam penggilingan tangan itu untuk putrinya dengan tangannya sedangkan penggilingan itu berputar dengan sendirinya sehingga habislah butir-butir syair itu digilingnya.

Rasulullah berkata kepada gilingan tersebut, “Berhentilah berputar dengan izin Allah SWT”. Maka penggilingan itu berhenti berputar.

Rasulullah bersabda kepada putrinya, “Jika Allah SWT menghendaki wahai Fathimah, niscaya penggilingan itu berputar dengan sendirinya untukmu. Akan tetapi Allah SWT menghendaki dituliskan-Nya untukmu beberapa kebaikan dan dihapuskan oleh-Nya beberapa kesalahanmu dan diangkat-Nya untukmu beberapa derajat."

Ya Fathimah, perempuan mana yang menggiling tepung untuk suaminya dan anak-anaknya, maka Allah SWT menuliskan untuknya dari setiap biji gandum yang digilingnya suatu kebaikan dan mengangkatnya satu derajat.

Ya Fathimah, perempuan mana yang tersenyum di hadapan suaminya maka Allah SWT akan memandangnya dengan pandangan rahmat.

Ya Fathimah, apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya maka beristighfarlah para malaikat untuknya dan Allah SWT akan mencatatkan baginya tiap-tiap hari seribu kebaikan dan menghapuskan darinya seribu kejahatan.

Ya Fathimah, perempuan mana yang meminyaki rambut anak-anaknya dan menyisir rambut mereka dan mencuci pakaian mereka maka Allah SWT akan mencatatkan baginya ganjaran pahala orang yang memberi makan kepada seribu orang yang lapar dan memberi pakaian kepada seribu orang yang bertelanjang.

Ya Fathimah, yang lebih utama dari itu semua adalah keridaan suami terhadap istrinya. Jikalau suamimu tidak rida denganmu tidaklah akan aku doakan kamu. Tidaklah engkau ketahui wahai Fathimah bahwa rida suami itu daripada Allah SWT dan kemarahannya itu dari kemarahan Allah SWT?

Itulah beberapa pesan Rasul kepada wanita penghulu surga. Bukankah kita juga ingin ikut memasuki surga? Sudah seharusnya kita lakukan juga yang Rasul pesankan pada putrinya.

Sayangnya, hidup dalam era kapitalis ini memang perlu upaya lebih. Sebab segala sesuatu yang dinilai materi akan memudahkan kita goyah, bila kita tidak berpegang teguh pada aqidah Islam. Akibatnya kita mudah terpengaruh dari ide-ide di luar Islam. Sungguh sedih bila kaum muslim sudah terpapar ide-ide dari luar Islam.

Padahal sejatinya, sejumlah rupiah yang diterima di dunia takkan ada artinya di akhirat kelak. Apalagi jika jalan mendapatkannya dilumuri dosa. Harga surga yang Allah berikan pada wanita sholihah, dengan posisinya sebagai istri, ibu rumah tangga, tak ternilai dengan nominal rupiah, emas batangan, Intan permata. Tak ada satu orang di dunia pun yang bisa membeli surga dengan hartanya. Karena surga adalah anugerah dari Allah bagi hamba-Nya yang beriman dan bertakwa.

Membandingkan pelacur dengan ibu rumah tangga sama halnya menghina ibu kandungnya sendiri yang juga ibu rumah tangga. Lebih jauh lagi, sama saja ia menghina banyak wanita mulia yaitu istri para rasul dan sahabat sebagai rendahan daripada pelacur yang dibayar mahal cuma semalam. Naudzubillah minzalik. Semoga saja kita dijauhkan dari kejahilan parah hanya demi mendapat like dan share di sosial media. 

Wallahu a’lam bish shawab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version