View Full Version
Senin, 28 Jan 2019

Sistem Kapitalis Mengikis Rasa Malu Wanita

Oleh: Rohmah Ambarwati

Berita viral beberapa saat lalu adalah mengenai prostitusi online yang menyangkut beberapa nama artis atau pesohor dalam negeri. Viralnya berita ini tentu saja karena kasus prostitusi ini berkaitan dengan artis yang notabene menjadi sorotan publik secara umum. Selain hal menarik lainnya yaitu tarif mereka yang dianggap sangat tinggi.

Sejatinya, kasus prostitusi ini juga bukan merupakan satu kasus baru yang ditemukan di negeri dengan jumlah kaum muslim terbanyak di dunia ini. Sejumlah kasus prostitusi sebelumnya juga sudah berhasil diangkat ke publik misalnya kasus prostitusi anak sekolah, kasus prostitusi di satu wilayah yang memang terkenal dengan bisnis esek-esek, serta beberapa kasus lainnya.

Bagi para wanita, menanggapi berita seperti ini, tentu sebagian akan bertanya, apa yang sampai membuat seorang wanita rela untuk memberikan badannya dan melayani nafsu birahi dari seorang laki-laki hidung belang yang notabene adalah laki-laki asing dalam hidupnya?

Seks merupakan hal yang lumrah dalam hidup berumah tangga. Dalam Islam, hal ini menjadi satu jenis ibadah tersendiri dengan balasan layaknya sedekah suami kepada istrinya, selain juga mendapatkan pahala di sisi Allah.

Beda dengan seorang pelacur yang menjajakan dirinya untuk dinikmati oleh laki-laki asing. Jika melayani suami bagi seorang istri mendatangkan kebaikan dan pahala di sisi Allah, apa yang dilakukan oleh pelacur merupakan sebuah kemaksiatan yang dihinakan dan diancam dengan azab yang sangat pedih.

Ironisnya, mudah sekali bagi pelacur untuk memberikan tubuhnya kepada laki-laki asing. Mereka rela melakukan itu demi rupiah, entah itu ratusan ribu atau bahkan puluhan juta. Apakah memang segitu saja harga dari seorang wanita? Apa yang membuat pelacur ini seakan tak punya malu untuk  melayani laki-laki yang bukan suaminya?

Jawabannya tak lain dan tak bukan adalah karena sistem yang ada saat ini, sistem kapitalis. Sistem ini memang sangat mengagung-agungkan materi dalam bentuk uang. Siapa yang memiliki uang, dialah yang akan berkuasa. Siapa yang memiliki uang, dialah yang akan dianggap memiliki derajat yang lebih tinggi dalam masyarakat.

Karena itulah, siapapun akan berlomba-lomba untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Mereka melakukan banyak cara untuk mendapatkan uang tanpa mengindahkan halal-haram dalam perbuatan. Halal haram tak lagi menjadi standard dalam menjalankan kehidupan mereka. Uanglah yang menjadi standard utama dan pertama dalam kehidupan.

Demikian pula dengan wanita yang rela menjadi seorang pelacur. Ia pun rela untuk melakukan suatu aktivitas pribadi dengan laki-laki asing demi uang. Ia pun rela dan membiarkan badannya dinikmati oleh laki-laki asing demi rupiah yang akan didapatkannya.

Sungguh, sistem kapitalis ini telah mengikis rasa malu dalam diri wanita. Para wanita seakan lupa dan tak mau tahu akan begitu banyaknya ayat dalam Al Quran yang mewajibkan mereka untuk menjaga kemaluan mereka. Sebut saja Surat Al Mukminun ayat 5, Surat An Nur ayat 30 dan juga surat Al Ahzab ayat 35.

Al Quran telah memberikan gambaran akan kewajiban wanita untuk menjaga aurat yang notabene menjadi kehormatannya. Mereka diwajibkan untuk tidak mengumbar auratnya pada banyak laki-laki, terutama laki-laki asing yang tidak berhak akan dirinya.

Inilah bukti bagaimana sistem kapitalis tidak menjaga wanita dan juga kehormatan. Sistem ini malah menjerumuskan wanita pada kehinaan dan kemurahan  serta tidak memiliki kehormatan dan kemuliaan. Wanita layaknya barang yang dapat ditimbang dengan nilai rupiah.

Tentu sangat berbeda dengan sistem islam yang sangat memuliakan wanita. Wanita dijaga mulai dari keberadaannya, aktivitasnya dan juga dirinya. Islam menempatkan wanita sebagai sosok yang sangat mulia dan istimewa.

Dengan demikian, masihkan kita lebih memilih sistem kapitalis dibandingkan dengan sistem Islam yang memuliakan para wanita ini? Hanya orang jahil alias bodoh saja yang salah dalam memilih. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version