View Full Version
Sabtu, 23 Feb 2019

Nak, Adabmu Cerminanku

Oleh: Siti Rahmah

Di antara pilar pendidikan untuk menunjang pembentukan kepribadian anak adalah dengan mengenal adab.  Secara etimologi, kata “adab” dimaknai sebagai kehalusan dan kebaikan budi pekerti; kesopanan; akhlak. Adapun “beradab” berarti mempunyai adab, mempunyai budi bahasa yg baik, berlaku sopan (www.kbbi.web.id).

Sedangkan "adab" menurut para ahli fiqih dan ahli hadits mempunyai makna dan pengertian yang berbeda. Mereka mengatakan bahwa pengertian adab adalah menggunakan perkataan, perbuatan, dan hal ihwal yang bagus. Ada pula diantara mereka yang mengatakan bahwa adab adalah meninggalkan sesuatu yang membawa kejelekan (aib).

Di samping itu ada yang mengatakan bahwa pengertian adab adalah menghiasi diri dengan hiasan orang-orang yang memiliki keutamaan. Menurut pendapat lain, arti adab adalah tidak bermaksiat kepada Allah dan tidak merusak harga diri. Ada pula yang mengatakan bahwa adab berarti takwa kepada Allah. Jadi, orang yang bertakwa kepada Allah adalah orang yang beradab.

Sehingga adab adalah akhlak yang juga merupakan bentuk pelaksanaan terhadap hukum syara'. Tentu saja adab ini wajib diajarkan kepada anak. Bahkan sebelum anak mulai mempelajari ilmu, maka adablah yang harus terlebih dahulu ditanamkan.

Terkait hal ini kita bisa memetik pelajaran dari kisah ulam-ulama salaf yang begitu konsen dalam penanaman adab. Bahkan mereka tidak akan melepas anak-anaknya keluar menuntut ilmu sebelum mereka yakin dengan pembentukan adab sang anak.

Seperti halnya dikisahkan oleh Imam Darul Hijrah, Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy,

“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”

Sebagaimana Yusuf bin Al Husain juga berkata,

بالأدب تفهم العلم

“Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.”

Imam Malik juga pernah berkata, “Dulu ibuku menyuruhku untuk duduk bermajelis dengan Robi’ah Ibnu Abi ‘Abdirrahman -seorang fakih di kota Madinah di masanya-. Ibuku berkata

تعلم من أدبه قبل علمه

“Pelajarilah adab darinya sebelum mengambil ilmunya.”

 

Urgensi Belajar "Adab"

Sebagaimana kisah-kisah yang dituturkan diatas, menjadi hal yang sangat penting bagi orangtua untuk menanamkan adab. Hilangnya adab, rusaknya akhlak akan menjadi bencana besar dalam kehidupan. Baik di dunia maupun di akhirat. Banyaknya kasus kerusakan adab ini nampak ditengah-tengah masyarakat saat ini.

Di mana munculnya sikap anak yang tidak menghormati kedua orangtuanya, gurunya atau bahkan orang yang lebih tua darinya. Lebih dari itu, munculnya kasus-kasus anak yang membunuh orangtuanya, membunuh guru, padahal penyebabnya hal yang sepele. Atau bahkan muncul juga kisah anak yang memenjarakan orangtuanya, menganiaya dan berlaku semena-mena. Hal itu tidak bisa dilepaskan dari hilangnya adab dari anak-anak kita.

Dekadensi adab ini jika dibiarkan akan menggerus roda kehidupan menuju kehancuran. Anak tidak lagi mau mendengarkan nasihat orangtua, anak akan cenderung memaksakan kehendaknya, ujungnya bertingkah laku tanpa ada batasan dan aturan.

Tentu hal ini tidak bisa dibiarkan. Penanaman adab menjadi sesuatu yang penting dilakukan, bahkan hal ini harus diajarkan kepada anak sebelum mereka memasuki usia baligh. Cara mengajarkan dengan tahapan-tahapan dan langkah-langkah strategis guna tercapainya tujuan. Dalam hal ini orangtua harus memiliki acuan langkah untuk pembentukannya. Setidaknya ada enam langkah yang bisa dilakukan orangtua dalam menanamkan adab kepada anak-anaknya. Diantaranya adalah;

Yang pertama adalah dengan menanamkan akidah. Ini pondasi penting di dalam membangun kekokohan pribadi anak. Akidah yang ditanamkan secara benar akan menghujam dalam kepribadian anak. Akidah ini juga yang akan menjadi dasar bagi sang anak dalam menjalani kehidupannya. Akidah ini ibarat sebuah akar dalam sebatang pohon. Jika akarnya kuat, maka pohon pun akan tumbuh dengan kokoh, batangnya sehat, rantingnya kuat daunnya rimbun, buahnya pun manis.

Begitu manusia yang memiliki akidah yang kokoh, maka dia akan menjadi pribadi yang kuat dalam pelaksanaan hukum Islam. Dia juga akan bermanfaat untuk sekitar, adab dan akhlaknya terpelihara membuat orang-orang terdekatnya nyaman berada disekitarnya. Dan ilmu yang dimilikinya pun akan menjadi ilmu yang bermanfaat yang bisa menyejukan orang-orang yang haus akan kebenaran Islam.

Langkah kedua dalam pembentukan adab anak adalah mengenalkan kepribadian dan sosok Rasulullah saw. Ajarkanlah keteladan Rasulullah supaya anak mengenal bagaimana sikap yang harus diteladani. Anakpun akan memiliki standar yang jelas terkait adab yang harus diikuti. Lebih dari itu akan lahir kecintaan anak kepada keagungan sosok Rasulullah Saw. Maka dengan begitu anak akan menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladannya dalam kehidupan.

Yang ketiga adalah teladan dari orangtua. Tentu saja poin ini juga menjadi bagian penting dalam proses pengajaran. Bagaiman anak bisa mengenal adab yang baik kalau orangtua tidak mengajarkan. Pengajaran ini bisa berupa nasehat juga contoh langsung atau keteladanan. Untuk merekatkan nasehat supaya terwujud dalam kepribadian anak maka teladan adalah unsur penting. Bagaimana mungkin anak akan memiliki Adab yang baik jika orangtua tidak mencontohkannya, atau mungkin apa yang disampaikan orangtua berbeda dengan apa yang dilakukan. Maka jika hal ini terjadi justru akan menimbulkan kebingungan tersendiri bagi anaknya.

Yang keempat adalah kenalkan dan biasakan mengucapkan kalimat-kalimat thoyibah. Seperti membiasakan membaca  basmalah sebelum memulai sesuatu, hamdalah setelah menyelesaikan sesuatu dan sebagainya. Dengan mengucapkan kalimat Thoyibah maka akan menjadi rem tersendiri bagi anak agar tidak mengucapkan kata-kata kotor atau mengumpat.

Yang kelima adalah jauhkan anak dari lingkungan buruk. Ini tentu saja penting, lingkungan sekitar akan sangat berdampak dalam pembiasaan perilaku baik anak. Jika dirumah kebiasaan baik sudah ditanamkan, tapi di lingkungan justru mengajarkan sebaliknya, maka anak akan cenderung mengikuti yang biasa dilakukan teman-temanny.

Apalagi jika kebiasaan buruk itu termasuk yang menyenangkan dan melenakan, maka bukan tidak mungkin anak akan sangat mudah mengikutinya. Termasuk disini adalah orangtua juga harus memilihkan teman bagi anak. Dengan siapa dia bergaul dan bersahabat maka itu akan menentukan kebiasaanya. Jauh-jauh hari Rasulullah sudah mengingatkan terkait hal ini dalam sabdanya yang mulia Rasulullah Saw bersabda;

“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari)

Yang terakhir adalah orangtua harus senantiasa selektif dalam milih tayangan media. Baik media elektronik maupun media sosial. Kontrol dan pendampingan harus senantiasa dilakukan oleh orangtua. Jangan pernah membiarkan anak main gadget ataupun nonton TV   sendiri tanpa dikontrol dan tanpa pendampingan.

Proses ini memang tidak mudah, tapi jika dilakukan dengan penuh kesadaran bahwa anak adalah amanah. Maka orangtua akan bersungguh-sungguh dalam menjalaninya, karena setiap amanah akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah. Selain itu orangtua juga harus memahami bahwa baik buruknya anak adalah cerminan dirinya. Karena anak dilahirkan dalam kondisi firtah, maka dialah yang membentuknya, membangun karakternya dan  mewarnai pribadinya. Oleh karena itu bentuklah kebiasaan dan karakter anak sehingga memiliki karakter yang indah dan kepribadian kuat yaitu kepribadian Islam.

Selama kesempatan itu ada, maka berusahalah membangun adab anak. Nikmatilah prosesnya dan bersabarlah menjalaninya. Niscaya buah dari upaya itu akan terlihat jika orangtuanya bersungguh-sungguh dalam mempersiapkannya. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version