Oleh:
Loly Norsandi A.md, pemerhati masalah sosial
DELAPAN Maret merupakan hari istimewa bagi perempuan di seluruh dunia, karena pada hari itu ditetapkan sebagai International Women's day. Hari di mana dirayakannya pencapaian wanita dalam berbagai bidang dari mulai sosial, ekonomi, budaya, hingga politik.
Di tahun 2019 ini, kaum penganut kebebasan mengangkat tema 'balance for better'. Tema ini ditujukan untuk kesetaraan gender, kesadaran yang lebih besar tentang adanya diskriminasi dan merayakan pencapaian perempuan. Hal ini termasuk mengurangi adanya gap pendapatan atau gaji pria dan wanita. Memastikan semuanya adil dan seimbang dalam semua aspek, pemerintahaan, liputan media, dunia kerja, kekayaan dan dunia olahraga," demikian penjelasan di situs resmi Hari Perempuan Internasional.
Kapitalisme mendefinisikan keberdayaan perempuan dari aspek materi. Banyak muslimah yang terjerumus faham-faham menyesatkan penganut kebebasan, tergiur janji-janji kesetaraan yang semu. Dengan menjadi penganut kebebasan maka aturan agung dari Allah Azza wa jalla harus dicampakkan. Pertama mereka menggugat hijab, menyuruhmu bekerja hingga mengabaikan keluargamu, tidak lagi berharga imam rumah tangga di mata mu. Betapa banyak permasalahan bermula dari sini? Perselingkuhan, perceraian, keluarga tak harmonis, kekerasan, bahkan pembunuhan.
Ini tentu lebih masuk akal menjadi sebuah permasalahan yang harus diselesaikan untuk melindungi perempuan di seluruh dunia dari kekerasan dan kejahatan yang semakin hari semakin tak terbendung.
Muslimah, jangan tanggalkan kemuliaan dari Rabb-mu demi mengemban racun penganut kebebasan. Perempuan mulia dengan penerapan aturan Islam.
Dalam Islam, perempuan diletakkan di rumah-rumah mereka yang aman dan nyaman, penuh perlindungan, dan bertugas untuk berkasih sayang, mendidik generasi-generasi hingga tak ada anak yang kekurangan kasih sayang dan pendidikan dari orang tua nya. Ini akan menjadi solusi besar untuk perubahan dunia dari rusaknya generasi menuju generasi cemerlang. Dengan mengembalikan wanita pada kemuliaannya. Mengoptimalkan diri pada peran dan fungsi sebagai ummu wa rabbatul bayt dan ummu ajyal (ibu generasi) -- pengokoh peradaban islam cemerlang penebar rahmat bg seluruh alam.
Perhatikan Allah berfirman tentang bagaimana seharusnya memperlakukan kaum wanita dalam ayat berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهًا وَلَا تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا بِبَعْضِ مَا آتَيْتُمُوهُنَّ إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An Nisa [4]: 19)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sering mengingatkan dengan sabda-sabdanya agar umat Islam menghargai dan memuliakan kaum wanita. Di antara sabdanya:
اِسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا
“Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita.” (HR Muslim: 3729)
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang paling baik terhadap istriku.” (HR Tirmidzi, dinyatakan shahih oleh Al Albani dalam “ash-shahihah”: 285)
Betapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi teladan yang nyata, telah sempurna Agama Islam tanpa perlu mengambil faham dan pandangan-pandangan diluar dari pada nya.
Muslimah adalah tonggak peradaban, pencetak generasi 'Khoiru Ummah', namun juga menjadi bidikan, sasaran utama yang di serang musuh-musuh Allah untuk menghancurkan Islam.
penganut kebebasan tak lebih dari sekedar bualan ide untuk merenggut kemuliaan muslimah dan memalingkan muslimah dari keta'atan kepada Tuhannya.
Islam menetapkan kesejajaran derajat laki-laki dan perempuan pada ketaatan terhadap aturan Allah, bukan pada bentuk fungsi dan peran. Nyatanya dalam Islam, Wanita memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam beribadah dan mendapat pahala:
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.” (QS. An Nisâ [4]: 124)
Fahamilah wahai muslimah, inilah kesetaraan yang harus muslimah raih yakni berlomba-lomba meraih ridho Allah. Mengutamakan pengurusan rumah tangga, bertebaran dimuka bumi dengan menaati aturan Allah, menutup aurat dan menjaga pergaulan, melakukan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi pahala di sisi Allah, menuntut ilmu agama, serta menjadikan dakwah sebagai poros kehidupan.
Karena kemuliaan, perlindungan dan rasa aman bagi wanita dan keluarga-keluarga kaum muslim hanya dapat dirasakan jika syari'ah secara kaffah ditegakkan. Dan semua itu hanya dapat di raih dengan bekerjasama laki-laki dan perempuan dalam amar ma'ruf nahi mungkar.
Wanita adalah partner laki-laki dalam peran beramar makruf nahi munkar dan ibadat yang lainnya:
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Taubah [9]: 71). Allahu'alam.