View Full Version
Jum'at, 12 Apr 2019

Menteladani Rasulullah dalam Membahagiakan Istri

Oleh : Sri Rahmawati

 

Masih terngiang fakta yang disampaikan ustadz fatih karim, bahwa ada seorang suami yang membakar istrinya karena persoalan sepele. Kisahnya berawal dari obrolan suami kepada istrinya. Suatu hari, suaminya yang belum bisa menafkahi keluarganya bertanya makanan apa yang sedang dimasak istrinya di dapur. Dijawablah oleh istrinya dengan jawaban yang kurang enak karena suami tidak memberi nafkah.

Saat itu suaminya langsung naik darah dan membakar istrinya dari api kompor yang sedang menyala. Dia sendiri menyaksikan istrinya terbakar tanpa ada keinginan untuk memadamkan dan menolong. Sebaliknya, si suami membiarkannya hingga meninggal. Sungguh tragis kisah seorang suami yang kalap dengan amarah hingga menghabisi nyawa istri. Karena marah akhirnya si suami masuk bui.

Mari kita belajar dari Rosululloh yang memiliki hati emas, lisan yang lembut, dan tingkat kesabaran yang tinggi dalam memperlakukan istri-istrinya.

Kemuliaan akhlak Rosululloh Saw adalah beliau tidak pernah melukai hati istrinya walaupun istrinya berbuat salah. Inilah salah satu rahasia langgengnya rumah tangga yang diberkahi Alloh SWT, rumah tangga yang dipimpin oleh kekasih Alloh, Muhammad Saw.

Suatu pagi, Rosululloh pulang ke rumahnya hendak sarapan. Ketika dibukanya tempat makan, tidak ditemukan makanan sedikit pun, padahal beliau merasa lapar karena sejak subuh tadi belum makan. Datanglah Aisyah menghampiri. Aisyah terlihat agak bersalah karena belum mempersiapkan makanan, namun Rosululloh berkata, "Aisyah, hari ini aku puasa sunnah." Sengaja beliau mengatakan ini untuk menghilangkan rasa bersalah istrinya. Maasyaa Alloh.

Tidak pernah terlintas di benak kita jawaban seperti Rosul tadi. Beliau begitu menjaga hati istrinya. Apakah lantas beliau pergi keluar untuk membeli makanan? Beliau begitu zuhud, untuk urusan perut saja tidak mau membebani istrinya.

Di kisah lain diceritakanlah kebiasaan Aisyah. Setiap hari ia menyajikan minuman spesial berupa secangkir teh manis untuk suami tercintanya, Muhammad Saw. Aisyah menemani beliau minum teh sambil menanti sisa minuman tersebut. Biasanya, sang suami menyisakan setengah untuk diminum Aisyah. Namun saat itu Aisyah kecewa dan merasa heran karena suaminya tidak menyisakan minumannya.

"Kenapa wahai Rosul, engkau habiskan minumannya?" Rosul hanya tersenyum.

Dengan menunjukkan sedikit kekecewaan bergegaslah Aisyah menuju dapur dan memastikan isi cangkir teh. Dia berharap ada tetesan sisa air minum Rosul tadi. Alhamdulillah suatu keberkahan menurut Aisyah karena ia berhasil mendapatkan beberapa tetes. Namun alangkah kagetnya dia karena rasa minuman ini begitu asin. Segera diperiksanya wadah gula yang ia tuangkan sebelumnya, yang ternyata garam.

Penyesalan yang bercampur rasa berdosa, malu, sedih dirasakan Aisyah. Ternyata Rosul sengaja menghabiskan minumnya karena tidak ingin istrinya malu dan merasa bersalah. Beliau tidak marah sedikit pun, tidak protes, hanya tersenyum.

Kisah inspiratif di atas dipetik dari tausiyyah Ustadz Hanan Attaki.

Apakah kita  yang mengakui sebagai umatnya Rasulullah, mampu meneladani kemuliaan akhlaknya terhadap istri. Beliau begitu menghargai upaya istrinya walaupun istrinya berbuat kesalahan.

Bayangkan, bila istri kita yang menyajikan minuman asin, baru seteguk diminum saja mungkin kita sudah membentaknya, marah-marah, atau malah meludahi dan menyuruh paksa istri untuk menghabiskan minuman di depan suami. Astaghfirulloh al adzim.

Wahai para suami, syukurilah apa yang ada pada istrimu, kelebihan maupun kekurangannya. Engkau pun bukan makhluk yang sempurna seperti Rosululloh. berlaku sabarlah kepada istrimu. Dia bukan pembantu yang kau anggap rendah. Jaga dan lembutkanlah lisanmu di hadapannya. Bila dia bersalah, tugasmu adalah menasehati dan membimbingnya untuk bersama-sama menuju surgaNya kelak. Bukan kesombonganmu, bukan egomu, tapi nasehatmu yang lembut yang akan mengubah istrimu menjadi sholeha.

عَنْهُقَالَ: قَالَرَسُولاللَّهصَلَّىاللهعَلَيهِوَسَلَّمَ : أَكْمَلالْمُؤْمِنِينَإِيمَانًاأَحْسَنُهمْخُلُقًا،وَخِيَارُكُمْخِيَارُكُمْلِنِسَائِهِمْ … رواهالترمذيوغيره

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya.” Wallohu alam bish showab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version