Oleh :
Yulida Hasanah*
‘Bulan mulia kunanti-nanti, penuh suka cita kita menyambutnya,
Bulan mulia kunanti-nanti, penuh bahagia, menanti karena cinta...’
Kutipan bait lagu ‘Sambut Ramadhan’ yang dirilis oleh DNA Aditya di atas adalah gambaran kegembiraan dan suka cita dalam sebuah keluarga menunggu datangnya bulan mulia penuh berkah. Seiring berjalannya waktu, tidak terasa kita akan bertemu lagi dengan tamu Suci nan Mulia, yaitu Bulan Ramadhan Mubarok. Bagaimana kabar para Umi, Bunda, Emak dan para Ibu, sudah menyiapkan apa saja untuk buah hati kita dalam menyambut Ramadhan tahun 1440 H ini? Agar suasana puasa menjadi indah, berkah dan tentunya menjadikan kita dan keluarga semakin meningkat ketaqwaannya.
Walaupun tiap tahun Ayah Bunda, Umi Aba dan Ibu Bapak selalu mengajak putra putri kita ikut menjalankan ibadah puasa. Namun, pasti kita semua para orang tua, ingin puasa tahun ini lebih baik dari puasa tahun kemarin. Apalagi godaan puasa di jaman sekarang semakin komplek dibanding bulan puasa tahun-tahun lalu.
Maka, tidak ada salahnya, kita menambah ilmu sekaligus menjadikannya bermanfaat dan bisa menjadi bekal kita untuk menyiapkan buah hati kita dalam menyambut bulan Suci. Sebab, membiasakan diri dengan perilaku- perilaku yang baik kepada anak-anak kita merupakan bentuk kepedulian kita terhadap masa depan anak-anak.
Namun demikian, mengantarkan anak untuk berpuasa dan memahami maknanya, sungguh bukanlah pekerjaan yang mudah. Keberhasilan kita dalam mengkondisikan anak, memerlukan persiapan sejak jauh hari. Nah, Lima kiat di bawah ini bisa kita lakukan untuk merancang pola pendidikan terbaik bagi putra-putri kita selama bulan Ramadhan.
Pertama; Mengenalkan Ramadhan Lewat Cerita
Stasiun TV biasanya getol mengiklankan tayangan-tayangan favorit guna menyambut Ramadhan, jauh sebelum Ramadhan tiba. Mereka terus menerus menjajakan acara-cara religiusnya untuk mengisi bulan Ramadhan. Oleh karena itu, jauh sebelum bulan Ramadhan tiba, kita pun harus memiliki cara khusus untuk mempersiapkan putra-putri kita. Lalu, bagaimana caranya? Mudah saja, manfaatkan kebiasaan mendongeng atau bercerita yang biasa kita lakukan. Hanya saja, temanya adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bulan Ramadhan.
Pilih cerita-cerita Islam yang menggambarkan suasana puasa dan keutamaan bagi yang menjalankannya. Bisa juga cerita mengenai kisah-kisah menarik seputar Ramadhan, baik mengenai sahabat atau Rasulullah yang berjuang di bulan Ramadhan. Atau dapat mengarang sendiri cerita yang ada hubungannya dengan tema tersebut, selain menceritakan pengalaman masa kecil kita ketika menjalani ibadah puasa. Ini akan lebih menarik minat anak, sebab, cerita tersebut lebih hidup dan kita leluasa berimprovisasi.
Prolog Ramadhan melalui cerita ini dapat dimulai seminggu sebelum datangnya bulan Ramadhan. Di antara waktu bercerita tersebut,kita dapat mengajak anak untuk membuat rencana kegiatan selama bulan Ramadhan nanti, plus target yang ingin mereka capai. Kemukakan juga harapan apa yang kita harapkan untuk mereka lakukan.
Lewat cerita ini, suasana Ramadhan sudah terbangun dalam alam pikiran anak; sehingga, ia akan mengharapkan kedatangan bulan ini dengan penuh semangat dan antusias.
Kedua; Membangun Suasana yang Kondusif di dalam Rumah
Suasana rumah yang berubah juga akan mempengaruhi semangat anak. Misalnya dengan mengubah penataan rumah, mempersiapkan ruang khusus untuk sholat berjamaah dan tadarus al-Qur’an. Ajak anak-anak menghiasi ruang tersebut dengan tulisan kaligrafi dan gambar islami.
Demikian pula untuk dekorasi rumah maupun kamar, mesti didesain agar mampu menciptakan nuansa islami. Misalnya dengan mengubah letak tempat mainan, tv ataupun buku dan majalah yang bersifat umum, berganti dengan buku-buku atau majalah keislaman yang mudah dijangkau.
Kamar tidur anak dapat dihias dengan tulisan hadist, motto ataupun semboyan yang akan membangkitkan semangat mereka di saat nanti mereka menahan lapar dan haus ketika puasa. Tempelkan juga target dan jadwal kegiatan yang telah disusun bersama. Ibu sebaiknya mempersiapkan bintang-bintang yang siap ditempel untuk setiap rencana yang berhasil dicapai anak. Kerjakan bersama anak agar ia termotivasi untuk mendapatkan bintang sebanyak mungkin sampai akhir Ramadhan.
Kebiasaan Ayah mengecat rumah menjelang lebaran, yang biasanya dilakukan pada saat puasa, dapat dimulai justru sebelum Ramadhan. Di samping membangun mood anggota keluarga, juga agar selama Ramadhan lebih banyak waktu yang dapat digunakan untuk kegiatan ibadah.
Ketiga; Persiapan Fisik
Umi, Bunda, atau Ibu dapat mulai menyusun menu dengan gizi yang seimbang untuk anak yang puasa. Juga mulai melatih pola makan dari 3 kali sehari menjadi 2 kali saja. Bila dilihat dari pola kebiasaan makan, berpuasa sebetulnya hanya memindahkan jam, atau mengurangi satu kali waktu makan saja. Bila biasanya makan 3 kali sehari, menjadi 2 kali, yaitu waktu sahur dan waktu berbuka puasa.
Penyusunan menu ini untuk menghindari terjadinya kekurangan zat gizi pada putra putri kita. Caranya dengan mengkonsumsi makanan yang beragam dalam jumlah yang cukup.
Keempat; Mengajak Anak Untuk Bersahur Bersama
Bila esok hari mulai berpuasa, berarti malam sebelumnya kita disunnahkan melaksanakan sholat taraweh dan sahur. Melatih anak-anak untuk berpuasa dapat dimulai dengan belajar bangun malam untuk makan sahur bersama.
Untuk menarik minat anak, siapkan menu makanan kegemarannya dan buat suasana sahur menyenangkan, sehingga anak tidak merasa berat bangun tengah malam. Biarkan putra putri kita makan di akhir waktu sahur. Awal puasa, biarkan mereka mencoba dulu puasa hanya setengah hari. Ia akan berbuka pada tengah hari karena masih latihan. Dengan cara latihan yang bertahap seperti itu, si buah hati tidak merasa berat lagi untuk melakukan puasa sehari penuh.
Kelima; Pahami Nilai Plus Puasa Bagi Anak
Banyak sekali nilai plus puasa bagi anak-anak. Dari sisi kesehatan, ibadah puasa memberikan istirahat pada organ-organ pencernaan tubuh, termasuk sistem enzim dan hormonal, yang kemudian akan bekerja kembali dengan lebih sempurna.
Selain itu, membiasakan puasa pada si buah hati sejak dini merupakan wahana untuk memupuk sikap disiplin pada diri anak. Berdisiplin untuk bangun sahur pada malam hari, makan tepat waktu berbuka dan menahan nafsu. Selain itu, puasa juga termasuk sebagai latihan untuk taat pada perintah agama.
Latihan ini bukan hanya pada menahan lapar saja, tetapi lebih penting pada esensi berpuasa itu sendiri. Karenanya, bila anak memang belum mampu berpuasa setengah hari penuh, biarlah mereka berbuka di tengah hari. Bukankah segala sesuatunya berlangsung secara bertahap? Termasuk dalam mendidik si kecil dalam hal puasa.
Pembiasaan puasa juga bisa mendidik buah hati kita untuk jujur, misalnya mereka tetap berpuasa sekalipun teman-temannya di sekolah tidak. Kalaupun karena tidak kuat menahan lapar atau godaan teman ia terpaksa berbuka di luar rumah, mereka juga bisa diajari untuk berterus-terang, bukan berbohong dan malu mengakui kesalahannya.
Bagaimana para Umi, para Bunda, para Ibu, tidak sulit bukan? Yukk segera kita pakai lima kiat ini, mumpung datangnya bulan ramadhan masih tinggal beberapa hari lagi. Semoga puasa tahun ini benar-benar menjadi wahana kebahagiaan dan suka cita dalam keluarga kita, tentunya bahagia dan suka cita karena semakin menjadi keluarga yang bertaqwa. InsyaaAllah.*Ibu Peduli Keluarga dan Generasi