View Full Version
Sabtu, 27 Apr 2019

Menyiapkan Buah Hati Menyambut Bulan Suci

 

Oleh :

Yulida Hasanah*

 

‘Bulan mulia kunanti-nanti, penuh suka cita kita menyambutnya,

Bulan mulia kunanti-nanti, penuh bahagia, menanti karena cinta...’

 

Kutipan bait lagu ‘Sambut Ramadhan’  yang dirilis oleh DNA Aditya di atas adalah gambaran kegembiraan dan suka cita dalam sebuah keluarga menunggu datangnya bulan mulia penuh berkah. Seiring berjalannya waktu, tidak terasa kita akan bertemu lagi dengan tamu Suci nan Mulia, yaitu Bulan Ramadhan Mubarok. Bagaimana kabar para Umi, Bunda, Emak dan para Ibu, sudah menyiapkan apa saja untuk buah hati  kita dalam menyambut Ramadhan tahun 1440 H ini? Agar suasana puasa menjadi indah, berkah dan tentunya menjadikan kita dan keluarga semakin meningkat ketaqwaannya.

Walaupun tiap tahun Ayah Bunda, Umi Aba dan Ibu Bapak selalu mengajak putra putri kita ikut menjalankan ibadah puasa. Namun, pasti kita semua para orang tua, ingin puasa tahun ini lebih baik dari puasa tahun kemarin. Apalagi godaan puasa di jaman sekarang semakin komplek dibanding bulan puasa tahun-tahun lalu.

Maka, tidak ada salahnya, kita menambah ilmu sekaligus menjadikannya bermanfaat dan bisa menjadi bekal kita untuk menyiapkan buah hati kita dalam menyambut bulan Suci. Sebab, membiasakan diri dengan perilaku- perilaku  yang  baik  kepada  anak-anak  kita  merupakan  bentuk  kepedulian  kita  terhadap  masa  depan anak-anak.

Namun  demikian,  mengantarkan  anak  untuk  berpuasa  dan  memahami  maknanya,  sungguh  bukanlah pekerjaan  yang  mudah.  Keberhasilan  kita  dalam  mengkondisikan  anak,  memerlukan  persiapan  sejak jauh  hari.  Nah,  Lima kiat di bawah ini bisa  kita  lakukan untuk  merancang  pola pendidikan terbaik bagi putra-putri kita selama bulan Ramadhan.

 

Pertama; Mengenalkan Ramadhan Lewat Cerita

Stasiun TV biasanya getol mengiklankan tayangan-tayangan favorit guna menyambut Ramadhan, jauh sebelum  Ramadhan  tiba.  Mereka  terus  menerus  menjajakan  acara-cara  religiusnya  untuk  mengisi bulan Ramadhan. Oleh karena itu, jauh sebelum bulan Ramadhan tiba, kita pun harus memiliki cara khusus  untuk  mempersiapkan  putra-putri  kita.  Lalu,  bagaimana  caranya?  Mudah  saja,  manfaatkan kebiasaan  mendongeng  atau  bercerita  yang  biasa kita  lakukan.  Hanya  saja,  temanya  adalah  segala sesuatu yang berkaitan dengan bulan Ramadhan.

Pilih  cerita-cerita  Islam  yang  menggambarkan  suasana  puasa  dan  keutamaan  bagi  yang menjalankannya.  Bisa  juga  cerita  mengenai  kisah-kisah  menarik  seputar  Ramadhan,  baik  mengenai sahabat atau Rasulullah yang berjuang di bulan Ramadhan. Atau dapat mengarang sendiri cerita yang  ada  hubungannya  dengan  tema  tersebut,  selain  menceritakan  pengalaman  masa  kecil  kita ketika menjalani ibadah puasa. Ini akan lebih menarik minat anak, sebab, cerita tersebut lebih hidup dan kita leluasa berimprovisasi.

Prolog Ramadhan melalui cerita ini dapat dimulai seminggu sebelum datangnya bulan Ramadhan. Di antara  waktu  bercerita  tersebut,kita  dapat  mengajak  anak  untuk  membuat  rencana  kegiatan  selama bulan Ramadhan nanti, plus target yang ingin mereka capai. Kemukakan juga harapan apa yang kita harapkan untuk mereka lakukan.

Lewat  cerita  ini,  suasana  Ramadhan  sudah  terbangun  dalam  alam  pikiran  anak;  sehingga,  ia  akan mengharapkan kedatangan bulan ini dengan penuh semangat dan antusias.

 

Kedua; Membangun Suasana yang Kondusif di dalam Rumah

Suasana  rumah  yang  berubah  juga  akan  mempengaruhi  semangat  anak.  Misalnya  dengan  mengubah penataan  rumah,  mempersiapkan  ruang  khusus  untuk  sholat  berjamaah  dan  tadarus  al-Qur’an.  Ajak anak-anak menghiasi ruang tersebut dengan tulisan kaligrafi dan gambar islami.

Demikian pula untuk dekorasi rumah maupun kamar, mesti didesain agar mampu menciptakan nuansa islami.  Misalnya  dengan  mengubah  letak tempat mainan, tv  ataupun  buku  dan  majalah  yang  bersifat umum, berganti dengan buku-buku atau majalah keislaman yang mudah dijangkau.

Kamar  tidur  anak  dapat  dihias  dengan  tulisan  hadist,  motto  ataupun  semboyan  yang  akan membangkitkan  semangat  mereka  di  saat  nanti  mereka  menahan  lapar  dan  haus  ketika  puasa. Tempelkan  juga  target  dan  jadwal  kegiatan  yang  telah  disusun  bersama.  Ibu  sebaiknya mempersiapkan bintang-bintang yang siap ditempel untuk setiap rencana yang berhasil dicapai anak. Kerjakan  bersama  anak  agar  ia  termotivasi  untuk  mendapatkan  bintang  sebanyak  mungkin  sampai akhir Ramadhan.

Kebiasaan Ayah mengecat rumah menjelang lebaran, yang biasanya dilakukan pada saat puasa, dapat dimulai justru sebelum Ramadhan. Di samping membangun mood anggota keluarga, juga agar selama Ramadhan lebih banyak waktu yang dapat digunakan untuk kegiatan ibadah.

 

Ketiga; Persiapan Fisik

Umi, Bunda, atau Ibu  dapat  mulai  menyusun  menu  dengan  gizi  yang  seimbang  untuk  anak  yang  puasa.  Juga  mulai melatih  pola  makan  dari  3  kali  sehari  menjadi  2  kali  saja.  Bila  dilihat  dari  pola  kebiasaan  makan, berpuasa  sebetulnya  hanya  memindahkan  jam,  atau  mengurangi  satu  kali  waktu  makan  saja.  Bila biasanya makan 3 kali sehari, menjadi 2 kali, yaitu waktu sahur dan waktu berbuka puasa.

Penyusunan  menu  ini  untuk  menghindari  terjadinya  kekurangan  zat  gizi  pada  putra putri kita.  Caranya dengan mengkonsumsi  makanan yang beragam dalam jumlah yang cukup.

 

Keempat; Mengajak Anak Untuk Bersahur Bersama

Bila  esok  hari  mulai  berpuasa,  berarti  malam  sebelumnya  kita  disunnahkan  melaksanakan  sholat taraweh  dan  sahur.  Melatih  anak-anak  untuk  berpuasa  dapat  dimulai  dengan  belajar  bangun  malam untuk makan sahur bersama.

Untuk  menarik  minat  anak,  siapkan  menu  makanan  kegemarannya  dan  buat  suasana  sahur menyenangkan, sehingga anak tidak merasa berat bangun tengah malam. Biarkan putra putri kita makan di akhir waktu sahur. Awal puasa, biarkan mereka mencoba dulu puasa hanya setengah hari. Ia akan berbuka pada  tengah  hari  karena  masih  latihan.  Dengan  cara  latihan  yang  bertahap  seperti  itu,  si  buah hati  tidak merasa berat lagi untuk melakukan puasa sehari penuh.

 

Kelima; Pahami Nilai Plus Puasa Bagi Anak

Banyak sekali nilai plus puasa bagi anak-anak. Dari sisi kesehatan, ibadah puasa memberikan istirahat pada  organ-organ  pencernaan  tubuh,  termasuk  sistem  enzim  dan  hormonal,  yang  kemudian  akan bekerja kembali dengan lebih sempurna.

Selain itu, membiasakan puasa pada si buah hati sejak  dini  merupakan  wahana  untuk  memupuk  sikap disiplin pada diri anak. Berdisiplin untuk bangun sahur pada malam hari, makan tepat waktu berbuka dan menahan nafsu. Selain itu, puasa juga termasuk sebagai latihan untuk taat pada perintah agama.

Latihan  ini  bukan  hanya  pada  menahan  lapar  saja,  tetapi  lebih  penting  pada  esensi  berpuasa  itu sendiri.  Karenanya,  bila  anak  memang  belum  mampu  berpuasa  setengah  hari  penuh,  biarlah  mereka berbuka  di  tengah  hari.  Bukankah  segala  sesuatunya  berlangsung  secara  bertahap?  Termasuk  dalam mendidik si kecil dalam hal puasa.

Pembiasaan  puasa  juga  bisa  mendidik  buah hati kita untuk  jujur,  misalnya  mereka  tetap  berpuasa sekalipun  teman-temannya  di  sekolah  tidak.  Kalaupun  karena  tidak  kuat  menahan  lapar  atau  godaan teman  ia  terpaksa  berbuka  di  luar  rumah,  mereka  juga  bisa  diajari  untuk  berterus-terang,  bukan berbohong dan malu mengakui kesalahannya.

Bagaimana para Umi, para Bunda, para Ibu, tidak sulit bukan? Yukk segera kita pakai lima kiat ini, mumpung datangnya bulan ramadhan masih tinggal beberapa hari lagi. Semoga puasa tahun ini benar-benar menjadi wahana kebahagiaan dan suka cita dalam keluarga kita, tentunya bahagia dan suka cita karena semakin menjadi keluarga yang bertaqwa. InsyaaAllah.*Ibu Peduli Keluarga dan Generasi


latestnews

View Full Version