Oleh: Laila Thamrin
"Si Kecil ini larinya sudah gak bisa ditahan-tahan. Capek aku mengejarnya. Tapi ya, daripada dia dititipin ke penitipan anak, mending aku yang jaga. Kan cucuku juga. Biarlah sakit punggungku masih bisa ditahan-tahan."
***
"Makasih undangannya ya, Bu. Tapi aku kalo malam ba'da isya sudah gak sanggup kemana-mana. Langsung tidur saja. Capek banget seharian sudah jagain cucuku."
***
"Wah, pengennya ikut pengajian. Tapi kalo hari kerja dari pagi sampai sore aku gak bisa kemana-mana, jagain cucu."
***
Ini pernyataan beberapa nenek yang pernah saya dengar. Bunda pernah mendengarnya juga?
"Nenek tuh lebih sayang ke cucunya daripada anaknya sendiri." Pernyataan ini juga kadung kita dengar, ya gak? Ini pembenaran atau kebenaran sih?
Para nenek biasanya memang terlihat lebih sayang pada cucu-cucunya. Banyak faktor yang membuat mereka terlihat begitu. Bisa jadi karena anak-anak sudah berkeluarga dan tinggalnya berpisah, nenek jadi kesepian di rumah. Makanya jika ada cucu, nenek jadi happy. Atau sebagai "penebus kekurangan masa lalu" yang mungkin kurang maksimal mendidik anak, jadinya perhatian ke cucu lebih "poll." Atau bisa juga terpaksa, karena bunda sebagai anak memohon minta tolong untuk menjaga anak bunda yang tak lain merupakan cucunya. Alasan bunda sih masuk akal, karena di luar sana susah percaya dengan orang asing.
Hati nenek mana yang tega kalo sudah begini? Meski kaki sering sakit, mata pun mulai rabun. Bahkan terkadang pusing tiba-tiba menyerang. Namun, demi anak dan cucu tersayang, si nenek rela menahan semua keluhan itu dan "mengulang" masa pengasuhan pada cucunya.
Bunda, ibumu yang sudah mulai menua adalah ladang pahala bunda untuk berbakti padanya. Dia ibumu. Dia yang melahirkan dan merawat bunda sejak lahir. Dia yang sudah berkorban segalanya untuk bunda. Lalu, sampai hatikah bunda untuk menyerahkan pengasuhan dan pendidikan anak-anak bunda pada beliau?
Lihatlah, mata nenek telah mulai rabun, rambutnya telah memutih, giginya mulai tanggal satu persatu, keriput kulitnya semakin banyak, tulangnya mulai rapuh, pendengarannya mulai berkurang, bahkan tenaganya mulai susut. Justru seharusnya inilah saat yang tepat untuk merawat beliau. Memberikan kebahagiaan pada beliau di usia senjanya. Bukan membebani beliau dengan pengasuhan cucu-cucunya.
Allah Swt berfirman, "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik." (QS. Al Isra : 23)
Semoga saja kita termasuk anak-anak yang memuliakan orang tua terutama ibu dengan tidak merepotkan beliau di hari tuanya. Wallahu'alam bish shawwab. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google