View Full Version
Rabu, 03 Jul 2019

Silaturahim Muslimah Jepara; Mengajak Milenial Mengenal Kesempurnan Islam

JEPARA (voa-islam.com) - Alhamdulillah, Komunitas Sahabat Taat Jepara kembali melangsungkan agenda silaturahim antar muslimah Jepara pada Sabtu, 29 Juni 2019 bertempat di Kolam Pancing & Warung Makan Kalinyamatan Sendang-Batu Kali.
 
Pada agenda silaturahim sekaligus kajian keislaman kali ini tema yang diangkat, yaitu "Mengajak Milenial Mengenal Kesempurnaan Islam". Ditemani oleh suasana alam terbuka, hijaunya pepohonan, dan angin berhembus mesra, para peserta acara terlihat sangat antusias mengikuti rangkaian acara.
 
Pertama-tama acara dibuka oleh Ukhtina Ayu selaku MC yang memandu jalannya acara dari awal hingga akhir sesi. Tak lupa, agar acara tersebut diberkahi oleh Allah dilanjutkan dengan pembacaan tilawah oleh Ukhtina Saudah. Kemudian sambutan dari Ukhtina Ira selaku ketua panitia acara. Pada sambutan tersebut diberikan gambaran singkat tentang esensi dari acara syawal halal bihalal, yaitu untuk mempererat ukhuwah Islam dan menumbuhkan semangat taat beribadah kepada Allah.
 
Selanjutnya, tiba pada inti acara yaitu kajian Islam bersama Ustadzah Yudiana Kamal. Sebagai pengantar, Ustadzah Yudiana--akrab disapa Ustadzah Yuyud--mengawalinya dengan pernyataan yang membuka mata dan pikiran kita bahwa saat ini kita sedang berada dalam jeratan sistem sekuler-kapitalis yang membuat orientasi hidup kita kepada materi semata.
 
Terbukti pada saat menjelang lebaran yang lalu, biasanya hal-hal yang membuat kita kebingungan yaitu seputar keinginan untuk memiliki sandal/sepatu baru, baju baru, kerudung baru, dan segalanya harus serba baru. Kita ingin selalu tampil cantik di muka umum dan media sosial dengan pakaian baru dari brand ternama.

Akan ada perasaan gengsi kalau saat kumpul keluarga atau bertemu teman menggunakan pakaian yang itu-itu saja. Maka, saat ini standar kebahagiaan hidup kita diukur dengan materi (harta, status sosial, dan ketenaran). Begitu banyak kaum muslimin yang bekerja keras demi mendapatkan kesenangan dunia semata hingga melupakan kewajiban utamanya sebagai seorang hamba.
 
Inilah potret kehidupan masa kini. Mungkin kita tidak pernah sadar akan bahaya sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan) sebab memang cara kerjanya dalam membius akal kita sangatlah halus. Perlahan, tapi pasti. Bila kita tengok sejarah sejenak, ketika Khilafah Turki Utsmani runtuh pada 3 Maret 1924 dimulai lah sekulerisasi Turki secara massif. Berawal dari adzan yang diganti menjadi bahasa Turki.
 
Pada awalnya, masyarakat Turki menilainya aneh dan kurang enak didengar. Tapi, lambat laun mereka terbiasa dengan hal tersebut hingga tak hanya adzan yang diubah melainkan seluruh sistem ketatanegaraan. Maka, lenyap lah kekuasaan untuk seluruh kaum muslimin membuat kita hidup tercerai berai tanpa naungan Islam.
 
Hari ini dan hari-hari seterusnya sejarah pun berulang. Sekulerisme secara tak kasat mata semakin menggerogoti tubuh kaum muslimin menjadikan kita muslim yang setengah-setengah dalam mengambil ajaran Islam. Islam kita anggap sebagai agama prasmanan yang bisa kita pilah pilih sesuka hati. Kita menjalankan shalat, puasa, zakat, dan berhaji, tapi masih membuka aurat, enggan meninggalkan riba, dan menolak diatur oleh syariat. Islam hanya dijadikan sebatas ibadah ritual saja, bukan sistem kehidupan.
 
Padahal--seperti tema yang diangkat kali ini--bahwa Islam merupakan agama yang sempurna diturunkan oleh Zat Yang Maha Sempurna, jadi ajarannya mencakup seluruh aspek kehidupan (baik individu, sosial, ekonomi, hukum, politik, pemerintahan, budaya, dan sebagainya). Tentu, kita sebagai seorang muslim sejati wajib taat kepada syariat Islam secara sempurna dan masuk ke dalamnya secara menyeluruh (kaffah). Sebagaimana perintah-Nya:
 
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 208)
 
Lantas apa yang dimaksud dengan muslim yang kaffah? Muslim kaffah adalah muslim yang beraqidah Islam secara murni dan mantap serta menjalani kehidupannya berdasarkan tolok ukur syariah secara konsisten dalam semua sendi kehidupannya baik dalam kehidupan pribadi (ibadah, makanan, minuman, pakaian, akhlaq), keluarga (hubungan suami istri, anak dan ortu), maupun masyarakat (muamalah dan dakwah) yang dilakukan semata karena Allah hingga ajal menjemput kelak.
 
Ciri seorang muslim kaffah diantaranya: (1) Beraqidah Islam secara mantap dan murni, (2) Bersih dari noda syirik, (3) Berakhlaq mulia, (4) Senantiasa terikat pada hukum syara' dengan melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya (seperti shalat, puasa, zakat, dan haji sesuai tuntunan syariat, menutup aurat, mengonsumsi makanan dan minuman yang halal, bekerja mencari rezeki yang halal secara profesional dan amanah, tidak memakan harta riba, serta tidak terlibat dalam perjuangan sekuler, sebaliknya selalu mengkaji dan mendakwahkan tsaqofah Islam), juga dengan melaksanakan sebanyak mungkin amalan sunah, meninggalkan yang makruh, dan mengerjakan suatu hal mubah yang bermanfaat.
 
Dengan menjadi seorang muslim tak serta merta menjadikannya muslim yang kaffah. Betapa banyak diluar sana orang-orang yang mengaku beriman, namun hidupnya penuh kebebasan bahkan menentang secara terang-terangan ajaran Islam yang mulia dengan melahirkan ajaran baru, seperti Islam liberal. Ya, mereka muslim, tapi mendukung hak-hak kaum LGBT bahkan menjadi pelakunya. Ada pula yang seorang muslimah, namun menjadi pejuang kesetaraan gender hingga ia diangkat menjadi imam sholat Jumat. Naudzubillahi min dzalik.
 
Oleh karena itu, kita harus bersungguh-sungguh untuk mencapai derajat muslim kaffah dengan cara senantiasa mengkaji Islam sehingga didapatkan pemahaman yang utuh dan mantap, bersegera mengamalkan secara konsisten semua ajaran Islam, bergaul rapat dalam lingkungan yang mendukung kekaffahan, menghindari lingkungan yang merusak, dan berdo’a kepada Allah memohon taufiq.
 
Perjuangan untuk menjadi muslim kaffah memang nampak berat apalagi ditengah arus modernisasi Barat dan himpitan segudang problematika kehidupan, namun kita harus selalu berpegang teguh kepada janji Allah atas orang-orang yang kaffah dalam beragama. Muslim kaffah akan hidup bahagia di dunia dan akhirat, mendapatkan keridhaan Allah, hidup kekal abadi di surga, mendapatkan pertolongan Allah, kemudahan hidup di dunia, rizki dari arah yang tidak diduga dan kehormatan dari kaum muslimin, serta menjadi orang yang beruntung dan meraih kemenangan atau kesuksesan yang besar. Allah berfirman:
 
“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Rabbmu dengan hati puas dan penuh keridhaanNya Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hambaKu Dan masuklah ke dalam surgaKu." (QS. al-Fajr: 27-30)
 
Begitu besarnya ganjaran dari Allah kepada seorang muslim kaffah. Sudah semestinya kita bersegera berusaha untuk menjadi muslim kaffah. Tinggalkan lah kemaksiatan dan jadilah muslim yang taat. Sebab, ketaatan itu nikmat dan membahagiakan sementara kemaksiatan itu menggelisahkan dan mencelakakan.
 
Sungguh, hari ini kita saksikan carut marutnya kehidupan dan banyaknya masalah karena tak diterapkannya sistem Islam. Malah mengadopsi hukum-hukum buatan manusia, padahal hak menetapkan hukum hanyalah milik Allah dan kedaulatan tertinggi bukanlah di tangan rakyat melainkan di "tangan" Allah, Sang Pencipta sekaligus Pengatur hidup kita dan alam semesta. Saatnya kita kembali kepada syariat Islam secara kaffah.
 
Tak hanya aspek individu, tapi juga pada tataran masyarakat hingga negara. Hanya Islam satu-satunya solusi tuntas bagi seluruh masalah hidup kita yang dapat memberikan berkah di dunia maupun di akhirat kelak. Marilah kita kembalikan kejayaan Islam dalam naungan Khilafah 'ala min hajin nubuwwah.
 
Masya Allah Tabarakallah, sangat luar biasa materi yang disampaikan oleh Ustadzah Yuyud hingga tak terasa kurang lebih dua jam Ustadzah menemani kita. Sebelum acara ditutup, terlebih dahulu membaca doa bersama yang dipandu oleh Ukhtina Anik. Dengan dibacakannya doa, maka berakhirlah agenda syawal pada hari itu.
 
Sebelumnya MC mengucapkan jazakumullah khairan kepada para peserta acara yang telah meluangkan waktunya untuk hadir dan mewakili seluruh panitia acara memohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kekurangan dalam mempersiapkan acara. Semoga kajian yang disampaikan bisa bermanfaat untuk kita dan ummat Islam.
 
Kemudian dilanjutkan sesi foto bersama dan halal bihalal. Perasaan bahagia bisa berkumpul dengan sahabat-sahabat shalihah dan semangat ketaatan yang membuncah pun terbit di hari itu. Semoga ukhuwah kita selalu terjaga. Aamiin ya rabbal alamin. [ril/syahid/voa-islam.com]

latestnews

View Full Version