View Full Version
Selasa, 09 Jul 2019

Kupinang Engkau dengan Taqwallah

 

Oleh: Ashaima Va

Dear sahabat voa-islam yang salihah, siapa sih yang nggak pingin pasangan tajir dan ganteng? Sudah gitu, hidup mapan dan tiap bangun pagi disuguhi pemandangan indah. Sempurnalah hidup kalau begitu. Atau siapa yang nggak baper dapet pasangan yang romantis? Gombalan receh namun terdengar seperti kalimat puitis.

Sayangnya kehidupan pernikahan itu nggak selamanya seperti pelangi. Sekali, dua kali, atau bahkan berkali-kali bakal ada badai. Yang namanya hidup kan, selalu ada ujian. Tajir, ganteng, dan romantis ternyata nggak cukup untuk menghadapi badai.

Masih inget kan, dengan pernikahannya Song-Song couple. Pernikahan si ganteng dan si cantik dari negeri ginseng itu sempat bikin heboh. Tahun 2019 ini publik kembali dibikin heboh dengan berita perceraian mereka. Usia pernikahan keduanya hanya berbilang tahun, konon katanya kandas karena perbedaan kepribadian.

Di dalam negeri pun tak kalah memprihatinkan. Nggak kalangan celeb-nya, nggak orang biasanya, perceraian sekarang jadi tren. Berdasarkan data dari Dirjen Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung Rata-rata angka perceraian naik 3 persen per tahunnya. Pada periode 2014-2016 perceraian di Indonesia trennya memang meningkat. Dari 344.237 perceraian pada 2014, naik menjadi 365.633 perceraian di 2016. (Republika.co.id, 21/1/2018)

Menjamurnya tren menikah muda pun jadi catatan menyesakkan. Tagline "Daripada zina mending nikah" booming namun sayang tanpa disertai kematangan mental dan ilmu. Ending-nya, nggak sedikit yang memilih bercerai. Sepertinya publik belum lupa dengan pernikahan seorang hafidz muda dengan celebgram pada 2017 lalu. Perceraian menjadi sad ending kisah kasih mereka.

Kalau bukan rupa dan harta lalu apa yang bisa menjamin langgengnya sebuah hubungan pernikahan?

Iya, bahtera pernikahan tak selamanya bersemuka dengan pelangi. Badai bakal menyapa sesekali. Selama berlayar kita perlu taqwallah sebagai perbekalan. Warnailah kehidupan pernikahan dengan ketaatan pada syari'ah-Nya dan kepandaian memenej konflik.

Ketaatan pada syari'ah-Nya dalam pernikahan hanya bisa direalisasikan dengan Taqwallah. Nah, taqwa ini akan mendorong seseorang untuk selalu mencari ilmu-ilmu Islam, berusaha taat pada tiap situasi baik kala suka maupun duka.

Nggak hanya itu, manajemen konflik butuh kedewasaan dan kematangan berpikir dari kedua belah pihak. Untuk tahu kapan tegas dan kapan mengalah pun butuh kematangan mental. Jangan harap badai reda kalau masing-masing pihak mau menang sendiri.

Jadi kadang ini bukan hanya perkara usia tapi perkara kematangan. Tak sedikit pasangan yang cukup usia tapi bercerai pada akhirnya. Usia pra-baligh bagi perempuan dan laki-laki adalah usia untuk menyiapkan kematangan tersebut. Hingga pada masa baligh diharapkan keduanya sudah matang dalam berpikir dan senantiasa mengikatkan diri pada aturan Allah. Saat memutuskan menikah pun bukan hanya karena nafsu. Menikah karena ibadah pada-Nya semata.

So Salihah, bekali diri dengan ilmu dan taqwa. Dengannya carilah laki-laki yang akan meminangmu dengan taqwallah.  Jangan tergesa menikah tanpa perbekalan cukup. Ketaqwaan kita akan menentukan laki-laki seperti apa yang akan menjadi bapaknya anak-anak kita kelak. Tak berharga rupa ganteng tapi cengeng dan lemah berhadapan dengan badai. Tak berarti harta setumpuk tapi ciut saat harus melawan badai. Badai hanya bisa dihadapi dengan taqwallah.

Dan untuk  laki-laki di mana pun berada, azzamkan diri untuk selalu berbenah sehingga saatnya nanti mampu berkata, "Kupinang kau dengan taqwallah." Masya Allah. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version