FILM berjudul “Dua Garis Biru”, beberapa waktu ini cukup menyita perhatian publik. Film yang dibintangi aktor dan aktris muda ini mendapatkan sambutan dan respon yang cukup positif dari masyarakat. Menurut mereka, film ini sarat akan sex education yang justru dibutuhkan oleh generasi sekarang. Tak sedikit yang menilai, pesan yang terkadung dalam film ini mampu memberikan pemahaman bagi generasi muda akan konsekuensi yang akan mereka tanggung jika terjerumus dalam pergaulan di luar batas.
Hanya saja, walau dinilai sarat akan nilai positif, film ini pun tak lepas dari unsur pergaulan bebas di kalangan remaja. Inilah yang perlu dikritisi. Benar, bahwasanya sex education penting diberikan pada remaja. Hanya saja, haruskah pembelajaran dilakukan dengan mempertontonkan adegan-adegan yang tidak pantas? Sedangkan dalam Islam hubungan “mesra” antara laki-laki dan perempuan hanya ada dalam pernikahan, bukan dimulai sejak berpacaran. Justru pacaran adalah salah satu yang menjerumuskan ke dalam zina
“Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk” (TQS al-Isrâ’[17]:32).
Lebih dari itu, sex education dalam pandangan Islam dapat dilakukan dengan memberikan pemahaman dan penanaman nilai islami sejak dini, tanpa harus mempertontonkan adegan-adegan tak pantas. Mengutip dari theasianparent.com, berikut poin inti pendidikan seks islami yang dapat diterapkan secara praktis :
Pendidikan seks dalam Islam ini bukan hanya mampu membentengi anak dari pergaulan bebas, lebih jauh lagi akan mampu memahamkan anak akan hakikat dirinya sebagai muslim dan muslimah yang wajib terikat dengan ketentuan-ketentuan Penciptanya.
Ini menjadi tantangan yang cukup besar bagi orang tua muslim era modern, mengingat serangan budaya asing dan pola pikir sekular-liberal begitu menggurita dalam kehidupan. Liberalisme yang disiarkan secara lembut melalui media musik, film, buku dan lain sebagainya adalah bahaya besar bagi moralitas dan identitas generasi muslim saat ini dan di masa mendatang. Jika dibiarkan, nilai-nilai islam lambat laun tergerus dan terasingkan dalam kehidupan.
Oleh karena itu, harus ditempuh upaya bersama, serius dan berkesinambungan untuk menanamkan pemahaman Islam, bukan hanya dalam hal sex education, namun dalam setiap aspek kehidupan. Insya Allah, aturan yang berasal dari Yang Maha Benar akan mampu menyelamatkan generasi dan kehidupan masyarakat dari kerusakan akibat gaya hidup dan pola pikir liberal-sekular.*
Fenti Fempirina K, S.Pd
Ibu rumah tangga, tinggal Lembang, Jawa Barat