Oleh:
Eriga Agustiningsasi, S.KM
Pemerhati Generasi
BAITI Jannati. Rumahku Surgaku. Begitu kiranya harapan semua keluarga. Rumah tempat yang paling aman dan nyaman apalagi ketika berkumpul dengan keluarga. Namun, saat ini sepertinya tidak berlaku demikian.
Dunia hari ini begitu mempertontonkan hal aneh-aneh yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Bagaimana tidak? Kakak adik yang seharusnya diliputi dengan rasa kasih sayang sebagai saudara kandung, seibu dan sebapak, kini berbalik rasa sayang hanya sebatas hubungan antara laki-laki dan perempuan, hanya terbatas pada hubungan badan belaka.
Kasus ini benar-benar mencuat di permukaan ketika terdengar berita pria inisial An asal Bulukumba Sulawesi Selatan menikahi adik kandungnya sendiri (Suara.com 1/07/2019). Pernikahan sedarah tersebut dilangsungkan di Balikpapan Kalimantan Timur. Bahkan sekarang sang adik sekaligus istrinya tersebut sedang hamil anak ke 3. Di Garut, seorang ayah mencabuli anak kandung yang masih berusia 15 tahun hingga melahirkan. Seorang gadis dengan keterbelakangan mental dilecehkan oleh ayah dan kakak serta adik kandungnya selama 2 tahun di kabupaten Pringsewu (tribunnews.coms).Dan tak tanggung tanggung, perbuatan itu dilakukan bak suami istri dan berulang kali hingga melahirkan keturunan. Akibatnya? Jelas. Secara medis pernikahan sedarah akan mengakibatkan anak cacat lahir maupun mental. Hal itu terjadi karena anak hasil pernikahan sedarah memiliki genetik DNA yang tidak variatif karena menuruni rantai DNA ayah dan ibunya yang hampir mirip (Suara.com).
Bagaimana ini bisa terjadi?
Keluarga sebagai benteng pertama, pelindung utama bahakan tempat pendidikan pertama bagi anak justru menjadi ancaman terbesar bagi keamanan anak. Mulai dari berita kekerasan, pelecehan seksual hingga pembunuhan pun ada di dalam keluarga. Lantas mengapa hal ini bisa terjadi?
Kegoncangan pemikiran dan penyimpangan pemahaman terwujud dalam perilaku mencampuradukkan antara perkara sosial secara umum dan pergaulan hingga membatasi hubungan pria dan wanita hanya sebatas hubungan seks belaka berdampak pada kekacauan di tengah masyarakat. Tak peduli anak tetangga, saudara bahkan anak kandung sekalipun, tak luput dari sasaran predator ganas yang tak lain dan tak bukan adalah kerabat sendiri bahkan seorang ayah yang harusnya hadir melindungi keluarganya. Ide liberalisme dalam kebebasan berperilaku nampak jelas dipakai umat menjadi standar dalam perbuatan hingga melakukan perbuatan yang kebablasan.
Jauh berbeda dengan konsep Islam. Jika Barat menghendaki kebebasan berperilaku, lain halnya dengan agama yang satu ini. Islam dengan aturan yang memanusiakan manusia, telah mengatur kehidupan manusia sedemikian rupa, menjauhkan tabiat manusia dengan binatang. Aturan ini baku, tidak akan berubah seiring dengan perubahan zaman. Mengapa? Karena sejatinya yang diatur adalah hal yang tetap, yaitu pemenuhan kebutuhan hidup, naluri dan akal manusia yang tak akan berubah. Justru itulah keadaan yang akan senantiasa berubah membuat manusia terperdaya bisikan bisikan syaitan dalam bentuk jin dan manusia.
Islam jelas menjaga kualitas dan kuantitas generasi. Allah berfirman,
“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, Saudara-saudara bapakmu yang perempuan; Saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang Telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang Telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS.An Nisa:23).
Sudah saatnya kita tinggalkan jauh-jauh konsep kebebasan Barat yang menghilangkan tempat yang aman bagi generasi kita. Lindungi generasi kita dari ganasnya ide Barat. Dengan demikian maka tercipta tempat yang aman bagi kita semuanya.*