View Full Version
Rabu, 04 Dec 2019

Inilah 10 Tips Bunda Berbalita Sukses Hadiri Pengajian

 

Oleh: Umi Diwanti

Bunda salihah, saat memunyai balita seringkali kita dihadapkan pada dilema. Tak sedikit yang memutuskan untuk berhenti mengikuti kajian dengan alasan punya balita. “Takut ganggu yang lain, biar saya ngalah di rumah dulu”. Atau sebaliknya ada yang tetap enjoy pergi ke taklim dan seenjoy itu pula si Bunda membiarkan forum terganggu oleh polah anaknya. Sang Bunda fokus pada materi kajian sementara bunda lain merasa sangat tidak nyaman dengan kelakuan sang balita. Lalu harus bagaimana?

Tentu saja salah besar jika karena ada balita kemudian bunda memutuskan berhenti ikut kajian. Sebab belajar, terlebih ilmu agama adalah fardu ain yang tak bisa diwakilkan pada siapa pun. Terlebih lagi saat kita menginginkan anak tumbuh jadi soleh dan solehah. Harus kita sadari betul teladan keseharian akan sangat memberi warna pada buah hati kita. Bagaimana anak tumbuh menjadi pecinta ilmu jika di masa kecilnya terlebih di usia golden age-nya ananda tak pernah menyaksikan Bundanya menuntut ilmu.

Karenanya wahai Bunda, kuatkan azam kita untuk istiqomah menghadiri majelis ilmu. Dan tentu saja juga harus kita imbangi dengan ikhtiyar kita untuk mengendalikan balita kita agar tidak mengganggu Bunda lainnya. Beberapa tips berikut semoga bisa memberikan inspirasi dalam mengendalikan ananda saat berada di majelis ilmu.

Pertama, sounding-kan pada anak tentang berbagai kebaikan majelis ilmu setiap akan diajak. Bahkan sejak beberapa hari sebelumnya. Bahwa kita akan sama-sama mengumpulkan pahala di taman Syurga.

"Siapa yang hadir di taman Syurga insyaallah nanti gampang masuk Syurga-nya."

"Allah sayang deh sama orang yang rajin belajar."

"Tahu gak Dek, Siapa yang rajin hadir di taman Syurga akan didoakan sama malaikat dan seluruh makhluk lho. Semua doa Adek akan diaminkan sama malaikat. Wah, asik kan Dek? Ayo siapa mau ikut ke taman Syurga?”

Dan lain-lain sesuai bahasa yang dimengerti ananda kita.

Kedua, pahamkan anak tentang adab di majelis ilmu.

“Supaya dapat pahalanya banyak, nanti adek pinter-pinter ya. Kalau mau apa-apa bilang ke Bunda pelan-pelan ya. Jangan lari-larian dan duduk manis samping Bunda ya. Biar ustadzah dan Bunda-bunda lain yang lagi belajar gak terganggu. Oke?"

Saat sudah di majelis kita harus meningkatkan kepekaan kita pada setiap gelagat anak. Segera respon sebelum mereka caper (berulah untuk cari perhatian). Jika terlanjur rewel dan berisik, segera Bunda angkat ananda ke tempat yang agak jauh dari forum kajian. Kadang ananda hanya perlu suasana baru. Jika sudah tenang bisa kembali diajak dalam kajian.

Ketiga, jika balita kita lebih dari satu atau keaktifannya melebihi anak pada umumnya, ada baiknya kita minta bantuan orang lain. Atau jika kita mampu secara ekonomi, tak ada salahnya kita investasi akhirat dengan mengupah seseorang yang terpercaya untuk membantu menjaga ananda saat kita di majelis ilmu. Harapannya saat kita belajar ananda tetap merasakan ada perhatian dari Bundanya. Ini mencegah anak 'kapok' membersamai kita di majelis ilmu.

Keempat, jangan lupa selalu siapkan bekal mainan dan makanan kesukaannya dari rumah. Seringkali anak menjadi rewel karena merasa lapar dan sepi tak punya mainan. Ini juga bisa menghindarkan kita dari permintaan anak untuk jajan di luar saat merasa lapar.

Kelima, meskipun anak sudah anteng dengan makanan dan mainannya, tetap sapalah mereka maksimal 15 menit sekali. Dalam buku Happy Healty Parenting tips ini efektif untuk mengendalikan emosional anak. Meski busa saja tiap anak durasi perlu perhatiannya beda-beda. Intinya tetaplah terlibat dalam dunia anak sambil kita menyimak kajian.

“Eh itu mobilnya kenapa berjejer dek, lagi antri di POM bensin ya?”

“Wah ini warna bunganya cantik sekali, bunga apa ini namanya sayang?” Saat anak merasa terus diperhatikan, otomatis mereka tidak akan bolak balik memanggil kita untuk cari perhatian.

Keenam, ekpresif. Setelah sebelumnya dipahamkan, saat ananda bersikap sesuai arahan, tampakkanlah raut wajah bahagia. Acungi jempol sembari beri pujian. “Hebatnya anak Bunda, calon ulama besar, duduk tenang ikut kajian.” Berikan senyum terindah kita. Niscaya akan mendorong ananda mengulangi lagi sikap baiknya.

Sebaliknya jika anak belum besikap sesuai arahan, tunjukan raut wajah tidak suka. Ulangi lagi nasihat terkait hal tersebut. Jangan terbalik. Saat anak sedang berulah, kita malah tertawa. Ini akan membuat anak kehilangan kepekaan mengenali mana sikap baik, mana yang tidak. Ananda akan merekam kejadian demi kejadian untuk ditiru di hari kemudian. Fatal akibatnya jika sampai kita menampakan ekspresi yang keliru.

Ketujuh, pemberian reward akan semakin menguatkan anada bahwa ia telah benar. Dan mendorongnya untuk berusaha melakukannya lagi di kajian berikutnya. Hadiah tak perlu mahal, yang penting ananda suka. Bahkan bisa saja hadiahnya hanya berupa dongeng baru, izin main pasir atau main air bebeapa waktu misalnya.

Kedelapan, kenalkan ananda konsep kepemilikan dan mana wilayah khas mana umum. Adakalanya kajian ibu-ibu itu di rumah salah satu jamaah. Jangan sampai anak kita ngeluyur ke mana-mana dan asal comot barang orang hingga membuat empunya rumah gelisah.

Meski kadang kala mereka bilang tidak apa-apa, tetap saja itu bukan sikap yang boleh dibiarkan. Ananda perlu dikendalikan. Sampaikan jika bertamu hanya boleh di ruang tamu dan ruang yang sudah disiapkan oleh tuan rumah. Tak boleh nyelonong ke kamar atau dapur tanpa keperluan dan izin. Demikian pula jika ingin pinjam barang atau mainan yang bukan miliknya harus izin dan tidak boleh memaksa jika tidak diizinkan.

Kesembilan, ajari anak bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Jika ada sampah atau mainan yang berserakan, ajak anak untuk membersihkan dan merapikannya sebelum meninggalkan tempat. Upayakan jangan pernah meninggalkan tempat begitu saja padahal kotor atau berantakannya adalah ulah anak kita.

Selain melatih anak dan menjaga perasaan tuan rumah, ini juga berpengaruh pada pandangan masyarakat pada umumnya. Saat kita yang berbalita ini tidak bisa membawa diri maka orang akan keki. “Daripada anak ganggu orang mending gak usah datang kajian!" Jika sudah begini kan justru bikin kita down.

Adapun bagi Bunda lain yang posisi sedang tidak punya balita, hendaknya peka. Tawarkan bantuan pada saudara kita yang nampak kewalahan menghadapi balitanya. Bisa jadi Sang Bunda tersebut baru memulai belajar dan hadir di majelis ilmu. Mereka perlu support dan bimbingan agar busa istiqomah. Perlu bimbingan para Bunda yang lebih berpengalaman. Jangan keburu dinyinyirin dan bikin mereka jera hadir kembali.

Terakhir, kesepuluh. Jangan pernah jemu mengulangi semua tips di atas. Yakinlah suatu hari pasti akan ada hasilnya. Jika pun belum, Bunda jangan berkecil hati. Ingatlah bahwa setiap upaya kita tak ada yang sia-sia. Setidaknya semuanya akan menjadi pemberat timbangan amal solih kita di sisi Allah Swt.

Yuk Bunda, mari kita berjuang bersama, bahu membahu meramaikan majelis ilmu. Karena hanya dengan hadir ke majelis ilmu lah kita akan mendapat modal cukup untuk menjadi ibu yang mampu mencetak generasi terbaik di masa akan datang. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version