View Full Version
Senin, 27 Jan 2020

Haruskah Pendidikan Akidah Dimulai Sejak Dini?

Oleh: Asri Mulya (Member WCWH & Revowriter)

Pernahkah sebagai orang tua mengenalkan Allah sebagai Sang pencipta kepada anak-anak?

Pernahkah mengenalkan anak-anak tentang Malaikat, Kitab suci dan para Nabi?

Atau pernahkah menceritakan apa itu surga, neraka dan kiamat?

Bila pernah, berarti anda termasuk orang tua yang perduli menanamkan pendidikan aqidah kepada anak-anaknya. Lantas apa sih yang dimaksud dengan akidah

Dikutip dari buku Ensiklopedia Akidah Islam karya Prof. Syahrin Harahap dkk. Akidah adalah keyakinan dasar yang harus dimiliki oleh seorang muslim. Contohnya: keyakinan bahwa Allah itu Maha Esa, keyakinan adanya Hari Kiamat, Surga, Neraka dan Akhirat, serta keyakinan adanya Nabi dan Rasul, Kitab Suci dan Malaikat.”

Dari segi bahasa aqidah berasal dari kata:

- Al-‘aqdu yang artinya ikatan,

- At-tautsiiqu yang artinya kepercayaan atau keyakinan yang kuat,

- Al-ihkaamu yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan

- Ar-Rabthu biquw-wah yang artinya mengikat dengan kuat.

Dari segi istilah: aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.

Bagi kita orang yang beragama memiliki iman sebagai bentuk keyakinan adalah hal yang paling mendasar dan paling penting untuk meyakini dengan lisan, hati, pikiran dan prilakunya. Dalam agama Islam sendiri dasar keimanannya ada dalam rukun iman yang ada enam yaitu: 1. Iman kepada Allah 2. Iman kepada Malaikat 3. Iman kepada Kitab-kitab Allah 4. Iman kepada Nabi 5. Iman kepada hari kiamat 6. Iman kepada qada dan qadar.

Dasar-dasar keimanan tersebut yang akan memperkuat dan memperkokoh pondasi agama anak bila diajarkan sejak dini. Oleh karenanya sebagai orang tua harus bisa menjadi role model/contoh teladan yang baik melakukan ibadah vertikal dengan Allah (hablum minallah) dan melakukan ibadah secara horizontal dengan sesama manusia (hablum min nannas).

Dengan menjalankan apa yang menjadi perintah agamanya seperti yang terdapat dalam rukun Islam: mengucapkan dua kalimat syahadat, mengerjakan sholat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, membayar zakat fitrah dan menunaikan haji bagi yang mampu. Tak tertinggal sering membaca dan mempelajari Al-quran dan Al-hadist sebagai pedoman hidup.

Dari ibadah vertikal dan horizontal tidak cukup jika dilakukan hanya salah satunya saja. Keduanya harus bersamaan dilakukan. Karena manusia bukan sekedar makhluk yang harus beribadah terus kepada Allah. Tetapi sebagai makhluk sosial.

Maka anak tidak hanya diajarkan melakukan sholat, puasa dan mengaji saja, namun anak diajarkan dan dikenalkan bahwa dia sebagai manusia sosial yang membutuhkan manusia lain, dimana dibutuhkan hubungan yang baik didalamnya. Dan itu termasuk dicatat sebagai ibadah seperti memberikan zakat kepada amil zakat, memberikan sedekah dan bantuan kepada orang yang membutuhkan.

Adanya saling tolong menolong, saling berkasih sayang, adanya kejujuran, berakhlak baik dan mulia semuanya menjadikan hubungan antara manusia akan tercipta hidup rukun.

Surat Al-Hujurat Ayat 10:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.

Dengan pengajaran dan teladan yang diberikan kepada anak tersebut diharapkan menjadikan anak kita sholeh dan shalihah. Karena hanya anak seperti itu yang akan menjadi amal yang tak terputus bagi orang tua apabila telah meninggal dunia. Seperti hadist nabi berikut ini:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Bagaimana cara menanamkan pendidikan aqidah sejak dini? Berikut hal yang bisa dilakukan orang tua:

Pertama. Menggunakan bahasa yang mampu dimengerti oleh anak. Orang tua bisa menggunakan media buku sebagai media pembelajaran yang mungkin anak mampu menangkap apa yang disampaikan orang tua. Berikan buka cerita anak-anak yang bergambar. Biarkan anak mengembangkan daya imajinasinya dan mengembangkan pikirannya. Hingga saat anak kritis dan bertanya gunakan waktu memanfaatkan memberikan lebih dalam pengetahuan islam.

Kedua. Memberikan keteladanan dan pembiasaan baik. Orang tua langsung sebagai role model mengajarkan anak tata cara beribadah dengan Allah atau melakukan ibadah yang berhubungan dengan sesama manusia. Seperti ajak sholat berjamaah, sering membaca Al-quran di depan anak, memberikan sedekah membantu orang yang meminta-minta. Ajak anak bersosialisasi mengenalkan beberapa orang yang membutuhkan pertolongan seperti korban bencana alam.

Ketiga. Mendisiplinkan anak pada ibadah. Anak diajarkan disiplin mengerjakan sholat lima waktu sejak dini diusia tujuh tahun. Mengajarkan anak mengaji. Mengajarkan anak berpuasa. Tidak menunggu sampai besar dulu. Karena bila menunggu sampai usia besar, maka anak akan sulit untuk dibimbing dan diperintahkan.

Keempat. Mengajarkan anak bahwa apapun perbuatan dan perkataan akan selalu diawasi Allah. Anak dikenalkan dengan malikat yang mencatat amal baik dan amal buruk. Maka diharapkan Anak paham bahwa apa yang dilakukannya akan dicatat. Dan itu semua nanti akan ditimbang amalan apa yang lebih berat.

Baik atau buruk, untuk menentukan kelak dirinya akan masuk surga atau neraka. Dengan penggambaran bahwa orang yang masuk surga itu adalah orang yang timbangan amal baiknya berat (posisi tangan kanan berat). Sedangkan penggambaran bahwa orang yang masuk neraka itu adalah orang yang timbangan buruknya berat (posisi tangan kiri berat)

Dengan demikian diharapkan anak-anak dengan mudah memahami apa yang diajarkan orang tua untuk menguatkan keyakinan tentang akidah. Terhadap kewajiban sebagai manusia yang harus memiliki hubungan baik secara vertikal dengan Allah dan berhubungan baik secara hirizontal sesama manusia. Yang diharapkan akan menjadikan anak-anak dapat terhindar dari hal-hal negatif dan buruk yang menjerumuskannya.


latestnews

View Full Version