Oleh:
Nurina Purnama Sari, Aktivis Dakwah Kota Depok
MAAF-MAAF saja bila judul di atas terkesan tendensius sekali. Tapi begitulah perasaan saya berkecamuk. Buah dari pemikiran yang tak terima bila Hijab yang saya kenakan sejak menginjak usia baligh ini di obrak-abrik hukumnya oleh kalangan "Anti hijab club".
Mengapa saya sebut "Anti hijab club"? Rupa-rupanya ada sejumlah kalangan yang gerah dengan fenomena maraknya wanita Muslimah berhijrah dan berhijab. Beberapa dari mereka membuat komunitas 'Hijrah Indonesia' dengan melakukan kampanye 1 Februari bertajuk "Free From Hijab".
Di lihat dari tajuknya saja, jelas bahwasanya ini adalah kampanye yang mengajak Muslimah kepada kesesatan. Sedih rasanya jika saudari-saudari Muslimah saya yang tergabung dalam komunitas 'Hijrah', malah mengajak jahiliyah para anggotanya. Atas nama hijrah, padahal hanya kedok mengajak Muslimah untuk maksiat, melanggar aturan Allah secara terang-terangan.
Padahal, hijrah itu meninggalkan kemaksiatan, menuju ketaatan. Sesuai dengan firman Allah SWT:
"Alif Lam Ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa, Maha Terpuji." (QS. Ibrahim 14:1)
Sejatinya, mengajak melepas hijab adalah ajakan setan berwujud manusia setelah mendapatkan cahaya Islam, ditukar dengan kegelapan. Untuk dunia sesaat ia rela menukar akhirat yang abadi selamanya. Na'udzubillah.
"No Hijab Day" Jelas kampanye yang mengada-ada. Padahal tak ada sedikit keraguan perintah untuk berhijab Allah turunkan bagi wanita-wanita Mukmin yakni wanita yang beriman kepada Allah (Lihat QS An-Nur:31 dan Al Ahzab-59). Menurut Syekh Ali Jum'ah, 60 mazhab ber'ijma bahwa hijab (termasuk di dalamnya khimar dan jilbab) bagi wanita Muslimah itu wajib. Jadi pendapat yang tidak mewajibkan itu, keluar dari pendapat jumhur ulama.
Justru kita harus khawatir apabila sebagian dari mereka yang mengaku Muslimah, namun mengajak Muslimah lainnya untuk mengabaikan perintah berhijab dengan menginisiasi gerakan melepas hijab. Khawatirlah jika yang seperti ini Allah golongkan sebagai bagian dari kaum munafik (Lihat QS An-Nur 48-50).
Dari sini terlihat jelas, wanita beriman memilih membalut tubuhnya dengan hijab semata-mata karena ketaatannya kepada Allah. Sedangkan wanita yang munafik memilih untuk menghijabi hatinya bukan tubuhnya. Ketika hati yang dihijab, maka jadinya sulit menerima nur Ilahi. Perlu diingat bahwasanya sikap dasar kaum munafik itu adalah menolak syariah. Jika suatu saat mereka terlihat bersedia tunduk terhadap keputusan syariah, bukan berarti mereka telah berubah sikap. Namun ketundukan mereka disebabkan karena kehendak mereka sesuai dengan keputusan syara'.
Munculnya gerakan melepas hijab sebenarnya hanyalah gunung es dari proyek besar kalangan liberal sedunia yaitu, dekonstruksi syariah. Lama-kelamaan, mereka akan makin berani dan menggeser kampanyenya menjadi 'No Sholat Day' atau 'No Ngaji Day'. Kalau sudah begitu, ambyar lah imannya.*