Oleh:
Dian Salindri
Anggota Tim Komunitas Muslimah Menulis Depok
“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim).
Hadits di atas menggambarkan bahwa wanita yang shalihah itu adalah sebaik-baiknya perhiasan di dunia. Tak ada perhiasan yang lebih indah darinya. Karena dalam Islam, kecantikan seorang wanita itu bukan hanya dinilai dari kecantikan secara lahir, namun juga ada akhlak yang mulia yang bisa menampakkan kecantikan yang tiada tara.
Tapi, dari masa ke masa wanita sering menjadi objek yang diremehkan, derajatnya dianggap lebih rendah dari laki-laki, bahkan sama sekali tidak dihargai. Ini bisa kita buktikan dari catatan sejarah bagaimana kedudukan wanita sebelum datangnya Islam. Dalam peradaban Yunani kuno, wanita dianggap sangat rendah, hina, tidak memiliki hak kemerdekaan bahkan diperjualbelikan layaknya budak, tak memiliki hak waris dan hanya menjadi objek pemuas nafsu kaum lelaki. Begitu pun dalam peradaban Romawi, perempuan berada dalam kekuasaan ayahnya. Jika dia sudah menikah berpindahlah kekuasaan itu kepada suaminya, namun bukan sebuah kekuasaan yang melindungi hak wanita tersebut.
Dalam ajaran Yahudi konservatif pun, wanita dianggap layaknya pembantu dan boleh dijual karena anak perempuan tidak bisa mewarisi apapun jika ayahnya tidak memiliki anak lelaki. Sama halnya dalam ajaran Nasrani yang beranggapan bahwa wanita sebagai pangkal dari sebuah kesalahan dan dosa. Mereka menganggap wanitalah yang bertanggung jawab atas diusirnya Nabi Adam dari surga, karena hawa lah yang pertama kali termakan rayuan setan.
Begitu pun dengan bangsa-bangsa lainnya, sebut saja India, Cina bahkan bangsa Arab Jahiliyah yang menempatkan wanita di posisi yang rendah dan hina. Bahkan pada masa jahiliyah bayi perempuan harus dikubur hidup-hidup karena dianggap aib dalam keluarga. Demikian nasib kaum perempuan di masa lalu awal abad ketujuh sebelum datangnya Islam. Sungguh miris bukan!
Namun, berbeda dengan cara Islam memandang hakikat seorang wanita. Allah menciptakan laki-laki dan wanita dengan hakikat yang sama, yaitu untuk menyembah Allah dan taat kepada-Nya. Hak dan kewajiban antar laki-laki dan wanita pun berbeda, disesuaikan dengan kodrat yang telah Allah ciptakan. Misalnya laki-laki memperoleh kemuliaan dengan mencari nafkah, sedangkan wanita memperolehnya dengan mengurus rumah tangga. Namun tujuannya sama-sama beribadah kepada Allah SWT dengan mencari Ridha Allah. Di dalam Islam, kemuliaan seorang wanita harus sangat dilindungi. Dilihat dari bagaimana seorang wanita diwajibkan untuk menutup auratnya, agar wanita tersebut terjaga kehormatannya.
Seiring perkembangan zaman, menjadikan wanita banyak yang melenceng dari kodratnya. Wanita tak lagi memiliki rasa malu dan senang menampakan auratnya. Kecantikan seorang wanita tak lagi dinilai dari akhlaknya tapi dinilai semata hanya dari penampilan luarnya saja. Kita lihat saja ajang kecantikan dunia, sejatinya wanita ini sedang diekspoitasi tubuhnya, disuruh melenggak-lenggok di atas ‘catwalk’ dengan busana minim bahan alias bikini, dipandangi oleh jutaan pasang mata yang menikmati setiap lekuk tubuhnya. Sayangnya mereka tidak menyadari semua itu bentuk sebuah eksploitasi, bahkan tampaknya para wanita ini bangga dengan gelarnya sebagai wanita tercantik sejagat raya.
Saat ini, banyak wanita yang sudah kehilangan rasa malu dan gemar mengumbar auratnya. Menganggap ini adalah hal yang lumrah di era milenial. Malu merupakan sifat yang wajib dimilki oleh wanita, karena merupakan sifat yang terpuji yang mampu mengendalikan orang tersebut dari perbuatan yang tidak sepatutunya dilakukan. Karenanya rasa malu itu bisa dibilang adalah sebagian dari iman. Sesuai sabda Rasulullah SAW “Iman itu terdiri dari 70 sekian cabang. Cabang iman yang paling utama adalah ucapan la ilaha illallah. Sedangkan cabang iman terendah adalah menyingkirkan gangguan dari tempat berlalu lalang. Rasa malu adalah bagian dari iman.” (HR. Bukhari).
Jika wanita sudah tak memilki rasa malu maka sungguh celakalah ia. Sehingga benar apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW “Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat. Pertama adalah suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan yang kedua adalah wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian-sekian.” (HR. Muslim).
Hadits ini merupakan salah satu mukjizat dari Rasulullah SAW dan itulah yang terjadi. Saat ini, banyak wanita yang berpakaian tapi telanjang, bahkan tak berpakaian sama sekali. Banyak wanita yang berjalan melenggak-lenggokkan tubuhnya dan juga wanita yang kepalanya seperti punuk unta. Jangankan surga, bagi mereka mencium bau surga saja tak bisa, padahal wangi surga bisa tercium dari jarak 500 tahun (menurut Imam Malik).
Ingatlah! Jangan sampai kita para Muslimah tergoda dengan bujuk rayu setan yang akan membawa kita ke jurang neraka. Berkedok seni, tubuh wanita menjadi sebuah objek yang laris manis di pasaran. Berlandaskan kesetaraan gender, perempuan ingin batasan auratnya sama seperti laki-laki. Mereka berdalih, ketika kita mencintai tubuh kita maka tunnjukanlah kepada khalayak ramai bagaimana kondisi bentuk tubuh kita. Ketika seorang wanita sudah hilang rasa malunya, sebenarnya wanita tidak lagi menjadi mulia. Allah pun telah mencabut rasa malu dari dirinya sehingga mereka terbawa dalam kesesatan yang nyata.
Sebenarnya, tak perlu menunjukkan aurat agar mendapatkan gelar sebagai wanita yang cantik. Cantik yang engkau harapkan hanyalah cantik di mata manusia, tetapi tidak terlihat cantik di hadapan Allah SWT. Jadilah wanita yang cantik karena taat kita kepada Allah. Jadilah cantik karena malu kita kepada Allah, malu untuk berbuat maksiat. Jadilah wanita yang cantik bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat kelak.*