View Full Version
Sabtu, 18 Apr 2020

Kiprah Aisyah ra. dalam Penulisan Hadis

 
Oleh: Ana Sholikha 
 
Pada usia 18 tahun Ummul Mukminin, Aisyah ra. ditinggal wafat baginda Nabi Muhammad saw. Hati kita tentu terenyuh, ternyata beliau masih belia saat Nabi meninggal. Jangan dibayangkan beliau saat itu layaknya gadis usia 18 tahun saat ini. Labil. Belum matang kepribadiannya. 
 
Istimewa, Aisyah ra. lahir dari sosok ayah yang tangguh. Khalifah pertama, Abu Bakar Ash-Shiddiq. Hal itu menjadikan Aisyah ra. perempuan yang cerdas dan berakhlak mulia. Selama dua belas tahun mendampingi Rasulullah, terekam dengan kuat tindak-tanduk dan perkataan Nabi. Sebab Aisyah mempunyai daya ingat yang kuat. 
 
Oleh karenanya, tak heran jika Aisyah ra. menjadi cahaya keilmuan sepeninggal Rasulullah. Para sahabat menjadikannya salah satu rujukan terhadap berbagai permasalahan. 
  
Salah satunya dalam bidang hadis. Aisyah  ra. merupakan salah satu sahabat yang banyak meriwayatkan hadis. Di kalangan perempuan, Aisyah ra. merupakan perawi hadis terbanyak. Tercatat melalui riwayat beliau sebanyak 2.210 hadis. Ini berarti ada dua ribu lebih dari ucapan, perbuatan dan diamnya Rasulallah yang terekam dalam memori Aisyah ra. Sungguh bukti kecerdasan yang nyata. 
 
Penguasaan hadis serta kuatnya hafalan Aisyah ra. ini menjadi solusi bagi sahabat yang ragu terhadap riwayat hadis yang mereka dengar. Misalnya Abu Hurairah, ia seringkali mengonfirmasi hadis-hadisnya kepada Aisyah ra. Seperti hadis dalam riwayat Muslim, “Wahai istri Rasulullah, apakah engkau mengingkari apa yang saya riwayatkan ini?”
 
Selain itu Aisyah ra. juga ia tidak segan-segan mengoreksi hadis yang diriwayatkan oleh sahabat lainnya jika dinilai kurang tepat.
 
Salah satunya adalah riwayat Ibnu Umar di dalam Shahih al Bukhari berikut ini: 
“Innal mayyita layu’adzdzabu bibukail hayyi.” 
Artinya, sesungguhnya orang mati itu akan diadzab sebab tangisan orang yang masih hidup. 
 
Hadis tersebut menunjukkan bahwa jika keluarga yang ditinggal mati itu menangisi si mayyit, maka akan memperberat siksaan bagi si mayyit.
 
Mendengar hadis yang disampaikan oleh Ibnu Umar tersebut, Aisyah ra. berkata: 
”Semoga Allah mengampuni Abu Abdirrahman (Ibnu Umar), sungguh ia tidaklah berdusta (karena kenyataannya Nabi Saw. memang pernah mensabdakan itu). Namun, mungkin beliau lupa atau keliru (khilaf)  Sungguh Rasulullah Saw. ketika itu melewati jenazah wanita Yahudi yang ditangisi oleh keluarganya, lalu Rasulullah Saw. bersabda: ”Sungguh mereka menangisi si mayyit, sedangkan yang mati tetaplah diadzab di dalam kuburnya.” 
 
Maknanya, tidak ada gunanya tangisan keluarga mayyit tersebut untuk si mayyit.
 
Adapun diantara sahabat yang tercatat meriwayatkan hadis dari Aisyah ra. adalah Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Abu Hurairah, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Abu Musa al-Asy’ari, Abdullah bin az-Zubair, Urwah bin az-Zubair, al-Qasim bin Muhammad dan lainnya.
 
Selain itu Aisyah juga mempunyai murid dari kalangan tabiin seperti Masruq bin al-Ajda’, al-Aswad bin Yazid an-Nakaha’i, Said bin al-Musayyab, Mujahid, Ikrimah, Nafi’, Ibnu Abi Mulaikah dan lainnya.
 
Secara umum, hadis-hadis riwayat Aisyah berkaitan dengan masalah keimanan, proses turun wahyu, ilmu, tafsir al-Quran serta asbabun nuzulnya, bersuci, tayammum, ibadah salat, puasa, zakat, haji, pernikahan, adab keseharian, kehidupan berkeluarga, hubungan suami-istri dan fiqih tentang wanita.
 
Dialah Aisyah ra. Ummul Mukminin yang hidupnya paling lama dibanding istri-istri lainnya sepeninggal Rasulullah. Sejak usia 18 hingga 66 tahun, hidupnya digunakan untuk menyebarkan sabda-sabda Rasulullah. Aisyah ra. menjadi satu diantara penyambung lidah Rasulullah menyampaikan risalah kenabian. 
 
Dari sepenggal kisah hidup beliau ini, kita  bisa mengerti kiprahnya dalam penulisan hadis sungguh besar. Hingga hari ini kita masih bisa menyelami sabda Rasulullah.
 
Kalaupun kita secara fisik tidak terlahir sebagaimana beliau yang pipihnya kemerah-merahan. Itu tak mengapa, sebab tak ada hisab karenanya. 
 
Namun, yang terpenting ialah kita bisa meneladani perjuangannya. Yakni menjadi penyampai risalah kenabian. Sebab inilah amal yang akan dimintai pertanggungjawaban. Bukan kesibukan menjadikan pipi kemerah-merahan.
 
Duhai Ummul Mukminin, meski tertatih, semoga kami mampu meniti jalan perjuanganmu. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)
 
Ilustrasi: Google

latestnews

View Full Version