View Full Version
Jum'at, 05 Jun 2020

Menjaga Kesehatan Keluarga di Masa Pandemi

 

Oleh:

Anisah Rahmawati.,S.Kep.,Ns.,MKep

 

TIGA bulan sudah dilalui sejak Indonesia mengumumkan adanya pasien covid-19. Beberapa langkah sudah dilakukan pemerintah. Namun target mei bebas covid jauh panggang dari api. Belum ada tanda-tanda wabah ini akan usai. Grafik pun belum melandai. Beberapa wilayah justru sampai ditetapkan sebagai zona hitam karena sangat tingginya angka kejadian covid di wilayah tersebut.

Data angka terkonfirmasi covid-19 sampai tanggal 4 juni jam 12 dari juru bicara pemerintah untuk penanganan covid-19 meliputi 47.373 ODP, 13.416 PDP, 28.818 terkonfirmasi positif, 8.892 dinyatakan sembuh, dan 1.721 meninggal dunia. Covid sudah tersebar di 34 provinsi di Indonesia, dan merambah 418 kabupaten kota. Angka kematian di Indonesia sangat fantastis yakni mencapai 1721 orang. Banyak pihak menengarai bahwa angka terkonfirmasi positif di Indonesia sangat mungkin jauh lebih banyak dari angka yang ada. Hal ini karena upaya untuk melakukan cek covid tidak dilakukan secara massif di Indonesia. 

 

Setengah Hati

Hal yang banyak dikritik dari terus meluasnya covid-19 adalah kebijakan pemerintah. Banyak pihak menilai bahwa pemerintah tidak sungguh-sungguh berusaha melindungi rakyat dari wabah yang mematikan ini. Pemerintah terlihat jelas gamang, ragu-ragu untuk melakukan penanganan penghentian merebaknya wabah agar tidak terus meluas. 

Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar pada awalnya pun dapat kritik tajam dari banyak kalangan. Kebijakan ini diprediksi sangat tidak akan mampu menghentikan laju penyebaran virus ganas ini. Dan terbukti di penghujung mei angka covid belum ada tanda-tanda menurun. Di sisi lain masyarakat semakin bisa melihat kebijakan pemerintah yang selalu mementingkan atau mengutamakan para pengusaha-pengusaha besar, baik dari aspek pendanaan ataupun izin usaha. 

Alih-alih melakukan pengontrolan lebih ketat, pemerintah justru menerapkan kebijakan new normal. Yakni membuka kembali aktivitas masyarakat secara lebih luas. Banyak pihak memprediksi angka covid akan sangat mengerikan. Beberapa pakar memberi masukan agar jangan dulu membuka aktivitas publik. Seperti yang dikeluarkan ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia yang menolak keras sekolah akan dibuka lagi pada Juli 2020 ini. Beliau menilai jika rencana itu dilanjutkan akan sangat potensial membuat cluster-cluster baru covid dan angka kematian anak Indonesia akibat covid akan terus meningkat tajam.

 

Cerdas Jaga Kesehatan Keluarga  

Mayoritas masyarakat sejatinya sangat bingung apa yang harus mereka lakukan. Saat mereka harus berdiam dalam rumah, rasa bosan terus melanda. Pun banyak keluarga yang mengalami permasalahan ekonomi akibat menurunnya penghasilan atau bahkan kehilangan pekerjaan. Di sisi lain, saat mereka harus keluar beraktivitas seperti situasi normal sebelumnya, faktanya kondisi belum aman dari ancaman wabah yang mematikan. 

Betul, masyarakat hari ini laksana hidup sendiri. Mereka benar-benar harus memikirkan diri mereka sendiri agar bisa selalu taft, tangguh menghadapi segala tantangan kehidupan. Mereka harus memikirkan sendiri tatkala harus kehilangan pekerjaan mereka selama ini. Pun saat mereka harus beraktivitas dengan segala konsekuensinya, termasuk jika sampai tertular wabah, mereka juga harus mampu menyelesaikan sendiri.

Karenanya ada beberapa hal yang penting untuk difahami dan dilaksanakan masyarakat agar bisa selalu sehat dan berusaha agar tidak terkena wabah. Penulis mencoba menyederhanakan dalam 3 poin meliputi: 

Pertama, melaksanakan prinsip pencegahan wabah semaksimal mungkin. Upayakan semaksimal mungkin untuk meminimalkan berinteraksi dekat dengan orang lain tanpa alat pelindung diri (masker, kacamata, dll). Kita tidak pernah tahu siapa yang terkena virus siapa yang tidak. Cuci tangan setelah melalui tempat public atau pun menyentuh area-area yang kita tidak tahu keamanannya. 

Kedua, optimalkan menjaga imunitas tubuh. Hal ini penting, mengingat tubuh yang kondisi kekebalan tubuhnya kuat akan bisa mengaktifkan sistem kekebalan alami manakala terjangkiti virus atau kuman penyakit termasuk virus covid-19 ini. Makanan yang cukup nilai gizinya (gizi seimbang) dan kondisi psikis yang stabil baik menjadi hal yang sangat perlu diperhatikan. Makanan bergizi tidak harus mahal. Islam telah punya konsep yang sangat handal dalam makanan yaitu makanan halal dan thayib (Q.S 2:168,172 ; 5: 5; 16: 114). Di sinilah pentingnya peran ibu-ibu untuk selalu memastikan asupan keluarga adalah makanan yang thayib (memberi kebaikan bagi tubuh).  

Ketiga, menguatkan keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT.  Keimanan merupakan power (tenaga, energy) bagi seorang muslim dalam mengarungi kehidupan, termasuk saat melalui masa berat pandemi. Keimanan yang kokoh akan memancarkan cara pandang yang kuat akan kehidupannya. Cara pandang yang kokoh ini akan melahirkan ketenangan dan keseriusan yang tinggi dalam melewati ujian-ujian kehidupan. Orang beriman selalu yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi semua dari Allah, mereka ridha dan bersungguh-sungguh melaluinya dengan baik dan benar. Dan mental cara pandang ini jauh dari psikis yang galau, gundah gulana, apalagi putus harapan yang akan sangat potensial mengganggu keseimbangan tubuh dan menjadi jalan datangnya penyakit. 

Itulah hal sederhana yang bisa dikuatkan seorang mukmin agar mampu melewati masa pandemic ini dengan baik. Meskipun meninggal dalam wabah merupakan salah satu jalan kemuliaan namun perintah Allah untuk mengoptialkan ikhtiar seoptimal mungkin agar bisa selamat merupakan syariat yang mulia. Karenanya seorang mukmin senantiasa mensyukuri apapun kondisi yang diberikan Allah dan menjadikannya sebagai ladang pahala yang besar agar Allah meridhai dan cinta kepadanya.  Wallahu a’lam bish shawab.*


latestnews

View Full Version