Oleh: Mira Delvianti, S.Pd.I
Seorang ayah berperan sebagai kepala dalam keluarga. Ia akan memikirkan berbagai cara untuk memenuhi segala kebutuhan anggota rumah yang berada dalam tanggungannya, karena itu tanggung jawabnya.
Ia lakukan semua itu dengan cinta dan kasih sayang, tak peduli siang maupun malam. Tak masalah derasnya hujan maupun teriknya panas. Bahkan ketika sakit pun masih rela mengupayakan, asalkan keluarganya tidak ada yang kelaparan.
Terlebih lagi dalam masa sekarang ini, sangat sulit mendapatkan rezeki untuk memenuhi kebutuhan. Seorang ayah dalam bekerja, kadang rela kaki jadi kepala dan kepala jadi kaki. Karena tuntutan ekonomi, banting tulang terpaksa harus dilakukan.
Bagi sebagian ayah dengan pekerjaan tetap dan bergaji tinggi, mungkin tidak mengalami hal seperti ini. Tapi bagaimana dengan ayah yang bekerja sebagai kuli bangunan, pedagang keliling dan kaki lima, nelayan dan petani?
Mereka berusaha mencukupi kebutuhan seperti sandang, pangan, papan hingga pendidikan, semampunya. Sekalipun nyawa dan harga diri jadi taruhan, demi keluarga tetap diupayakan selagi itu halal dan Allah ridhai. Tak peduli sekeras apapun upaya mencari sesuap nasi, para kepala keluarga ini mempunyai harapan agar sang buah hati menjadi orang sukses dan berpendidikan tinggi.
Kondisi ini mesti direnungi oleh setiap anak dan wajib jadi wejangan sehari-hari, agar tidak menjadi anak durhaka atas perjuangan yang telah dikorbankan oleh sang ayah. Meskipun ayah tidak mengandung, melahirkan dan menyusui kita secara langsung, tapi dalam diri setiap anak terkandung tetesan darah dan keringat seorang ayah.
Berbaktilah pada ayah dan ibu dengan keshalihanmu, sebagai wujud bakti cintamu sebagai seorang anak. Buatlah mereka menangis haru dan bangga karena bahagia akan semangat serta kegigihanmu dalam upaya membentuk keimanan dan ketakwaan. Karena itu akan jadi tiket surga yang bisa kamu beri pada mereka.
Terkhusus untuk anak perempuan para kepala keluarga itu. Ada perintah pada diri untuk menutupi tubuh dan aurat dengan kewajiban mengenakan kerudung dan jilbab. Hiasilah kecantikan diri dengan balutan hijab yang menjadi bukti ta'at pada Rabb dan bukti cinta pada ayah.
Maka dari itu wahai kalian yang berstatus anak!
Jangan biarkan mereka bersedih karena kesombongan kita pada mereka. Dan jangan membuat mereka terseret ke neraka, ulah akibat kelemahan kita dalam menjalankan syariat-Nya.
Sungguh sangat disayangkan jika seorang ayah telah berjuang sekuat tenaga untuk anak yang dicintai, tapi balasan yang diberi, justru membuat mereka sakit hati akan sikap dan ketidaksopananmu.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al Israa Ayat 23 :
وَ قَضٰی رَبُّکَ اَلَّا تَعۡبُدُوۡۤا اِلَّاۤ اِیَّاہُ وَ بِالۡوَالِدَیۡنِ اِحۡسَانًا ؕ اِمَّا یَبۡلُغَنَّ عِنۡدَکَ الۡکِبَرَ اَحَدُہُمَاۤ اَوۡ کِلٰہُمَا فَلَا تَقُلۡ لَّہُمَاۤ اُفٍّ وَّ لَا تَنۡہَرۡہُمَا وَ قُلۡ لَّہُمَا قَوۡلًا کَرِیۡمًا
“Dan Allah telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Allah dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah satu di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada orang tuamu perkataan “ah” dan janganlah kamu membentaknya, dan ucapkanlah kepada kedua orang tuamu perkataan yang sopan.”
Bersabarlah atas kekurangan mereka. Berbaktilah sekuat tenaga. Ajak mereka bersama dalam keta'atan. Walau emas dan permata yang kau berikan untuk membalas atas segala jasa, maka tak akan mampu menandingi curahan upaya mereka kepadamu.
Walhasil, dengan keshalihanmu pada agama dan keta'atanmu pada Ilahi, ada surga yang tersimpan. Allah akan berikan surga itu pada ibu dan ayahmu di kemudian hari.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى وَلِوَ الِدَىَّ وَارْ حَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَا نِى صَغِيْرًا
"Ya Allah, ampunilah semua dosa-dosaku dan dosa-dosa kedua orang tuaku, serta berbelaskasihlah kepada mereka berdua seperti mereka berbelas kasih kepada diriku di waktu aku kecil". Wallahu a'lam bi ash-shawwab. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google