Oleh: Ana Sholikha
"Hai anak paman, sungguh aku sangat mencintaimu karena keluargamu, kemulyaanmu, rasa tanggung jawabmu, akhlakmu yang baik, dan kejujuran," kata Khadijah kepada Muhammad. (Mohon dipahami penulisan nama Baginda Muhammad Saw ditulis namanya saja ketika beliau belum diangkat sebagai Nabi).
Khadijah jatuh cinta kepada Muhammad. Kemudian menawarkan diri untuk menjadi istrinya. Apa gerangan yang membuat wanita cerdas, bijaksana, mulya, dan kaya raya itu mencintai pemuda berusia 25 tahun? Padahal Khadijah sendiri sudah berusia 40 tahun.
Beginilah runtutan peristiwanya. Telah sampai berita kepada Khadijah tentang Muhammad, besarnya tanggung jawab beliau terhadap amanah serta akhlaknya yang baik. Sehingga selaku aghniya (orang kaya), Khadijah menawarkan hartanya kepada Muhammad untuk diperdagangkan ke Syam (saat ini meliputi Suriah sebagai pusatnya, Palestina, Lebanon, dan Yordania) dengan ditemani pembantunya, Maisarah.
Di Syam, Muhammad singgah dan beristirahat di bawah pohon yang tidak jauh dari tempat pertapaan Rahib Nasthura. Lalu Rahib ini mendekati Maisarah dan berkata, "Siapa lelaki yang beristirahat di bawah pohon itu?"
"Dia itu orang Quraisy dari Ahlul Haram (keluarga terhormat)," jawab Maisarah.
Kemudian Sang Rahib kembali berkata, "Tidak seorang pun yang beristirahat di bawah pohon itu, kecuali dia seorang Nabi."
Sepanjang perjalanan perdagangan Makkah ke Syam begitu pun saat kembali, Maisarah selalu melihat dua malaikat yang menaungi Muhammad dari teriknya sinar matahari.
Setelah tiba kembali ke Makkah, Muhammad melaporkan kepada Khadijah bahwa barang dagangannya laku banyak serta mendapatkan keuntungan yang besar. Ini adalah keuntungan yang melimpah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Maisarah pun menyampaikan apa yang dilihatnya juga yang didengar dari Rahib Nasthura.
Dari sinilah Khadijah mulai jatuh cinta. Namun informasi dari Maisaroh itu tidak disimpan sendiri. Khadijah menyampaikannya kepada Waraqah bin Naufal, sepupunya. Waraqah adalah penganut agama Nasrani yang rajin mendalami berbagai kitab, sehingga dia menjadi orang yang terpandai saat itu.
Mendengar apa yang disampaikan Khadijah, Waraqah berkata, "Wahai Khadijah, jika semua itu benar, sesungguhnya Muhammad adalah Nabi bagi umat ini. Sekarang saya tahu bahwa dialah Nabi yang sedang ditunggu oleh umat ini."
Pernyataan Waraqah ini menjadikan Khadijah semakin yakin untuk menjadi istri bagi lelaki yang agung. Meskipun sebelumnya sudah banyak pemimpin dan pemuka kaum yang hendak menikahinya. Namun Khadijah belum menemukan chemistry untuk menerima mereka.
Tidak bertepuk sebelah tangan, tawaran Khadijah diterima Muhammad. Dua bulan kemudian pernikahan itu berlangsung dengan mas kawin dua puluh ekor onta muda. Jika kita kurskan ke rupiah. Harga satu ekor onta saat ini kisaran 30 juta. Maka nilai maharnya sekitar 600 juta, lebih dari setengah milyar.
Lantas apa irisan atau kesamaan Rasulullah Saw dengan Presiden Prancis saat ini? Ada satu hal, yakni sama-sama menikah dengan wanita yang usianya lebih tua. Nabi Muhammad Saw. selisih 15 tahun dengan Ummul Mukminin, Khadijah. Sementara Emmanuel Macron selisih 24 tahun dengan Brigitte.
Serupa tapi tak sama. Ada perbedaan tajam terkait proses menuju pernikahan kedua pasangan di atas. Tahapan yang ditempuh Rasulullah Saw. dan Khadijah adalah gambaran yang semestinya kita contoh. Tanpa menabrak norma. Juga tidak menyakiti pihak lain.
Sementara proses yang dilakoni Macron sarat pelanggaran norma. Sebab diawali dari perselingkuhan karena si wanita masih terikat pernikahan. Tentu di sini ada pihak yang terluka. Tahapan seperti ini jangan dijadikan panutan.
Terlepas dari proses menuju pernikahannya. Apresiasi besar layak diberikan kepada pasangan tipe ini. Baik kepada pihak wanita maupun pria. Karena mereka mampu berjalan di luar keumuman. Membuang anggapan bahwa laki-laki lebih suka bersama wanita yang lebih muda. Juga kesiapan wanita menghadapi segala tantangan saat dia lebih dulu menua.
Tidak ada yang aneh dengan pernikahan usia suami lebih muda. Terpenting adalah bagaimana proses menujunya. Tetap pegang tuntunan syariat. Juga usaha menjaga pernikahan agar tetap langgeng hingga maut memisahkan. Tentu ini bukan perkara mudah, namun bukan hal yang mustahil untuk diwujudkan.
Baginda Nabi Muhammad Saw. memperlakukan Khadijah dengan penuh cinta hingga istrinya wafat saat usia 65 tahun. Bagi Rasulullah sendiri, Khadijah sangat istimewa. Diriwayatkan, ketika Khadijah sakit menjelang ajal, beliau berkata kepada Rasululllah SAW, “Aku memohon maaf kepadamu, Ya Rasulullah, kalau aku sebagai istrimu belum berbakti kepadamu.”
Rasulullah menjawab, "Jauh dari itu ya Khadijah. Engkau telah mendukung dakwah Islam sepenuhnya.”
Itulah akhir perjalanan Rasulullah dengan Khadijah. So sweet. Layak banget dijadikan teladan bagi kita semua.
Nah, bagaimana akhir kisah Macron dengan istrinya? Yang akhir-akhir ini netizen mulai julid atas hidup mereka. Sampai memprediksi akan poligami segala.
Sebagai sesama wanita, berharap Macron mampu meneladani Nabi dalam perkara ini. Yakni tetap memperlakukan istrinya dengan baik hingga akhir hayatnya. Syukur-syukur mau menjadi pejuang Islam juga. Gak apa-apa kan mimpi yang baik-baik? Telah banyak dicatat sejarah, mereka yang dulunya sangat membenci Islam berubah menjadi sosok yang sangan mencintai Islam dengan izin Allah. Tak ada yang mustahil di dunia ini. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google