Oleh: Siti Masliha, S.Pd
Ibu adalah sosok manusia istimewa. Dari rahimnya lahir manusia-manusia luar biasa, pahlawan-pahlawan pengisi peradaban mulia. Berbanggalah bagi kalian yang Allah takdirkan menjadi seorang ibu. Jangan sia-siakan kesempatan ini untuk meraih ridho Allah.
Rasulullah sangat menghormati seorang ibu. Seperti yang telah ditegaskan dalam haditsnya yang berasal dari pertanyaan seorang sahabat. "Ya Rasul, siapakah orang yang harus aku hormati di dunia ini." Rasul menjawab, "Ibumu." Kemudian dia bertanya lagi, "Lalu siapa?" Rasul menjawab, "Ibumu." "Kemudian lagi, ya Rasul," tanya orang itu. "Rasul menjawab, "Ibumu." Lalu, laki-laki itu bertanya lagi; "Kemudian, setelah itu siapa, ya Rasul?" "Bapakmu," jawab Rasulullah.
Dari hadits tersebut secara jelas, kita wajib menghormati sosok ibu di dunia ini. itulah pentingnya setiap anak memberikan rasa hormat dan patuh kepada kedua orang tuanya, terutama ibunya. Sebab, kasih sayang yang diberikan seorang ibu, melebihi sayangnya terhadap yang lain. Mereka rela berkorban segalanya demi si buah hati yang dicintainya.
Hari ini di tengah derasnya arus liberalisme (kebebasan) peran ibu tidaklah mudah. Serangan pemikiran kufur yang merusak ke dalam negeri merusak generasi secara bertubi-tubi. Pergaulan bebas, narkoba, membuka aurat, aborsi dan lain sebagainya. Kerusakan generasi mendera negeri. Padahal sejatinya generasi adalah pemimpin negeri ini di masa yang akan datang. Bagaimana nasib ke depan negeri ini jika generasinya rusak tak bermoral?
Dari sini dibutuhkan sosok ibu ideologis yang akan mendidik anak-anaknya menjadi generasi tangguh, generasi pejuang yang akan memperjuangkan Islam sampai darah penghabisan. Peran ini tidaklah mudah. Butuh keseriusan, kesabaran dan ilmu dalam mendidik anak.
Penulis akan membagi peran ibu menjadi dua bagian. Peran sebagai ibu biologis dan ibu ideologis.
Peran Ibu Biologis
Tak dipungkiri seorang ibu dikaruniai rahim yang tidak dimiliki oleh kaum Adam. Dari rahimnya secara biologis akan melahirkan manusia. Hal ini bertujuan untuk melestarikan kelangsungan kehidupan manusia. Perannya sebagai ibu biologis tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Ketika seorang wanita memasuki gerbang pernikahan, maka dia harus siap dengan segala tanggung jawab dan kewajiban yang akan dipikulnya setelah menikah. Salah satu tanggung jawab tersebut adalah hamil. Ketika seorang wanita dikaruniai janin dalam rahimnya, dia mempunyai tugas merawatnya agar tumbuh subur dan sehat. Seorang ibu harus memberikan nutrisi yang terbaik agar janinnya tumbuh sehat. Ia juga harus menjaga janin yang dikandungnya sampai melahirkan. Selain nutrisi, aktivitas ibu selama hamil harus diperhatikan. Ibu hamil tidak diperbolehkan beraktivitas terlalu capek. Hal ini akan berpengaruh terhadap janinnya.
Tugas ibu tidak berhenti sampai di sini. Bayi yang dilahirkan pun dalam keadaan lemah dan tak berdaya. Peran lanjutan dari seorang ibu adalah merawat bayi tersebut sampai dia betul-betul mandiri, menyertai tumbuh kembang anak, merawat kesehatannya dan memberikan makan yang halal dan thoyib.
Peran Ibu Ideologis
Tugas seorang ibu tidak hanya merawat anaknya (tugas biologis) namun ada tugas lain yang tidak kalah penting yaitu tugas atau peran ideologis. Ideologis maksudnya adalah menjadikan islam sebagai poros hidup. Seorang ibu harus menanamkam keimanan sejak dini agar anak-anak menjadi generasi Rabbani. Karena anak-anak akan menjadi pemimpin di masa mendatang. Di tangannyalah peradaban umat manusia akan diteruskannya. Hal ini bukan pekerjaan main-main. Dibutuhkan peran yang kuat dari seorang ibu dari sekarang.
Berikut peran ibu ideologis:
1. Menanamkan aqidah Islam
Aqidah adalah pondasi bagi seorang anak. Dengan aqidah anak akan berdiri dengan pondasi keimanan. Ketika ada pemikiran-pemikiran asing maka aqidah akan memproteksinya. Hal ini sebagaimana yang dicontohkan Luqman dalam mendidik anak-anaknya. Allah SWT mengabadikan cara Luqman mendidik anaknya dalam surat Luqman ayat 13-16: "Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.’ Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun."
2. Membentuk jiwa juang pada anak
Membentuk jiwa juang ini dengan cara membacakan kisah-kisah para nabi dan shohabat. Dari kisah-kisah tersebut kita bisa mengambil pelajaran dan pribadi yang baik bisa diambil. Ini pekerjaan yang tidak mudah. Jangan sampai kita sebagai orang tua kalah dengan Youtube. Kita harus terus berusaha membuat kisah-kisah tersebut semenarik mungkin agar anak-anak mengidolakan para nabi dan shahabat.
3. Melibatkan anak dalam aktivitas dakwah
Dakwah adalah aktivitas yang mulia yaitu menyeru manusia ke jalan yang ma'ruf dan mencegah kemungkaran. Aktivitas dakwah adalah aktivitas para nabi dan Rasul. Hari ini saatnya kita melanjutkan aktivitas mulia nabi dan Rasul yaitu dakwah. Dakwah adalah kewajiban sebagaimana fiman Allah:
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS Ali Imran [3]: 110)
Dalam melaksanakan aktivitas yang mulia ini kita sebagai orang tua perlu melibatkan anak secara langsung dengan memperhatikan segala keperluan. Misalnya makanan, mainan, teman dan lain sebagainya. Dengan memperhatikan segala keperluan dan kebutuhan anak maka mereka akan nyaman mengikuti orang tuanya dalam aktivitas dakwah. Ketika kita melibatkan anak dalam aktivitas dakwah jangan sampai merebut hak-hak mereka atau sampai mendzolimi mereka. Misalnya di tempat pengajian mereka bosan karena tidak ada permainan, tidak disediakan makanan, tidak ada teman dan laik sebaigainya. Aktivitas dakwah yang bisa kita libatkan anak-anak antara lain pengajian di masjid-masjid, aksi damai, pengajian rutin dan lain sebagainya.
Tujuan melibatkan anak dalam aktivitas dakwah adalah supaya mereka terbiasa dengan aktivitas dakwah. Harapannya kelak mereka dewasa mereka yang akan melanjutkan perjuangan orang tua dalam dakwah. Dengan pembiasan sejak dini maka akan terekam dalam benak mereka tentang nikmatnya berdakwah. Selain itu dakwah tidak menjadi beban ketika kelak mereka dewasa. Semoga kita bisa menjadi ibu ideologis yang baik, dan bukan sekadar menjadi ibu biologis bagi anak-anak. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google