Oleh: Sri Ratna Puri
Satu vidio diunggah di medsos. Ada seorang ibu menangis histeris, sambil guling-guling di Mall, di luar negri. Sontak semua orang tekejut. Termasuk anak kecil di hadapannya. Sepertinya dia shock. Mata dan mulutnya terbuka, saat melihat ibunya. Padahal, baru saja dia mau pasang aksi, agar keinginannya terpenuhi. Tapi, sebelum dilancarkan, ibunya berguling-guling di lantai.
Ternyata, apa yang dilakukan oleh si ibu, berhasil membuat anaknya terdiam. Padahal, terlihat sebentar lagi, dia akan meluapkan emosi. Sebuah mainan yang dia sodorkan, ditolak oleh Ibunya. Intinya, si ibu berbuat demikian, untuk menghindari tantrum anaknya.
Namun, apakah adegan yang terlihat lucu itu, sudah tepat untuk menghadapi tantrum pada anak? Apalagi sebagai Muslim, kita diperintahkan untuk menjaga harga diri dan kehormatan. Tak mungkin orang tua muslim bebas bertingkah laku sedemikian, walau ada tujuannya. Lalu, apakah Islam mempunyai jawaban tentang tantrum? Berikut ini adalah 8 langkah untuk memahami beberapa hal agar orang tua bisa menyikapi tantrum dengan baik.
1. Menyadari bahwa tantrum adalah refleksi marah (yang kuat), muncul dari potensi mempertahankan diri. Terjadinya, bila ada rangsangan dari faktor luar. Dan bila pada anak, mungkin dari apa yang dia lihat dan inginkan. Misalnya saja mainan. Ini normal. Maka sebagai jalan keluar, coba palingkan perhatian, dari yang dia inginkan. Jangan sering-sering ke toko yang ada mainannya.
2. Coba bangun komunikasi yang baik dengan anak. Tanyakan alasan kenapa marah. Usahakan dengan posisi badan yang sejajar, agar tercipta kenyamanan.
3. Beri waktu kepada anak, untuk menenangkan diri, dari luapan emosi. Setelah tenang, baru diajak berbicara.
4. Sekiranya anak kita paham, dan berhasil melakukan perbaikan, berikanlah pujian. Baik secara lisan atau berbentuk barang. Bila sebaliknya, berikan sanksi mendidik yang tak menyakiti.
5. Ceritakan kisah-kisah inspiratif tentang pahala dosa, bagi anak yang bisa menahan marahnya.
6. Dan yang terpenting, adalah tauladan dari orang-orang sekitar. Khususnya orang tua dalam keseharian.
7. Sertakan anak dalam setiap doa kita, agar dilembutkan, dan dibeningkan hatinya.
8. Sertakan, hadirkan, dan kembalikan semua upaya yang kita kerjakan untuk anak kita, hanya pada Allah saja.
Semoga bermanfaat yang tips di atas. Wallahu'alam bishshowab. (rf/voa-islam.com)