Oleh: Ummu Beyza
Kampanye #GirlsTakeOver sudah tidak asing lagi bagi masyarakat apalagi di tengah generasi Milenial. Kampanye global ini dilakukan setiap tahun secara serentak oleh Plan International untuk memperingati Hari Anak Perempuan Internasional yang jatuh pada 11 Oktober.
Kampanye #GirlsTakeover 2021 yang merupakan kerja sama antara Plan Indonesia, Srikandi BUMN dan Kementerian BUMN ini bertujuan untuk mewujudkan kesetaraan gender dan kepemimpinan perempuan di dunia kerja.
Kampanye #GirlsTakeOver sudah ada sejak 2016, Plan International telah memfasilitasi lebih dari 650 anak untuk mengambil alih sekitar 5,228 posisi strategis. Plan International sendiri telah bekerja di Indonesia sejak tahun 1969 dan resmi menjadi Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) pada tahun 2017. Plan International berfokus pada pemenuhan hak anak dan kesetaraan anak perempuan.
Ketua Umum Srikandi BUMN Tina T. Kemala Intan mengatakan bahwa kepemimpinan perempuan di dunia kerja tidak sekadar gender issue namun adalah business issue karena perannya memberi makna dan dorongan bagi peningkatan kinerja.
Sehari Jadi Pemimpin merupakan kampanye global yang dilakukan setiap tahun secara serentak oleh Plan International. #GirlsTakeover ini ingin mewadahi bahwa perempuan bisa memiliki posisi atau jabatan strategis di tempat kerja.
Sejatinya Islam tidak pernah menolak perempuan dalam memimpin dengan tetap memperhatikan aturan-aturan syariat; pada apa saja dia boleh memimpin dan keterikatan dia terhadap syariat dalam kepemimpinannya.
Laki-laki dan perempuan secara naluriah memiliki fitrah yang berbeda, sehingga secara alamiah terlihat perkembangan sifat dominan yang dimiliki, seperti sifat keibuan yang menuntut perempuan memiliki kesabaran yang lebih, kasih sayang, lembut, dan sebagainya. Berbanding terbalik dengan sifat alamiah lelaki yang cenderung lebih tegas & cenderung mendahulukan logika daripada perasaannya.
Sejatinya kampanye #GirlsTakeOver merupakan narasi yang dikemas "cantik" untuk membawa ide sesat yaitu ide Kesetaraan Gender.
Ide sesat Feminisme yang telah lama dibawa dan gaung-gaungkan oleh para aktivisnya dengan pengemasan berbagai rupa. Tentu saja ini masih terus diagungkan oleh para feminis yang menuntut kesetaraan.
Sejatinya, citra perempuan yang dipandang rendah merupakan produk kolonial barat yang hanya menjadikan perempuan sebagai barang komersil yang bisa diperdagangkan. Ide kesetaraan gender jelas bukna dari Islam bahkan bertolak belakang dengan ajaran Islam.
Ide kesetaraan gender memiliki akar dalam sejarah Barat dan pengalaman para feminis Barat. Terlahir atas nama pembelaan diskriminasi dan penindasan terhadap perempuan di berbagai belahan dunia di masa lalu.
Barat mem-propagandakan ide ini ke negeri-negeri Islam, negeri yang mayoritas penduduknya muslim. Fatalnya lagi mereka juga tidak segan menggugat hukum kepemimpinan (qowwam) suami dalam keluarga, keharusan istri meminta izin suami ketika bepergian dan sebagainya.
Ide kesetaraan gender ini berhasil dikemas barat seperti racun yang berbalut madu, sehingga banyak muslimah yang terperdaya atas ide rusak yang dibawa barat.Fakta barat memandang rendah perempuan sudah tidak perlu diragukan lagi. Namun, hal ini berbanding terbalik dengan bagaimana cara Islam memandang perempuan.
Islam datang membawa perubahan pada nasib perempuan.Islam menyatakan bahwa kemuliaan adalah milik laki-laki dan perempuan sebagaimana firman Allah di dalam Alquran surah al-Hujurat ayat 4 yang artinya:
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertakwa.”
Dalam pandangan Islam, laki-laki dan perempuan dilihat secara proporsional, tidak secara subjektif atau asumtif sebagaimana pandangan Barat. Islam memandang mulia laki-laki dan perempuan, keduanya bisa saling mengisi dan melengkapi sehingga keduanya dipandang memiliki kedudukan dan tanggung jawab yang sama dalam mewujudkan tujuan-tujuan luhur masyarakat.
Allah SWT berfirman yang artinya:
“Janganlah kalian iri hati dengan apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kalian lebih banyak dari sebagian yang lain (karena) bagi laki-laki ada bagian yang mereka usahakan dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. (QS an-Nisa’: 32).
Islam memberi nilai kemuliaan bukan pada jenis peran sosialnya, tetapi pada sejauh mana kedua pihak melaksanakan peran-peran sosial ini sesuai tuntunan Allah SWT (Itulah yang disebut dengan kadar ketakwaan).
Kita harus sadar, bahwa tidak ada satu alasan pun yang membuat kaum muslim harus ikut-ikutan mengadopsi, mempropagandakan, bahkan memperjuangkan ide kesetaraan gender.
Buang jauh ide kesetaraan gender, yang jelas tak mampu menyelesaikan persoalan perempuan, tak mampu menghantarkan perempuan pada kemuliaan. Hanya dengan menerapkan syariah kaffah dalam bingkai negara Khilafah Islamiyyah, perempuan akan bahagia dan sejahtera. Wallahu A’lam bishshawwab. (rf/voa-islam.com)
ILustrasi: Google